6. Rahasia dalam diary × Perhatian ustadz afzhal ✓

125 7 0
                                    

Silahkan vote

Silahkan koment.

Happy reading.

Ayrin menyusun semua baju yang iya bawa kedalam lemari, namun saat iya membereskan semuanya, iya melihat lagi buku itu.

"Ini buku apa ya", pikirnya lagi, iya benar-benar tidak ingat buku itu adalah diary nya yang menjelaskan semua tentang perasaannya pada ustadz Fahmi.
Perlahan karena penasaran iya Langsung membuka buku itu.

Ayrin membulatkan kedua matanya saat melihat isi dalam buku itu. "Astaghfirullah halazim, ini diary gue". Paniknya. "Kenapa gue bisa gak tau kalau ini punya gue, ahh". Kesalnya. Jika iya tau kalau buku itu isinya tentang ustadz fahmi tentu tidak akan pernah iya bawa lagi bersamanya, karena iya sedang berusaha untuk melupakan semuanya tentang ustadz Fahmi.

"Gue harus simpan buku ini dimana, jangan sampe ustadz Afzhal tau". Lirihnya.

"Apa gue simpan di lemari gue aja ya, kan lemari gue sama ustadz afzhal beda mana mungkin dia buka lemari gue, haaa iya iya". Pikirnya.

Malam pun tiba, ustadz afzhal baru saja pulang dari mesjid, iya sholat berjamaah dengan para santri disana, sedangkan ayrin iya sholat sendiri dirumah.

"Assalamualaikum", ucapnya saat memasuki kamar.

"Waalaikum salam". Sahut yang lebih muda.

Setelah mengucap salam, keduanya tidak berbicara satu kata pun, ustadz afzhal sibuk mencari beberapa kitabnya yang akan iya bawa untuk mengajar dengan para santri di pesantren.
Sedangkan ayrin iya terdiam tak mengeluarkan satu kata pun, iya masih memikirkan bagaimana jika ustadz afzhal tau kalau iya masih menyimpan satu kenangannya dengan ustadz Fahmi.

"Kamu gak ke pesantren?", Tanya ustadz afzhal tanpa melihat istrinya sedang termenung.

"Kamu gak denger saya ngomong apa?". Katanya lagi.

"Ah iya, nanti saya menyusul, ustadz afzhal makan aja duluan tadi saya cuma masak nasi goreng lagi malas soalnya". Sahutnya tampa melihat ke arah yang bertanya.

"Saya tanya kamu gak ke pesantren, bukan ngajak makan, kamu lagi mikirin apa?".

"Gak, gak papa kok, iya nanti saya ke pesantren". Malu nya karena asal nyaut tadi.

"Ya sudah, jangan terlambat saya tunggu kamu 10 menit mulai dari sekarang karena saya yang akan mengajar dikelas kalian". Kemudian berlalu pergi.

"10 menit, cepet banget mana bisa gitu".

"Jangan banyak ngeluh, cepetan siap-siap". Ucapnya menjauh.

Ayrin pun bersiap secepat mungkin, bagaikan Spiderman yang sedang mengejar musuh, iya pun langsung berlari menuju kelas nya.

"Ayrin", panggil Lisa.

"Iya". "buru-buru amat". Ucap Lisa santai.

"Malam ini ustadz afzhal yang ngajar di kelas kita sa". Katanya.

"Lo serius ay. Asiikk". Girang Mila. Bukannya tak suka tapi iya sangat suka jika ustadz afzhal yang mengajar dikelasnya walaupun ustadz afzhal cuek dan dingin itu tidak menjadi masalah baginya.

"Ya kalau gue gak serius ngapain juga gue lari-lari dari tadi, udah ah ayo buruan".

"Eetsss tunggu, kenapa Lo seneng banget kalau ustadz afzhal yang ngajar kita?". Tanya ayrin seperti polisi yang sedang mengintrogasi penjahat.

"Ya biasalah kumat". Timpal Lisa.

"Udah ah bodo amat, ayo ah cepet". Ucap ayrin lagi. Kini mereka bertiga pun berlari secepat mungkin menuju ke kelas.

Kita dan Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang