17. Special Chapter✓

73 5 0
                                    


Silahkan vote

Silahkan koment.

Happy reading.

Berikut part yang bikin reader sedikit menyentuh,  author menulis part ini karena kisahnya pernah ada didunia nyata. Dia merupakan teman satu ponpes dengan author. dan author sedikit mau menghidupkan tokoh nyata itu dalam versi fiksi. Siapa tau tokoh yang diangkat dalam cerita pada part ini bisa dibaca oleh orangnya bahwa kisahnya author cantumkan didalam novel

Setelah selesai muroja'ah afzhal berbincang sedikit dengan istrinya agar suasana tidak terlalu tegang dari sebelumnya. "sayang, mas mau tanya sesuatu sama kamu, boleh?". Kata afzhal meminta izin.

"Boleh. Mau tanya apa?". Ayrin pun bertanya pada suaminya.

"Mas mau tanya gimana jawaban kamu kalau mas  menikah lagi".
Ayrin menatap suaminya dengan tatapan seribu pertanyaan yang muncul dalam otaknya. "Maksud mas afzhal poligami?'.

"Iya poligami".
Poligami, kata yang tak Pernah terbayangkan oleh ayrin kini diucapkan oleh suaminya sendiri dihadapannya.

"Jawabannya simpel mas. Kamu cukup pilih salah satu diantaranya". Balas ayrin dengan acuh.

"Tapi kenapa harus memilih salah satu, bukannya poligami itu sunah Rasulullah saw. Dan mas rasa itu gak ada salahnya".

"Itu memang benar bahwa poligami adalah sunah Rasulullah, dan itu tergantung wanitanya mas dia setuju atau tidak. Sedangkan aku gak mau diduakan mas. Kamu cukup pilih satu saja diantara kami. Jika kamu mencintai dia, maka tinggalkan aku. Dan jika kamu mencintai aku maka tinggalkanlah dia". Ayrin menjawab pertanyaan suaminya dengan memainkan logika dan perasaannya saat ini.

"Tapi sayang, kalau mas bisa adil kenapa tidak".

"Seadil-adilnya kamu mas, kamu gak akan pernah bisa adil jika itu berhubungan dengan wanita. Kamu bukanlah Rasullullah yang bisa adil pada ketujuh istrinya. Dan aku bukanlah Khadijah yang bisa sabar dan bisa menerima semuanya. Aku kasih kamu contoh mas, misalkan kamu menikah dengan seorang gadis yang dimana setelah menikah kamu harus memberikan nafkah batin untuknya selama tujuh malam, dan pada saat malam pertamamu aku tidak mengizinkan mu untuk pulang dan menemui gadis itu, bagaimana mas?".

"Ya tentu mas bakal menemin kamu dulu disini sampai kamu tertidur dan setelah itu baru mas bisa pulang kesana".

"Tapi jika aku tidak mau untuk melepaskan mu sampai subuh itu bagaimana mas, tentu kamu tidak akan bisa untuk menemuinya. Dan jika kamu masih bersikeras untuk pergi saat itu, berarti kamu tidak bisa untuk berbuat adil pada istrimu. Disini aku tidak mau melepaskanmu dan disana dia sedang menunggu kepulangan mu, lantas siapa yang akan kau pilih, jika kamu memilih pergi dan meninggalkan aku sendiri, itu artinya kamu sudah berlaku tidak adil padaku mas".

Afzhal terdiam mendengar jawaban istrinya, menurutnya apa yang dikatakan oleh ayrin sangatlah masuk akal, bagaimana seorang laki-laki bisa adil jika istri pertamanya tidak mengizinkan suaminya untuk pergi.

"Mas. Tapi kenapa kamu tiba-tiba tanya soal itu sama aku?".

"Mas cuma mau tau aja jawaban kamu". Sahut afzhal.

"Mas afzhal". Panggil ayrin di sela-sela perbicangan Mereka.

"Heeumm". Balas afzhal hanya dengan berdehem.

"Apa pertanyaan mas afzhal tadi ada hubungannya dengan mas afzhal yang mau menikah lagi?".

"Ya gak lah sayang. Mas gak kepikiran untuk menikah lagi. Lagian mas udah punya bidadari yang paling cantik sedunia ngapain lagi untuk cari yang lain". Ucap Afzhal sambil mencubit manja pipi istrinya.

"Kamu serius mas?".

"Ya ampun ay, memangnya muka mas lagi Bohong ya?.

"Kalau boleh jujur, sekarang aku begitu Takut jika kehilanganmu mas. Tidak ada satu pun wanita yang rela cintanya terbagi dua sekalipun jaminannya adalah surga. Kamu adalah rumahku mas, tempat dimana aku bisa merasa aman dari segala keburukan. Aku takut jika hal itu akan terjadi. Jika di buku lauhul Mahfudz kita tertulis kamu pergi lebih dulu dari pada aku, maka aku ingin berdoa pada Allah agar mengubah takdir itu, dan aku lebih memilih biar kan aku saja yang diambil lebih dulu. Karena aku tau kamu adalah orang yang baik mas, Sedangkan aku jauh dari segala kebaikan. Jika suatu saat Allah memberikan kita keturunan, aku mau kamu yang merawatnya jika aku telah tiada". Air matanya terjatuh saat mengeluarkan kalimat itu, sungguh iya begitu mencintai suaminya sekarang.
Afzhal memeluk istrinya, iya tenggelamkan wajah gadis yang sedang terisak itu di dadanya dengan erat sambil menepuk pelan punggung istrinya.

"Sayang, kamu adalah yang terbaik, kamu adalah bidadari dunia dan akhiratnya mas. Gak akan pernah ada yang bisa menggantikan kamu didunia ini. Cukup jangan bicara lagi tentang kematian, selama masih Allah berikan waktu untuk kita, mari habiskan waktu itu untuk kita selalu bersama". Afzhal berusaha menahan air matanya walaupun saat ini iya juga ingin menangis.

Pelan-pelan suara isakan tangisan ayrin mereda, iya kembali mengangkat wajahnya dan kembali menatap suaminya sambil mengangguk bahwa iya tidak akan membahas tentang pembahasan itu lagi.

TBC

Gimana pendapat kalian tentang bab ini, ada yang suka gak? Kasih tau dikomen ya. Maaf bgt kalau beberapa hari ini author update nya lama, mana bab nya pendek lagi, heeumm ya soalnya ini otak lagi gak bisa diajak kompromi buat nulis lagi, jadi ya terpaksa nunggu dulu sampai otaknya mood lagi😭🤣🤣

Kita dan Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang