19. Kiw-Kiw..✓

75 5 0
                                    

Silahkan vote

Silahkan koment.

Happy reading.

Kita dan Sang Pencipta

"Tak salah jika aku mengatakan bahwa kamu adalah pria yang baik, bahkan kamu bisa merawat anak kecil walaupun itu bukan anakmu sendiri.

_Ayrina Arasyatul Annisa_

"Uuuuu cup....cup... sayang jangan nangis ya". Ayrin berusaha menenangkan Harun yang dari tadi tidak berhenti menangis dan membuat ayrin begitu panik. Tak ada seorang pun Berada dirumah, ummi dan kyai Habil sudah pergi ke pengajian tetangga.

"Aduh mas afzhal kenapa lama banget sih. Ini gimana, sayang kamu jangan nangis terus dong nak, bibi jadi khawatir". Ayrin begitu panik sekarang, ditambah lagi dengan suara Harun yang begitu besar membuat dirinya ketakutan sebab iya kasian jika melihat anak kecil yang menangis.

Sementara di pesantren afzhal sudah selesai dengan urusannya iya pun memutuskan untuk segera kembali kerumah. Dari kejauhan iya sudah bisa mendengar suara tangisan Harun yang begitu kuat sehingga iya Langsung berlari menemui mereka.

"Assalamualaikum..ya ampun sayang Harun kenapa?". Tanya afzhal dengan nafas yang memburu.

"Aku gak tau mas, Harun terus aja nangis dari tadi. Cup..cup.. sayang".

"Biar mas yang gendong harun sayang, sini". Ayrin pun memberikan Harun pada suaminya.
Afzhal pun langsung membaringkan Harun diatas ranjang dan mengelus-elus kepala bayi itu sambil bersholawat. Ayrin terdiam melihat cara suaminya yang begitu pandai dalam menenangkan anak kecil bahkan jika anak kecil itu sedang menangis keras.

"Hayyul hadi bi ajmala dzikro..
Shollu ma'ana ya huddhor..
Fahuwa 'imadii yaumal ma'adi..
Nabiyyuna thohal mukhtar..
Hayyuk Hadi.....".

Afzhal terus mensholawati Harun sampai anak kecil itu tertidur karena suara afzhal yang begitu merdu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Afzhal terus mensholawati Harun sampai anak kecil itu tertidur karena suara afzhal yang begitu merdu. Sementara ayrin tanpa sadar juga menikmati suara merdu suaminya. Iya menatap sambil tersenyum kagum kearah afzhal.

"Ya Allah, ini suami aku apa bukan sih. Kalau dia begini tiap hari bisa mati sambil ngereok aku mah. Mas afzhal begitu sayang sama Harun, pasti dia juga berharap bisa punya anak. Tapi gimana ya Allah, ayrin masih takut". Seketika hayalannya buyar saat afzhal memanggilnya.

"Sayang". Afzhal melambaikan tangannya di hadapan ayrin.

"Kamu lagi mikirin apa? Serius amat". Ucapnya sambil menyelimuti Harun yang sudah tertidur pulas.

"Heum aku cuma...".

"Cuma apa, Heum?". Ucap afzhal sambil menatap manja istrinya. Lagi-lagi ayrin di buat salting jika ditatap seperti itu.

Kita dan Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang