8. Mau ke mana, Hmm?
'Hidup kadang di atas, kadang di bawah tanah. Kalau hidupku cuma ada di hatimu, berati aku sedang jatuh cinta.'
***
"Kak Bima! Anterin aku ke sekolah!" teriak Adira di depan pintu kamar Bima yang sudah terbuka lebar.
Bima tak menyahut, masih santai berbaring di atas kasur. Cowok itu seolah tuli, membuat Adira merasa gemas sendiri.
Ingin sekali Adira mengumpat, tapi dia sadar citra baiknya bisa saja hilang hanya gara-gara lidah sendiri. Adira membuang nafas kesal, berjalan mendekat ke arah Bima. Dengan jahat, gadis itu menarik kuat bantal yang ada di bawah kepala Bima.
Tidak berhasil.
Padahal kepala Bima sudah terbanting keras di atas kasur, tapi ... cowok itu tetap tak sadarkan diri.
"Kak Bima! Sekolah!" teriak Adira lagi. Kali ini berbeda, dia berteriak keras di telinga cowok itu.
Bima refleks bangun, matanya menatap nyalang ke arah Adira. Namun, Adira tak takut sama sekali, dia malah menatap tajam balik Bima.
"Apa?! Mau marah? Ini sudah pagi kak! Harusnya kakak bersyukur karena aku nggak merepotkan kakak, dengan tiap hari bolak balik ke kamar aku." Ya, memang pasalnya—Bima membangunkannya setiap pagi. Sekarang, entah kenapa? Tak ada hujan, tak ada petir, Adira bangun sendiri tanpa bantuan kakaknya. Apa yang terjadi sebenarnya?
"Masih mending, gue bolak balik ke kamar lo. Dari pada gendang telinga gue pecah karena suara lo." Bima mendelik ke arah jam wekker di atas meja. "Buset! Ini masih jam setengah enam, tuyul! Lo mau ajak gue ke sekolah jam segini! Enggak-enggak gue mau tidur!"
Dengan kesal, Bima kembali bergulat di atas kasur.
"Kak Bima! Bangun! Bangun!" Adira tak tinggal diam. Tangannya ikut handil memukul bantal milik Bima ke tubuh cowok itu.
Adira tak peduli, dia ingin pergi ke sekolah.
*
Adira menatap sekitarnya dengan raut waspada. Entah apa yang dilakukannya, gadis itu bagaikan maling yang menyelinap masuk ke dalam kelas. Yang jelas, ini bukan kelasnya.Dengan perasaan deg-deg an, Adira membuka buku bersampul biru, dengan judul 'buku absensi kelas delapan 7.'
"Ahaaa! Jadi nama cowok sok keren ini namanya Agasa Atama. Humm ... keren sih, tapi nyebelin." Adira bergumam pelan, mengetahui nama kepanjangan dari Tama. Aneh saja, kalau namanya cuma Tama doang.
Adira buru-buru menutup buku absensi itu, lalu berlari keluar kelas. Bisa bahaya kalau orang lain menangkap basah dirinya di sana.
"Eh, bentar. Lagian ngapain aku gini? Apa untungnya aku cari nama dia?" Adira tersadar akan tingkahnya sendiri. "Aku kenapa, ya? Apa jangan-jangan ini yang dinamakan cinta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
2019 Crush Diary [ END√ ]
Romance[Juara 8 Glorious Writing Contest] Tidak semua jatuh cinta bermula dari fisik. Contohnya Kamma, cowok populer dengan kepintarannya malah menyukai gadis bodoh dan tidak peka seperti Adira. Namun, siapa sangka? Adira justru jatuh cinta pada cowok baru...