36. Curiga ✓

69 3 2
                                    

"Ara jangan lari-lari, nanti jatuh sayang". Omel ayrin karena Ara terus berlari karena kegirangan.
Mereka sudah tiba di Turki dan sedang menunggu taksi untuk kembali ke pesantren Sulaimaniyah.

"Mas kamu kejar dong, nanti kalau Ara jatuh gimana".

"Iya iya mas pasang sabuk pengaman dulu ya". Ucap afzhal berlagak sedang berada didalam mobil.

"Kamu kebanyakan gaya ah keburu jauh tuh Ara larinya, Cepat". Pekik ayrin.

"Iya iya tuan Putri".

Afzhal segera menyusul Ara dan menangkap anak kecil itu "Ha dapat. Jangan lari-lari Ara nanti kalau jatuh baba yang di omelin umma".

"Iya baba Ara jalannya santai aja kok". Sahutnya patuh dan sedikit tersenyum.

Didalam perjalanan pulang, Ara benar-benar menikmati perjalanannya di Turki. Melewati alun-alun Istanbul, Taksim Square. Bangunan mesjid biru disana Tampak indah dan begitu banyak orang yang berkunjung disana.

"Umma mesjidnya indah sekali".

"Itu namanya mesjid sultan Ahmed camii, atau dikenal dengan mesjid biru sayang".

"Ohh begitu ya umma". Ara mengangguk paham.

"Sebentar lagi kita nyampe nih, Ara udah siap ketemu kakek sama nenek?". Tanya afzhal menatap wajah manis Ara.

"Udah, malahan Ara gak sabar banget pengen ketemu mereka". Sahut Ara tampak dari wajahnya iya begitu senang hari ini.

***

Tidak lama diperjalanan akhirnya mereka tiba di pesantren. Perasaan bahagia terlihat jelas dari orang-orang yang menyambut kepulangan pasangan itu. "Alhamdulillah kalian pulang dengan selamat".

"Alhamdulillah ummi, abi".

"Kondisi Abi gimana sekarang?". Afzhal langsung menghadapkan pertanyaan kepada sang ayah.

"Alhamdulillah Abi udah sedikit lebih baik".

"Alhamdulillah ya Allah". Seru afzhal merasa lega.

Ummi ana dan kyai Habil tampak bingung dengan sosok anak kecil yang sejak tadi memegang kelingking tangan ayrin sambil menundukkan kepalanya.

"Ara, salam dulu sama nenek dan kakek". Ara menuruti ucapan ayrin lalu mencium tangan ummi ana dan kyai Habil.

"Ummi, abi. afzhal mau bicara sebentar".

"Ya udah ayo masuk kedalam".

"Ayo nak". Ummi anak memegang tangan mungil Ara. Anak itu hanya terdiam sambil mengikuti ummi ana.

Semuanya kini sudah berkumpul diruang keluarga dan afzhal kini membuka pembicaraan.
"Jadi begini ummi, Abi. Sebelumnya afzhal minta maaf karena permasalahan ini tidak afzhal bicarakan dengan Abi dan ummi. Tapi waktunya yang tidak memungkinkan, dan sekarang afzhal akan kasih tau semuanya".

"Abi, ummi. Kenalin dia Ara, dan sekarang dia menjadi anak mas afzhal dan juga ayrin. Kami berdua telah mengadopsinya".

Kyai Habil dan ummi ana tampak begitu terkejut mendengar ucapan putranya itu.

"tapi apa alasannya dan dimana orang tuanya".

"Allah mentakdirkannya untuk berpisah dengan ibunya diusia yang masih sangat muda ini ummi. Ibunya telah meninggal".

"Innalilahi wa innailaihi Raji'un".

"Iya Abi, ummi. Kami tidak sanggup melihatnya, kami merasa kasihan apalagi kondisinya yang sudah tidak punya siapa-siapa lagi". Sahut ayrin.

Kita dan Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang