Assalamualaikum temen-temen aku minta maaf bgt ya udah seminggu aku gak update, aku juga baru aja sembuh. Satu Minggu ini aku benar-benar kurang vit, badan aku lemes banget ditambah lagi kepala rasanya sakit gak tertolong. Tapi sekarang Alhamdulillah aku juga udah kembali sehat dan udah bisa lanjut nulis lagi.
***
Setelah masalahnya dengan ayrin menjadi bahan perbincangan hangat dipesantren ustadzah Yura sama sekali tidak berbicara dengan ayrin lagi setelahnya. Mungkin rasa bencinya semakin mendalam pada wanita itu, bagaimana pun itu akan iya lakukan. Ini bukan lagi akibat cintanya pada ustadz afzhal melainkan rasa bencinya pada ayrin, bermain cantiklah solusinya.
Hari ini untuk kesekian kalinya iya masuk di kelas Fira. Iya tampak biasa saja sama seperti biasanya. "Ustadzah". Panggil Fira saat santri yang lain sudah keluar dan hanya tinggal mereka berdua disana.
Ustadzah Yura melihat kearah Fira. " Ada apa?".
"Saya boleh nanya sesuatu gak ustadzah".
"Tanya aja". Sahut nya sambil mengumpulkan beberapa kitabnya.
"Kenapa ustadzah gak suka sama ayrin?". Tangannya berhenti iya melirik kearah Fira.
Ustadzah Yura menaikkan sebelah alisnya "Kenapa kamu tanya itu".
"Aa gak ustadzah saya cuma tanya aja". Fira merasa kaku dan panik sendiri.
"Kamu mau tau kenapa saya gak suka sama ayrin?". Dengan ragu Fira sedikit mengangguk.
"Ustadz afzhal adalah cinta pertama saya. Tapi dia justru menikah dengan ayrin. Dan Jika saya gak bisa dapetin dia, maka siapapun juga gak boleh untuk memilikinya".
"Tapi ustadzah Meraka sudah menikah, untuk apa lagi?".
"Saya gak peduli. Mau dia udah menikah, mau punya anak saya gak peduli, yang penting tujuan saya memisahkan mereka walaupun itu akan membahayakan diri saya sendiri".
"Gila nih anak sumpah, serem banget". Fira menelan ludahnya kasar sambil berucap dalam hati.
"Tapi sekarang rasa benci saya untuk dia semakin besar, karena gara-gara dia nama saya jadi buruk di pesantren ini. Jika sudah waktunya saya akan balas semuanya". Pikirannya mulai bereaksi dimana dia akan membalas semuanya pada ayrin.
"Jika nama saya tercemar disini, maka akan saya pastikan juga dia akan mendapatkan hal yang sama disini, di pesantren ini". Ustadzah Yura menekan nada suaranya sambil tersenyum miring.
"Yang sabar ya ustadzah, saya juga gak suka sama ayrin. Karena ummi ana selalu belain dia dibanding saya. Apa-apa ayrin, dikit-dikit ayrin". Ketusnya malas saat mengucapkan nama ayrin. Fira sangat suka mengompori ustadzah Yura.
"Ternyata kita sama-sama membenci orang yang sama ya". Seru ustadzah Yura dengan senyum sinisnya.
"Iya ustadzah". Jawabnya cepat. Fira memang tipikal orang yang suka memanas-manasi orang lain apalagi ustadzah Yura itu membenci orang yang sama dengan dirinya. Ustadzah Yura langsung keluar dari sana dan menuju ke asramanya sementara Fira kembali menyusul temannya yang sudah keluar lebih dulu.
***
Afzhal mencari-cari keberadaan istrinya, iya memeriksa setiap kamar yang ada bahkan sampai kedapur namun ayrin juga tak terlihat.
"Ayrin kemana ya, gak biasanya dia pergi tanpa sepengetahuan saya". Afzhal bergumam penasaran. Iya berjalan gontai menuju pintu keluar dan pergi kepesantren barangkali ayrin ada disana.
Sementara yang dicari sedang asik bercerita satu sama lain dirumah ummi ana. Lasmi masih berada disana iya bahkan tidak melihat jam yang sudah semakin sore karena terlalu asik berbincang dengan semuanya. Afzhal yang sudah kembali dari pesantren masih belum menemukan istrinya, terakhir iya mendatangi rumah umminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dan Sang Pencipta
Ficção Adolescenteبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم Ahlan Wasahlan. Ambillah yang baik, buanglah yang buruk. Happy Reading.... Apa yang ada didepan mata tak akan sanggup menandingi apa yang ada di dalam hati, dan yang sudah di dalam hati tak akan sanggup untuk...