Silahkan vote
Silahkan koment.
Happy reading.
Hari telah menjelang malam, bunyi derasan air hujan sungguh menyejukkan suasana kala malam itu. Ayrin yang sedari tadi masih menunggu hujan itu reda agar iya bisa mengembalikan lembar Jawabannya Kepada ustadz Riza yang sudah iya isi tadi siang.
Sudah satu jam iya menunggu namun hujan tak kunjung berhenti. Iya melihat kesana-kemari berharap ada seseorang yang datang membantunya.
"Orang pada kemana sih, sunyi banget. Mana gue belum ngembaliin lembar jawaban ini lagi ke ustadz Riza. Ini semua gara-gara ustadz afzhal".iya begitu kesal ustadz afzhal Karena sudah mengambil payung tanpa sepengetahuannya. Padahal iya sudah mempersiapkan payung agar iya bisa pergi ke pesantren.
"Apa gue lari aja ya, gak-gak-gak kalau gue kepeleset nanti gimana, bisa-bisa gue diketawain sama anak yang lain". Overtingkingnya. "Mila sama Lisa kemana sih, giliran dibutuhin batang hidungnya aja gak nampak, coba aja gak dibutuhin udah kaya cicak nempel terus". Gerutunya.
Waktu terus saja berjalan, tinggal sepuluh menit lagi batas pengumpulan lembar jawaban nya pada ustadz Riza. "Aduh waktunya tinggal sepuluh menit lagi, gue lari aja deh biar cepet". Iya tak menghiraukan apapun lagi, waktunya sudah tinggal sedikit lagi sekarang, kalau iya tidak mengembalikan kertas itu pada ustadz Riza maka ayrin tidak akan mendapatkan nilai ulangannya hari ini.
"Satu dua tiga, lari ayrin". Ucapnya sendiri lalu berlari sekencang mungkin agar bisa segera sampai. Sementara kertas itu iya selimuti kedalam hijabnya yang panjang agar tidak basah terkena hujan.
Telah lelah iya berlari, akhirnya pun sampai juga dikelas ustadz Riza. "Assalamualaikum ustadz, maaf telah mengganggu waktu ustadz riza. Ini saya mau memberikan lembar jawaban saya tadi Siang". Katanya sambil memberikan kertas itu pada ustadz Riza.
"Waalaikum salam". Ustadz Riza pun mengambil kertas yang ayrin berikan lalu iya masukkan kedalam sekumpulan lembar jawaban anak santri yang lain.
"Kalau gitu saya permisi ustadz, assalamualaikum".
"Waalaikum salam, ayrin tunggu". Panggil ustadz Riza.
"Iya ada apa ustadz". Tanya ayrin.
"Kamu datang kesini gak pakai payung?". tanya ustadz Riza saat melihat wajah ayrin yang begitu pucat kedinginan sekaligus dengan pakaiannya yang sudah basah.
"Heum iya ustadz, tadi payung saya dibawa sama ustadz afzhal, jadi saya lari aja kesini". Sahut ayrin sedikit canggung.
"Ya udah ini bawa aja payung saya, kalau gak nanti kamu bisa sakit". Ustadz Riza memberikan payung nya pada ayrin.
"Gak usah ustadz, ngerepotin aja. Lagian tanggung baju saya juga udah basah semua". Tolaknya.
"Tapi kamu lebih butuh dari pada saya, nanti kalau kamu sakit gimana, jangan suka dengan hujan ayrin, walaupun dia menyejukkan namun besar kemungkinan sakit yang akan kita dapatkan". Ucapannya membuat ayrin terdiam tak berkutik, iya bingung apa sebenarnya maksud ustadz Riza padanya.
Tanpa ayrin sadari, ustadz Riza juga termasuk laki-laki yang menyukainya setelah ustadz afzhal, kedua laki-laki bersahabat itu menyukai gadis yang sama. Namun doanya selama ini telah berhenti setelah mengetahui bahwa ustadz afzhal lah yang memenangkan doanya. Walaupun patah hatinya terlalu dalam, iya tidak pernah mengatakan tentang perasaannya pada sahabatnya afzhal, karena iya tidak mau hanya karena cinta iya harus kehilangan semuanya.
"Ayrin, ini". Memberikan payungnya.
"Eeee gak papa ustadz Riza, beneran deh. Kalau gitu saya langsung balik aja". Ucapnya kaku. Ayrin pun bergegas pergi dari hadapan ustadz Riza. Namun saat iya berjalan maju, tanpa iya sadari ada sekumpulan lumpur sisa hukuman tadi siang yang masih tergumpal ditanah hingga membuat ayrin terpeleset dan hampir terjatuh.
Ustadz Riza bergegas cepat Langsung menangkap tubuh kecil gadis itu agar ayrin tidak terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Sang Pencipta
Teen Fictionبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم Ahlan Wasahlan. Ambillah yang baik, buanglah yang buruk. Happy Reading.... Apa yang ada didepan mata tak akan sanggup menandingi apa yang ada di dalam hati, dan yang sudah di dalam hati tak akan sanggup untuk...