Step Brother - 1

9.9K 172 6
                                    

Aku gak tahu sih kalian bakalan suka atau enggak sama cerita ini.
Modal nekad aja aku update-nya, hehe.
Tapi sebelumnya aku mau ngasih tahu, ini tuh memang cerita remaja, tapi di bumbui adegan dewasa.

Gak akan seintens ceritaku yang sudah-sudah sih. Hanya saja di sini aku akan menunjukkan kenakalan-kenakalan pemeran di usianya yang menuju Dewasa.

Mungkin banyak dari kalian yang gak akan setuju. Tapi aku harap kalian bisa bijak dalam membaca.

Dan apa yang tersaji tidak untuk di tiru ya.

Terima kasih.

And

Happy Reading!!!

*****
Bab 1

Kelas XI IPS 2 memang terkenal dengan kegaduhannya, mengingat murid-murid nakal yang selalunya keluar masuk ruang BK berada di sana hampir semua. Kesabaran para guru di uji di kelas itu. Bahkan banyak guru yang berpikir dua kali untuk mengajar di sana. Namun karena kewajiban, mereka tetap melakukan tugasnya, walau kepala nyaris pecah menghadapi murid-murid bandelnya.

Seperti sekarang, pelajaran sosiologi sedang berlangsung di kelas itu, tapi beberapa murid yang berada duduk di belakang malah justru asyik membuat keributan. Teguran tidak mereka hiraukan, dan materi di depan tidak sama sekali di pedulikan, membuat guru yang mengajar hanya mendesah pelan dan memilih membiarkan dari pada berakhir dengan emosi berkelanjutan. Hingga kemudian sebuah ketukan dari luar terdengar, mengalihkan hampir semua pasang mata di kelas itu.

"Maaf saya mengganggu waktu mengajarnya," ucap sesosok pria paruh baya yang menjabat sebagai kepala sekolah seraya masuk ke dalam kelas yang tidak sepenuhnya tenang karena murid-murid di bangku belakang seakan tidak teralihkan. Membuat Pak Mustofa, yang tak lain adalah kepala sekolah SMA Caraka geleng kepala. Sudah teramat hafal dengan murid-muridnya itu.

Dan sama seperti guru-guru yang lain, Pak Mustofa pun sudah terlalu lelah untuk menegur mereka. Jadi, selama tidak melewati batas dan mempertahankan prestasi mereka, Pak Mustofa memilih untuk membiarkan saja. Lagi pula tujuannya datang ke kelas ini sekarang bukan untuk mendisiplinkan murid-murid badungnya, melainkan untuk mengantarkan anggota baru di kelas ini. Walau jujur saja Pak Mustofa sedikit keberatan harus menempatkan murid baru di sana. Tapi mau bagaimana lagi, hanya IPS 2 yang jumlah muridnya masih ganjil.

"Saya mau titip murid baru di kelas ini," lanjut Pak kepala sekolah, lalu meminta gadis cantik di ambang pintu untuk masuk dan memperkenalkan diri.

"Selamat pagi. Nama saya Xena Cordelia."Hanya seperti itu, tapi sontak membuat kelas bertambah riuh dengan siulan juga lontaran demi lontaran tanya yang hanya Xena tanggapi dengan senyum singkat. Dan kehebohan itu menghadirkan dengusan sang kepala sekolah, juga guru Sosiologi yang sudah ada di sana sejak awal, memberi materi walau tidak di perhatikan oleh semuanya. Berbeda dengan sekarang, di mana murid baru yang masih berdiri di depan berhasil mengambil atensi semua orang di kelas. Tidak terkecuali beberapa siswa yang semula sibuk dengan dunia sendiri di belakang sana.

"Xena, Bapak minta maaf karena harus menempatkan kamu di kelas rusuh seperti ini," sesalnya ketika mendapati Xena hanya diam saja dengan tatapan menelisik sepenjuru kelas. Dan itu membuat Pak Mustofa berpikir bahwa siswi barunya tidak nyaman berada di sana. "Tapi kamu tidak perlu khawatir, Bapak akan usahakan agar kamu pindah dari sini dan mendapatkan kelas yang lebih baik ," ujarnya dengan nada meyakinkan.

"Weh, weh, Pak. Apa-apaan itu?" sahut cepat salah satu siswa di belakang sana. Mengalihkan atensi Pak Mustofa. "Murid yang udah masuk kelas ini di larang keluar dari sini, Pak."

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang