29. Berdamai dengan masa lalu✓

63 4 1
                                    


Waktu sudah menjelang sore, keduanya baru saja tiba di rumah setelah seharian ini menghabiskan waktu bersama. Ayrin sedikit Merasa lebih baik dari sebelumnya. Walaupun pasangan itu sedang diuji oleh Allah tetap saja afzhal bisa untuk membuat istrinya untuk selalu tersenyum walaupun terkadang apa yang mereka inginkan tidak sesuai dengan kenyataan.

"Assalamualaikum". Ucap afzhal saat masuk kedalam rumah.

Kebetulan ummi ana sedang berada didalam rumah putranya. "Waalaikum salam". Keduanya mencium tangan ummi ana.

Kok pulangnya telat banget, duduk dulu". Ummi ana memegang tangan menantunya. "Ayrin. Apa kata dokter?". Tanya ummi ana.

Afzhal menarik nafasnya pelan "belum ummi". Sahutnya cepat.

"Mas, ummi aku kedalam dulu ya". Seru ayrin agar afzhal lebih bisa berbincang dengan umminya.
Ayrin tidak sepenuhnya masuk kedalam kamarnya, iya sedikit mendengar perbincangan antara suami dan ummi ana.

"Kenapa belum ya nak. Padahal kalian nikah udah setahun lebih apa ada yang salah". Ummi ana penasaran. Mungkin jawabannya hanya ayrin dan afzhal yang tau.

"Mungkin Allah masih belum yakin kalau afzhal sama ayrin bisa mengurus seorang anak ummi".

"Afzhal, kalian udah menikah dengan waktu yang lumayan lama, gak mungkin kalau ayrin belum hamil. Apa kalian berdua ada periksa ke dokter?. Afzhal, bagaimana jika dalam sebuah rumah tangga itu tidak memiliki anak maka tidak akan ada yang mengikat kalian berdua".

Ummi ana adalah orang yang baik, namun kali ini menurut ayrin ummi ana terlalu egois. Ataukah ini hanya pikirannya saja karena baru mengetahui bahwa dirinya tidak hamil dan iya merasa bersalah atau semua yang dikatakan oleh ummi ana benar jika tidak ada seorang anak maka tidak akan ada yang mengikat hubungan keduanya. Iya sedih, namun terkadang iya berfikir apa yang dikatakan oleh ummi ana ada benarnya.

"Ummi gak perlu khawatir, afzhal sama ayrin bakal usahakan".

"Afzhal. Ummi sayang sama ayrin, walaupun dia hanya menantu ummi tapi ummi sangat menyayangi dia sama dengan ummi menyayangi Zuhra. Ummi mau yang terbaik untuk kalian nak, hanya dengan memiliki seorang anak maka hubungan kalian anak semakin lengkap".

Afzhal terdiam. Benar apa yang dikatakan oleh umminya. "Semoga aja ayrin gak dengar apa kata ummi". Gumamnya karena pembicaraan ini pasti akan menyakiti hatinya Karena kesannya seperti memaksa.

"Ummi pulang dulu ya, tadi ummi kesini cuma mau ambilin beberapa data anak santri baru yang di suruh Abi kamu. Assalamualaikum". Ummi ana pun beranjak keluar dari rumah putranya.

"Waalaikum salam". Afzhal mengantar umminya sampai kedepan. Setelahnya iya Langsung masuk kembali dan ingin menuju ke kamarnya.

Afzhal tampak kaget saat mendapati istrinya berdiri di sebelah pintu kamar itu. Berharap perbincangan itu tidak didengar ayrin, namun salah justru wanita itu mendengar semuanya.

"Bener mas apa yang di katakan ummi, jika dalam sebuah rumah tangga tidak memiliki keturunan maka tidak ada yang menjadi pengikat hubungan kita". Nada bicaranya terdengar bergetar, bisa saja iya sedang menahan tangisnya.

"Sayang udah, perkataan ummi tadi jangan terlalu dipikirkan". Afzhal sangat takut jika istrinya merasa sedih hanya karena perkataan ummi tadi. Afzhal sangat menyayangi ayrin dan juga ummi nya, apapun yang terjadi iya harus bisa mengimbangi antara istri dan ummi nya.

Kita dan Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang