37. Memilih Yang Lain

28 6 0
                                    

37. Memilih Yang Lain

***

'Sakit luar biasa, saat lo pergi memilih yang lain selain gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'Sakit luar biasa, saat lo pergi memilih yang lain selain gue.'

- Kamma Onfarta -

"Loh, siapa nih?!" Adira menatap heran dengan nomor yang baru muncul di papan pesannya. Setelah di dari info lebih lanjut, tidak ada tanda bahwa nomor itu berasal dari grupnya. Berati secara tidak langsung, ada menyebarkan nomornya. Tapi siapa? Siapa yang sudah berbuat onar seperti ini?

Adira melirik Ressa dan Nadya yang tampak sibuk dengan ponsel masing-masing. Apa mereka?

Asira berdehem sejenak, lalu memanggil nama mereka. "Lo berdua ada nyeberin nomor aku ke tempat lain?"

Ressa menggeleng sebagai jawaban. Sementara Nadya masih terdiam dengan wajah berpikir. "Kayaknya gue pernah."

"Nadya! Kok lo gitu sih! Kan sudah di bilang, jangan kasih kontak aku ke siapapun. Kok lo kasih!" kesel Adira dengan raut bingung.

"Ya maaf, barusan kok gue kasih. Sama satu orang juga, nggak lebih." Nadya cengengesan merasa tak bersalah akan perilakunya yang ini.

"Nanti kalau dia chat yang aneh, gimana?" sungut Adira yang tak bisa marah sama sekali.

"Nggak mungkinlah, orang yang minta nomor lo itu, Tama."

Ressa yang sejak tadi terdiam seketika menatap dengan wajah kaget sekaligus tak percaya. Wajah berubah menjadi berseri-seri dan sekarang dirinya mencoba menggoda temannya itu.

"Ihhh! Kok di kasih sih?!" hardiknya kesal. Adira sedikit kaget mendengar itu, pasalnya untuk apa cowok itu menghubunginya dalam kondisi seperti ini?

Ah, mimpi apa dirinya semalam? Sehingga kali ini dirinya mendapat hal terduga dan tak menutup kemungkinan Adira merasa senang. Senang karena akhirnya dirinya bisa memancarkan aksi untuk cepat bertindak mendapatkan hati seorang Tama.

"Habisnya, dia tuh—" Nadya dengan pandangan melayang memikirkan kejadian 25 menit yang lalu, saat ber pas-pas an dengan Tama di WC. Cowok itu memaksanya untuk memberikan nomor ponsel Adira dengan beberapa alasan karena mereka adalah partner di duet itu nanti. Nadya yang merasa terdesak pun buru-buru mencatatkan nomor Adira padanya. Setelah itu, gadis itu bergegas pergi dari hadapan Tama yang menatapnya dengan raut aneh.

Nadya mengakhiri cerita singkatnya itu dan tersenyum ke arah Adira. "Seharusnya lo beruntung, Ra. Dengan begitu, kalian berdua bisa semakin dekat."

Adira mencebikkan bibir kesal, memang baik sih teman satunya ini. Tapi ... tak bisakah dirinya minta izin terlebih dahulu ketika membagikan nomornya? Adira kembali melihat ponselnya untuk menyimpan nomor Tama dan membaca pesan singkat apa yang diberikan cowok itu.

Tama Gantenggg
Haloo
Sorry, ini gue Tama.
Tadi gue maksa teman lo biar kasih kontak lo ke gue, beruntungakhirnya dapat.
Oh, iyaa, nanti pulang sekolah bisa latihan? Gue mau nyamain suara lo dengan gitar gue.

Adira melihat itu merasa bingung seketika. Padahal ini kesempatan besar baginya. Tapi—di satu sisi hari ini Kamma dan dirinya akan belajar kembali.

Ah, Adira jadi bingung. Antara memilih latihan bersama Tama atau diajarkan Kamma secara cuma-cuma. Adira tak ingin egois, tetap mempertahankan keduanya dalam kondisi yang rumit ini. Adira mengambil nafas dalam dan membuangnya. Baiklah, untuk kali ini dia akan memilih Tama. Untuk Kamma mungkin kapan-kapan saja waktunya.

Kamma, maaf mengecewakan lo. Aku juga bisa dekat sama kamu akhir-akhir ini. Aku hanya bingung saja dengan perasaan sendiri akhir-akhir ini.


*

"Dirdir!" Panggil Kamma saat bel sudah berdering dari 5 menit yang lalu. Sang empu yang yang merasa terpanggil pun menoleh dan melihat Kamma berdiri tak jauh darinya. "Jadi belajar?"

Adira menggeleng kepala pelan. "Maaf, aku nggak bisa."

"Ke-kenapa?" tanya Kamma kebingungan.

Sebelum Adira menjawab. Ressa dan Nadya buru-buru memotong ucapan Kamma.

"Kam, udah, tunda aja dulu. Adira lagi sibuk hari ini." Nadya berucap singkat untuk menghalangi Kamma membawa Adira kembali.

"Sibuk?" Kamma mengerut kening kebingungan.

"Loh? lo nggak tau ya? Adira kan ikut kontes seni duet setelah ujian nanti. Iya kan, Dir?"  ucap Ressa dengan  pertanyaan di akhir kalimatnya tertuju pada gadis yang ditanyainya itu.

Adira mengangguk lemah dan itu membuat Kamma sedikit kecewa dengan tolakan yang telah diberikan. Adira ingin sekali meminta maaf sebesar-besarnya karena tiba-tiba menukar janjinya dengan pilihan orang lain. Tapi—itu tak bisa dia lakukan. Sehingga dirinya hanya terdiam seribu bahasa dan  dibawa pergi dari hadapan Kamma.


*


Kamma mengemudi sepedanya dengan wajah lesu. Mengingat Adira yang pergi meninggalkannya, dan memilih untuk latihan dibandingkan dirinya, membuatnya menjadi sedih. Ya ... Kamma tak bisa memaksa gadis itu untuk menuruti keinginannya. Tapi ... tetap saja hatinya merasa terluka terhadap persoalan ini. Kamma menghela nafas dengan wajah sabar. Cowok itu mencoba untuk tidak egois kali ini. Lagi pula, Adira bebas untuk menentukan keinginannya. Jadi—dirinya hanya bisa menunggu saja.

Namun, Kamma lagi-lagi merasa ada sesuatu yang aneh pada gadis itu. Seperti ada yang di tutupi, tapi hal yang ditutupi masih belum tau apa hal terjelas di balik sana. Kamma menghentikan sepedanya di depan Apartemen yang di mana ada ruang khusus untuk menyimpan kendaraan. Cowok itu melangkah masuk dengan raut super datar. Beberapa orang yang melewatinya tampak terbiasa dengan raut seperti itu. Mereka sering memandangnya aneh karena SMP begini aku sudah tinggal di apartemen.

Tangannya lalu menekan tombol kata sandi pengucian Apartemen, setelah itu pintu terbuka. Pandangannya terhenti saat menemukan sebuah sepatu lebih kecil darinya tergeletak di lantai

"Ck, siapa yang masuk ke Apartemen gue!"

***

KOMEN NEXT DI SINI!! BIAR UPDATENYA CEPAT!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOMEN NEXT DI SINI!! BIAR UPDATENYA CEPAT!!

1 Agustus 2023

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang