4. Mulai ada Rasa✓

124 5 0
                                    


Silahkan vote

Silahkan koment.

Happy reading.

Setelah menikah kini tanggung jawab ayrin bertambah, kini iya harus mengurus suaminya dengan baik karena sebentar lagi iya juga akan dibawa kembali ke turki tempat dimana iya belajar yang merupakan tempat tinggal ustadz Afzhal.

"Ayrin", afzhal memanggil istrinya saat tidak melihat sosok ayrin di dalam rumah.

"Iya, sebentar", jawab ayrin berlari dari halaman depan saat mendengar panggilan suaminya.

"Kamu kenapa?, Ngos-ngosan gitu?". Tanya ustadz afzhal.

"Kan ustadz manggil saya tadi, jadi saya langsung kemari", sahut gadis berhijab itu.

"Ya gak usah lari juga, nanti kalau kamu kepeleset gimana, bisa bahaya, liat tuh masih ada air di lantai nya", tunjuk ustadz afzhal bahwa lantai yang baru saja di pel oleh ayrin masih basah.

"Eehh iya, saya lupa kalau lantainya baru saya pel". Sahutnya canggung.

"Kamu lihat kain sarung saya gak?".

"Sarung yang mana ustadz".

"Itu yang warna hitam, tadi saya letakkan di kursi dekat rak buku kamu".

"Aduh, udah saya bawa ke laundry ,saya pikir ustadz afzhal gak pake lagi, jadi Langsung saya bawa". Jawabnya.

"Ya udah kalau udh kalau udah dibawa".

"Ets satu lagi, tolong kamu jangan panggil saya ustadz, karena kalau di rumah, saya ini bukan ustadz kamu". Sambungnya lagi.

"Iya, terus saya harus panggil apa?", Ayrin iseng menggoda dengan mengedipkan sebelah matanya.

"Sayang". Bisik nya lalu pergi dari hadapan ayrin.

"Sayang?, Emang harus itu ya?", Ayrin dibuat salting dengan tingkah suaminya itu.

"Ay Lo gak boleh salting, tetap tenang dan anggunly", lirihnya berusaha untuk tidak salting saat di goda oleh ustadz afzhal.

Suasana makan malam.

"Biar ummi yang bawa, kamu panggil suami kamu kita makan malam sama-sama". Ucap ummi Hasanah.

"Baik ummi". Ayrin pun langsung memanggil suaminya untuk makan malam bersama.

Klekk...

"Makanan udah siap, ummi sama Abah nungguin kita di bawah". Kata ayrin yang berdiri di ambang pintu tanpa masuk kedalam kamar.

"Coba bilang yang bener, yang ikhlas". Ucapnya dingin tanpa melihat ayrin di belakangnya.

"Aargggh ini anak", kesal ayrin padahal iya sudah sangat lapar sekarang tapi afzhal malah mengajaknya untuk bermain drama.

"Sayang ku ustadz afzhal ayo kita makan malam dulu, ummi sama Abah udah nungguin kita di bawah". Ayrin berusaha menahan malunya saat mengatakan itu pada suaminya.

Afzhal tersenyum mendengar perkataan lembut istrinya itu walaupun iya tau ayrin pasti sedang menahan malunya saat ini.

"Ayo bidadari surga ku". Ucap ustadz afzhal lalu memegang tangan istrinya menuju meja makan.
Ayrin terdiam seribu bahasa saat mendapatkan perlakuan lembut dari suaminya itu.

"Makan yang banyak nak afzhal, jangan malu-malu", ucap Abah Ali.

"Iya Abah", sahut ustadz afzhal canggung.

Skip

Setelah selesai makan malam, kini mereka berkumpul di ruang tamu karena akan ada yang ingin dibicarakan oleh ustadz afzhal mengenai ayrin yang akan iya bawa tinggal bersamanya di turki.

"Abah, ini sudah tiga hari setelah kami menikah, dan sesuai dengan janji dulu pada saat khitbah setelah menikah saya akan membawa ayrin bersama saya". Lirih ustadz afzhal.

"Iya nak, Abah ingat semua itu, tapi kapan rencana kalian untuk berangkat ke sana?", Tanya Abah Ali.

"In sya Allah afzhal berencana untuk Langsung kembali besok bah".

"Besok?, Bukankah itu terlalu cepat?", Potong ayrin, menurutnya ini terlalu cepat padahal iya masih ingin bersama dengan ummi nya.

"Ummi, ini terlalu cepat, ay masih mau di sini", ucap ayrin.

Ummi Hasanah hanya terdiam melihat anaknya yang merengek padanya seperti anak kecil padahal sekarang dia sudah memiliki suami.

"Ummi ayo ke dalam, beri mereka waktu untuk memutuskan hal ini". Bisik Abah Ali pada telinga istrinya. Keduanya pun pergi kini hanya afzhal dan ayrin yang tertinggal.

"Apa kita harus kembali secepat ini?". Ucap ayrin pada suaminya.

"Jadi kamu maunya kapan?", Afzhal berbalik tanya pada ayrin.

"Ay, kita sudah menikah, saya gak bisa lama-lama disini karena....". "Karena apa?, Karena rumah saya gak sebesar rumah ustadz afzhal? Iya?". Potong ayrin.

"Emangnya saya ngomong gitu? Enggak kan, asal bicara aja kamu".

"Jadi gimana kamu mau ikut saya atau saya tinggal kamu disini saya balik sendiri, siapa tau di jalan nanti ada yang mau sama saya, ustadz muda ganteng lewat".

"Kok ngomongnya gitu?, Kan saya cuma tanya kenapa kita harus pergi secepat ini". Ayrin mulai kesal dengan tingkah suaminya yang tak pernah serius jika di ajak bicara.

Karena sudah mulai kesal ayrin pun beranjak dari tempat duduknya dan ingin pergi menuju kamarnya.

"Mau kemana?".

"Mau nyangkul", ketus ayrin yang langsung pergi dari sana. Afzhal hanya bisa tersenyum melihat tingkah istrinya.

Karena tak mau terlalu lama terdiam, afzhal pun menyusul ayrin ke dalam kamar mereka untuk membujuk sang istri agar mau ikut dengannya besok.

"Ay". Panggil ustadz afzhal namun ayrin tak menyahut seruan suaminya yang ada dibelakangnya.

"Jangan ngambek gitu, nanti jadi temennya setan Lo".

"Biarin, peduli apa ustadz afzhal sama saya".

"Jangan bicara kaya gitu, iya deh saya minta maaf".

"Ay, coba liat ke sini sebentar aja". Bujuknya.

"Gak".

"Bentar aja".

"Gak mau".

"Sebentar aja sayang". Ucapnya lembut sehingga mengalihkan pandangan ayrin untuk melihat kebelakang.

"Ap....."

Cup.

Satu ciuman mendarat di pipi kiri ayrin dan sontak membuat ayrin mematung untuk sesaat, kini hatinya berdebar sangat kencang.

"Ay", ucap ustadz afzhal sambil memegang tangan istrinya dengan lembut.

"Kamu mau kan ikut saya besok, bukannya saya tidak betah di sini, tapi ada tanggung jawab yang harus saya jalankan disana, apalagi Abi udah tua beliau pasti udah gak sanggup lagi untuk ngurus anak santri sendirian jadi saya yang harus gantiin beliau". Jelas afzhal.

"Iya, tapi janji dulu kalau ustadz afzhal ada waktu, kita pulang kesini jenguk ummi sama abah". Ucapnya.

"Iya sayang ku, makasih ya kamu udah mau mengerti saya". Afzhal membuka kedua tangannya agar ayrin masuk kedalam pelukannya, awalnya hanya sebatas keisengan namun ayrin tak menolak justru iya Langsung memeluk erat afzhal suaminya itu.

(Beginilah perempuan jika di jelaskan dengan kata-kata yang lemah lembut tentu akan lembut juga jawaban dan perlakuannya, tapi beda hal jika di hadapkan dengan perkataan kasar, bukannya nurut malah menjadi pembangkang).


Tbc


Kita dan Sang PenciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang