14. Jadi Orang Pertama

47 6 16
                                    

14. Jadi Orang Pertama

***

'Aku hanya tokoh pendamping yang akan selalu menyukainya, bukan disukainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Aku hanya tokoh pendamping yang akan selalu menyukainya, bukan disukainya.'

- Kamma Onfarta -

Adira terdiam kaku di tempat, melihat tatapan tajam milik Bima mengarah padanya. Dia bagaikan diintimidasi melakukan kesalahan fatal yang harus dibawa ke kasus penanganan terberat. Oke. Adira memang gadis pelupa. Tapi ... dirinya tidak akan lupa terhadap peraturan di rumah ini.

Pertama, tidak boleh pacaran kecuali kalau sudah kuliah. Kedua, tidak boleh pulang di atas jam 5, tanpa izin. Tidak boleh keluar malam. Itu semua harus ditaati agar tidak menimbulkan bencana besar suatu saat nanti.

Adira tau peraturan itu sedikit tak memberatkan. Lagi pula anak rebahan mana juga yang suka bepergian di malam hari? Rasanya sungguh memalaskan. Lalu, soal pacaran, sepertinya Adira belum terlalu menginginkan itu.

"Lo tau ini jam berapa?" tanya Bima dengan wajah dingin.

"Bentar, cek dulu kak—" Adira mengeluarkan ponsel di saku rok nya dan mengintip jam tertera di sana. "Hampir jam 7 malam, kak. Kenapa memangnya?"

"Masih tanya lagi. Lo itu melanggar aturan di rumah ini! Nggak boleh pulang lebih dari jam lima sore. Ini apa?! Sudah masuk malam!" kesal Bima sembari menunjuk jam menggantung di sudut dinding rumah. "Untung Mama belum pulang, kalau dia tau—lo bisa habis."

"Ih, kak Bima! Jahat bener mulutnya!" Adira mengerucutkan bibir mendengar kata habis yang terlontar dari mulut Bima. "Kakak nggak tau aja, tadi di sekolah aku ketiduran sampai ke kunci bareng Kamma."

Bima mengerut kening. "Itu karena lo aja yang suka molor. Lagian kenapa nggak langsung pulang?"

"Itu karena aku belajar—hum, belajar kelompok." Adira sedikit bingung menjelaskan belajar apa yang membuat dia seperti ini. Karena ini murni dari keinginannya yang terwujud. Bukan karena belajar kelompok, yang kadang jadi suatu keterpaksaan.

"Kenapa nggak di rumah aja belajarnya?" tanya Bima heran.

"Nggak mau, ada kak Bima. Entar bukannya aku belajar, kakak malah ganggu aku."

"Heh—gue nggak gitu juga kali. Atau jangan-jangan itu alasan doang karena lo pengen pacaran sama itu Kamma," ucap Bima asal.

"Nggak ya, kakak sok tau. Mana ada aku suka sama dia. Kamma itu cuma teman."

"Teman apa? Teman tapi mesra?" Goda Bima sembari menaik turunkan salah satu alisnya.

"Huh, enggak kak! Kak Bima nih menyebalkan! Sebelas duabelas sama Kamma."

"Oh, ya? Jadi penasaran gue sama dia." Bima melipat tangannya di dada. "Kayaknya dia pintar—"

"Memang, lebih pintar dari kak Bima. Asal kakak tau aja. Itu cowok, anak olimpiade. Kak Bima mah, gak ada apa-apanya. Masih kecil kayak korek api."

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang