32. Perjalanan ✓

77 3 0
                                    

Hari ini adalah hari mereka akan berangkat sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Ayrin sudah menyiapkan koper untuknya dan juga ustadz afzhal. Sebelum berangkat afzhal pergi ke pesantren lebih dulu untuk bertemu dengan ustadz Riza karena ada sesuatu yang ingin iya sampaikan.
Karena sudah lama ayrin merasa bosan iya pun pergi kerumah ummi ana untuk berbincang sebelum mereka pergi. Keduanya akan pergi di antar oleh ustadz Riza saja karena ummi ana tidak bisa ikut sebab kondisi kyai Habil masih belum stabil.

"Assalamualaikum ummi".

"Waalaikum salam, ayrin. Ayo masuk nak jangan diluar". Ummi ana mengajak menantunya masuk.

"Gak usah ummi, ayrin cuma lagi nunggu mas afzhal katanya mau ketemu sama ustadz Riza sebentar". Jawab wanita itu dan ummi ana mengangguk. Wanita paruh baya itu duduk di kursi yang sudah menjadi tempat orang bertamu.

"ayrin. Kemari lah". Ayrin menghampiri ummi ana.

"Iya ummi, ada apa?".

"Ummi mau tanya sesuatu sama kamu. Nak, apakah kamu bahagia menikah dengan afzhal?". Tiba-tiba saja Ummi ana bertanya demikian tentu membuat jantung ayrin berdetak cepat.

"Alhamdulillah ummi ayrin bahagia, mas afzhal adalah orang yang baik, sabar, dan iya juga orang yang lembut sama ayrin". Jawabnya sambil tersenyum.

"Alhamdulillah kalau begitu. Ummi lega dengernya nak".

"Tapi Kenapa tiba-tiba ummi tanya soal itu?".

"Ummi hanya ingin memastikan perempuan yang menjadi istri anak ummi itu bahagia. Dan jika hal itu tidak terjadi ummi merasa bersalah karena ummi tidak bisa untuk mendidik anak-anak ummi dengan baik".

"Gak ummi, ummi adalah orang yang baik. Ummi berhasil mendidik mas afzhal. Dan bahkan Allah juga menitipkan begitu banyak anak-anak santri disini karena Allah tau istri pemilik pesantren ini adalah sosok ibu kedua setelah orang tua mereka". Tutur ayrin.

Ummi ana tersenyum. "Ayrin, semoga kebahagiaan selalu menyertai rumah tangga kalian".

"Aamiin" ayrin mengamini doa mertuanya. Ummi ana pun memeluk ayrin dengan dekapannya yang hangat. Ayrin merasa terbawa suasana dan pelukan seorang ibu sudah lama tidak iya dapatkan setelah iya menikah dan harus jauh dari orang tua.

"Itu dia afzhal sudah pulang". Ayrin pun melihat kebelakang, afzhal pulang bersama dengan ustadz Riza.

"Assalamualaikum ummi ". Keduanya bersalaman dengan ummi ana.

"Ayrin kopernya udah siap?". Tanya ustadz Riza.

"Udah kok ustadz".

"Ayriiiinn". Teriak Mila. Dua gadis itu berlarian ugal-ugalan sambil memanggil ayrin dengan kuat.

"Huuaaa. Assalamualaikum". Ucap keduanya ngos-ngosan.

"Waalaikum salam. Kalian ngapain lari-lari sih kan bisa jalan santai". Yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua teman ayrin.

"Gue Kira Lo udah pergi, jadi kita berdua langsung lari kesini".

"Jam berapa berangkatnya ay?".

"Ini mau pergi". Balas ayrin cepat. Sementara ustadz afzhal dan ustadz Riza sedang mempersiapkan semuanya, iya mulai memasukkan koper kedalam mobil.

"Syukur deh". Ucap Lisa sambil sesekali matanya tertuju pada ustadz Riza.

"Kalau dilihat-lihat, nak Riza Cocok ya sama Lisa". Goda ummi ana. Tiga pasang mata itu melirik kearah ummi ana.

"Whattt. Gak deh ummi, ummi salah banget. Ustadz Riza itu cowok kutub ummi plus emosian, nah itu bukan idamannya Lisa". Lisa menggerutu kesal.

"Sekarang kelihatannya kutub, nanti pas udah nikah emang bisa jadi kutub seterusnya kalau gak jadi kucing". Goda ummi ana.

Kita dan Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang