15. Ciuman Nggak Sengaja

53 6 15
                                    

15. Ciuman Nggak Sengaja

***

'Apa kamu menyukaiku?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Apa kamu menyukaiku?'

-Adira Ariani -


"Kamma! Lo apa-apaan sih, tadi aku udah bilang. Jangan sampe ke dalam!" kesal Adira sembari memukul punggung Kamma.

"Memang kenapa?" tanya Kamma bingung. Sepeda yang dikemudi, dia tempatkan di salah satu tempat parkiran yang kosong.

Adira turun duluan, dengan wajah kesal. Sementara, Kamma hanya bersikap acuh tak acuh. "Masih nanya lagi, itu fans lo pada lihat aku marah. Mana itu bola mata kayak mau keluar lagi."

"Hahaha." Kamma ikut turun dan memperhatikan sekitarnya. Hanya sebentar, setelah itu—dia mengalihkan pandangan ke arah Adira.

"Kok ketawa, sih!" Adira yang ditertawakan mengerucutkan bibir.

"Bukannya bagus? berati lo bakal terkenal entar, kalo sama gue terus," jawab Kamma enteng.

"Terkenal apanya. Aku nggak suka, entar aku dibully fans lo lagi. Bukannya populer, malah dapat masalah," gerutu Adira sembari berjalan duluan dari Kamma.

"Jadi lo nggak suka?" Kamma yang merasa ditinggalkan pun mengikuti langkah Adira.

"Iya, aku nggak suka jadi pusat perhatian."

"Humm ... padahal lo orang pertama yang gue tebeng, Ra. "

Deg

Adira menoleh ke arah Kamma dengan wajah kaget. Degub jantung yang terasa biasa sebelumnya, berubah menjadi rasa gugup luar biasa.

Orang pertama? Apa itu berati—Kamma tidak pernah mengizinkan seseorang duduk di sepedanya ini?

"Ke-kenapa?" tanya Adira dengan wajah ingin tau. Keingintahuannya yang tak mengerti dengan sikap Kamma yang sering sulit di tebak. Membuatnya kesulitan memahami perasaan degub seperti apa ini? Padahal dia menyukai Tama bukan Kamma. Tapi ... kenapa degub jantung itu terasa begitu nyata ke dalam dadanya?

Sebenarnya, Adira jatuh cinta pada siapa? Tama atau Kamma?

Kamma tersenyum, tangannya bergerak mengelus puncak kepala Adira. "Lo benar-benar nggak peka, Dir." Setelah mengatakan itu, Kamma membawa tangannya menjauh dari kepala Adira. "Ayok ke kelas. Sebentar lagi, bel masuk bunyi."

Adira terdiam sejenak dengan wajah bingung.  Adira akui bahwa dirinya memang tidak peka. Bahkan, terhadap perasaan sendiri, dia bingung untuk mendeskripsikan.

"Sudah, ayok! Jangan banyak mikir!" Kamma yang tak melihat tanda-tanda Adira melangkah lagi pun, membawa tangannya—hingga saling mengenggam. "Ayo, Dirdir!"

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang