26. Posesif✓

97 3 0
                                    

Silahkan vote

Silahkan koment.

Happy reading.

Ayrin berbalik, melihat asal suara yang memanggil namanya. "Dokter Aldi". Tiba-tiba saja dokter aldi sudah berada dibelakangnya.

"Kamu lagi ngapain disini, Gak langsung pulang?. Owh iya dia anak kamu ay?. Tanya dokter Aldi penasaran, karena hanya ada ayrin dan anak kecil itu disana.

Baru pertama kalinya dokter Aldi memanggil dirinya dengan panggilan ay, tidak biasanya. karena panggilan itu hanya digunakan oleh ustadz afzhal, orang tua dan sahabatnya.

Ayrin tersenyum canggung. "Dia bukan anak aku. Tadi kita gak sengaja ketemu soalnya dia lagi nungguin Ummu nya di seberang sana". Dokter Aldi mengerti,iya pun mengangguk.

"Ara". Suara seorang perempuan paruh baya itu memanggil putrinya. Namanya Ara, iya hanya tinggal berdua dengan ibunya, ayahnya telah tiada sejak iya belum lahir kedunia, bahkan iya tidak sempat melihat bagaimana wajah asli ayahnya, hanya bingkai foto yang iya tatap saja. "Ummu". Ara membalasnya.

"Ini pop corn mu sudah Ummu belikan, Sekarang ayo kita pulang". Ara pun mengangguk paham.

"Ah iya. Terimakasih ya kalian berdua sudah menemani Ara.". Ucap wanita itu berterima kasih karena sudah menemani Putrinya, iya sengaja tak membawa Ara ikut bersamanya apalagi begitu banyak kendaraan yang berlalu-lalang dijalan sana.

"Tidak masalah buk. Tapi lain kali anda jangan meninggalkan putri anda sendirian seperti ini, bawalah dia bersama anda. Kita tidak akan tau, kejahatan bisa terjadi kapan saja". Seru dokter Aldi.

"Iya terimakasih atas sarannya. Owh iya, apakah kalian suami istri?".

"Tidak". Ucap Mereka bersamaan.

"Maksud ku, kami bukan suami istri. Dia pasien ku".

"Pasien? Apakah kau seorang dokter?".

"Iya. Aku seorang dokter psikologi".

"Wauu. Kakak ini masih sangat muda tapi sudah bisa jadi dokter. Ara juga mau Ummu jadi dokter supaya Ara bisa jagain Ummu nanti". Ucap Ara polos. Ummu nya hanya tersenyum. "Ayolah sayang kita pulang, sebentar lagi hujannya akan turun".

Memang cuaca hari ini berubah, awalnya memang terang, tetapi selang beberapa jam cuaca mulai gelap, gumpalan-gumpalan awan hitam sudah penuh dilangit sana.

"Kalau begitu kami pergi dulu". Ayrin menatap Ara, begitupun dengan anak kecil itu. Iya tersenyum pada ayrin. Suasana hati ayrin sedikit membaik. Pikiran yang membuat kepalanya berat rasanya hilang setelah bertemu dengan anak itu.

"Ayrin. Kamu pulang sama siapa?". Tanya dokter Aldi, iya masih berdiri di samping ayrin.

"Aku pulang naik taksi dok". Ayrin membuka ponselnya, iya ingin memesan driver. Tiba-tiba hapenya mati, iya lupa mengisi daya baterainya.
"Yah. Mati lagi". Kesal nya.

"Kenapa?".

"Ponsel aku mati, mana belum sempat pesan taksi lagi".

"Ya udah kalau gitu kamu bisa pulang bareng saya. Kebetulan kita kan searah".

"Gak usah dok. Saya gak enak".

"Gak papa. Ayo!". Ucap dokter aldi, iya jalan lebih dulu.

Dengan lambat ayrin bergerak, sebenarnya iya tidak ingin pulang dengan dokter Aldi, apalagi iya seorang wanita yang sudah menikah dan takut akan terjadi fitnah yang tidak-tidak.

Kita dan Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang