Amarahnya begitu memuncak, iya membanting semua benda yang ada dimeja rias hingga tak bersisa, kata-kata wanita itu masih teringat jelas di benaknya.
"Ini baru permulaannya....Ayrina...". Ustadzah Yura tersenyum getir, iya mengambil sebuah botol yang berisikan beberapa pil didalamnya sambil memandangnya dengan tatapan licik yang begitu puas. Iya tertawa seperti orang yang sudah kehilangan kewarasannya sambil memandang botol obat itu.
Malam sudah menjelang, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan semuanya sudah selesai sholat isya berjamaah. Afzhal juga sudah selesai dengan kegiatannya dan ingin segera kembali pulang. Ayrin sudah menunggunya dirumah karena ada sesuatu yang ingin iya tanyakan. Namun penantiannya hanya sia-sia sudah satu jam lebih berlalu, sementara orang yang iya tunggu pun tak kunjung datang.
Karena sudah mengantuk iya sedikit menyandarkan kepalanya di sofa dan perlahan tertidur.Sementara yang iya tunggu sedang belajar kitab bersama ustadzah Yura diatas balai diatas jam sepuluh malam, hampir saja afzhal melupakannya, namun sebelum pergi, dirinya sudah lebih dulu di panggil oleh ustadzah Yura. Keduanya tak menghiraukan waktu yang semakin larut dan itu sesuai dengan rencana ustadzah Yura dan iya sangat senang. Iya mulai melancarkan aksinya dengan berpura-pura berkedip seperti ada yang masuk kedalam matanya sehingga membuatnya susah untuk membuka mata.
"Aduh....". Keluh ustadzah Yura sambil sedikit mengucek matanya.
"Ada apa?". Tanya ustadz afzhal yang masih santai.
"Ini ustadz, kayanya ada sesuatu yang masuk kedalam mata saya, ini perih. Ustadz afzhal tolong bantu tiupkan mata saya ini sakit banget". Bohongnya.
"Gimana saya melakukannya...disini cuma ada kita berdua nanti ada yang salah paham". Tolak ustadz afzhal yang setengah sadar. Padahal tanpa sepenuhnya iya sadari dirinya sedang dalam pengaruh ustadzah Yura.
"Cuma sebentar aja gak bakal ada yang liat, cepat". Desaknya.
Niatnya hanya ingin membantu tanpa menyadari bahwa dirinya sedang dalam pengaruh wanita gila itu. "ma- maaf". Izinnya. Dengan terpaksa pun iya harus menurutinya.
Saat iya sedang membantu meniupkan matanya, wanita itu sengaja untuk mendekatkan dirinya kepada ustadz afzhal karena iya baru saja melihat bahwa ada beberapa anak santri bagian keamanan yang sedang memantau keadaan pesantren. Iya mengangkat tangannya kebelakang laki-laki itu seolah-olah keduanya sedang berpelukan. Sengaja iya lakukan agar semuanya salah paham atas kebersamaan mereka.
"Astaghfirullah halazim. Ustadz afzhal". Istighfar ustadz Riza yang juga ikut menyaksikan pasangan yang bukan mahram itu tersebut bersama dengan beberapa santri keamanan lainnya.
"Apa yang kalian lakukan malam-malam begini?". Tanya ustadz Riza lagi.
"Ini bukan yang seperti kalian lihat saya hanya membantu ustadzah Yura, matanya kelilipan". Bantah ustadz afzhal tak terima. Ustadzah Yura hanya diam iya sengaja tak menjawab.
"Tapi ini sudah melewati batasan ustadz, sudah jam berapa sekarang?". Afzhal melirik jam ditangannya. "Sudah setengah dua belas". Batinnya merasa gelisah.
"Maaf ustadz afzhal, ini sudah sesuai dengan peraturan dipesantren dan berlaku untuk semuanya, jadi kalian berdua harus dibawa untuk menemui kyai Habil". Ucap ustadz Riza tanpa basa-basi.
"Apa-apaan ini ustadz Riza, saya sama ustadzah Yura tidak melakukan apa-apa, kami hanya sedang belajar kitab disini gak lebih ". Bantahnya membela diri.
"Maaf ustadz afzhal tapi ini berlaku untuk semuanya tidak hanya untuk para santri". Ustadz Riza kembali memberi argumen.
Ustadz afzhal semakin bingung dengan sikap Ustadzah Yura yang bahkan tak mengeluarkan satu katapun untuk membela dirinya. "Ustadzah Yura bicaralah, katakan bahwa kita tidak melakukan apa-apa". Wanita itu hanya diam tak bergeming dan membuat ustadz afzhal frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Sang Pencipta
Teen Fictionبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم Ahlan Wasahlan. Ambillah yang baik, buanglah yang buruk. Happy Reading.... Apa yang ada didepan mata tak akan sanggup menandingi apa yang ada di dalam hati, dan yang sudah di dalam hati tak akan sanggup untuk...