Hari sudah kembali gelap tandanya malam akan segera datang, sebelum menemui ayrin, afzhal memilih untuk sholat magrib di mesjid lebih dulu karena menurutnya jika iya langsung datang menemui mereka, keduanya pasti juga sedang sholat magrib juga.
Tak berlangsung lama, sholat Maghrib telah selesai, ayrin langsung mengajak Ara untuk makan malam karena sejak tadi siang putrinya belum makan sesuap nasi pun. Ara tidak mau makan karena ayrin belum menjawab pertanyaan mengapa babanya Menikah lagi padahal yang iya tau babanya sudah punya istri dan itu adalah ummanya. "Ara, sekarang kita makan dulu yuk". Ajak ayrin sambil melipat mukena dan sajadahnya.
Ara pun mengangguk mengekori ayrin dari belakang. Ara makan dengan lahap mungkin saja karena perutnya yang sudah lapar sejak tadi siang. Ayrin hanya menatap Ara yang duduk dihadapannya, hanya senyum saja yang terlukis di bibirnya jika melihat anak itu. Namun seketika senyumannya hilang kala mengingat kembali kejadian yang terjadi hari ini.
"Assalamualaikum, ayrin". Ustadz afzhal masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Ayrin berbalik melihat kearah luar tempat suaminya berdiri sekarang. "Ara makan di kamar dulu ya, umma mau bicara sama baba". Ayrin langsung mengantar Ara ke kamarnya biarlah anak itu makan dikamarnya dulu karena ayrin tidak mau merusak nafsu makan putrinya.
Ayrin Memilih untuk menyibukkan diri dan mengabaikan keberadaan suaminya. "Ay, mas mau bicara dulu sebentar". Namun ayrin tak menganggapinya sama sekali, iya sibuk dengan dengan perkerjaannya.
Karena kesal, afzhal memegang pergelangan tangan istrinya dengan sedikit erat sehingga siempu merasa kesakitan. "Lepasin mas ini sakit". Ucapnya tanpa melihat kearah suaminya.
"Kamu dengerin mas dulu, semua yang terjadi itu gak bener. Semuanya salah paham". Tegasnya, namun siempu memilih tak menjawab dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman erat suaminya.
"Lebih baik kamu kembali ke pesantren aja mas, kasian istri kamu udah nungguin kamu. Gak baik kalau pasangan yang udah menikah keluyuran. Apalagi kalian pengantin baru". Kalimat yang keluar dari mulut ayrin sangat mengiris hatinya, sudah bisa di klaim bahwa dari ucapan wanita itu tandanya iya sedang menahan rasa kecewanya.
"Mas mau disini, sama kamu dan juga Ara". timpalnya tak mau.
Ayrin menghela nafasnya berat dan memilih untuk mengalahkan saja dan tidak ingin berdebat. "Terserah kamu". Ketusnya dan berlalu pergi.
"Ay, Maafin mas. Mas salah karena udah mengkhianati kamu. Tapi ini bukan keinginan mas sama sekali". Afzhal berusaha menjelaskannya pada ayrin sambil mengikuti langkah wanitanya itu.
"Udahlah mas, gak penting juga untuk kamu jelasin sekarang, semuanya juga udah terlambat". Dengan sekuat-kuatnya iya menahan emosinya yang hampir saja meledak karena kehadiran ustadz afzhal dihadapannya. Mungkin saja ayrin akan mencoba meredakan amarahnya dulu jika laki-laki itu tidak menemuinya. Tapi siapa tau jika suaminya itu malah memilih untuk bersama dengannya walaupun kini dia baru saja menikah lagi.
"Aku capek, aku mau istirahat. Lebih baik kamu bersama Ustadzah Yura Sekarang, dari pada kamu membuang-buang waktu kamu disini". Sambungnya dengan nada dingin. Afzhal tetaplah afzhal iya tetap dengan pendirian bahwa iya akan bersama dengan istri pertamanya malam ini.
"Ay, mas mau kamu malam ini!".
Deg...
Jantung ayrin seakan Berhenti untuk sesaat bagaimana bisa ustadz afzhal mengatakan bahwa dia menginginkannya malam ini, sedangkan dia sendiri tau bahwa dirinya baru saja menikah, bukankah hal itu lebih pantas untuk iya lontarkan kepada istri keduanya?
"Kamu udah lupa ya mas, kalau seorang laki-laki yang baru mempoligami istri pertamanya dan kemudian dia menikah lagi dengan seorang gadis maka dia harus menggaulinya selama tujuh malam?. Tapi kenapa kamu malah disini!". Bentak ayrin, kini ustadz Afzhal semakin mengundang amarahnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Sang Pencipta
Teen Fictionبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم Ahlan Wasahlan. Ambillah yang baik, buanglah yang buruk. Happy Reading.... Apa yang ada didepan mata tak akan sanggup menandingi apa yang ada di dalam hati, dan yang sudah di dalam hati tak akan sanggup untuk...