12. Patah Hati Pertama

50 7 14
                                    

12. Patah Hati Pertama

***

Sekilas info:

Hello readers! Karena aku mengejar waktu! Mungkin aku bakal tiap hari publish atau tidak, aku akan double up dalam sehari.

Mohon bantuannya. Untuk mendukungku selalu. Lope yuu guys♡

'Sukanya diam-diam, patah hatinya juga diam-diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Sukanya diam-diam, patah hatinya juga diam-diam.'

♡♡♡

Sesuai aturan, bagi nilai ulangan di bawah standar akan mendapat sanksi membuat tugas fisika 3 halaman. Adira sendiri merasa sungguh putus asa, saat mengingat soal yang dia selesaikan hanya 2 dan selebihnya-Kamma memberikan jawaban sukarela yang entah benar atau tidak?

Namun, kenyataan manis memang tertulis padanya. Jawaban yang Kamma tulis waktu itu murni benar, tanpa salah sedikitpun. Itu semua tercetak saat tangan Adira berhasil menyentuh kertas ulangan bernilai 84,6.

"Ternyata kalian belum memahami secara benar materi Ibu. Padahal, tugas-tugas kalian itu hampir sama dengan soal yang Ibu ujikan. Ingat, kalian tidak akan bisa lulus ke sekolah populer jika nilai kalian masih di bawah." Ibu Sinta menghela nafas lelah. Tatapannya semakin menajam melihat semua murid terdiam membisu di tempat duduk. "Dari data tiga puluh murid yang ada di kelas. Hanya sepuluh siswa yang berhasil tuntas di ujian kali ini. Yang Ibu takjubkan, Adira ... kamu berhasil di pelajaran kali ini."

Adira menahan nafas, saat namanya disebut Ibu Sinta. Bukan takut ketahuan, tapi dirinya merasa jengah dengan tatapan semua gadis ke arahnya. Tatapan yang menyorotkan kekesalan yang mendalam.

"Ah, padahal yang lain juga pernah minta contekan sama Kamma. Kenapa aku juga yang selalu di soroti seperti itu."

***

"Cie! Yang tuntas!" Nadya mengedipkan mata, seolah godaan yang dia berikan berdampak besar untuk Adira.

Bukannya tergoda, Adira malah menunjukkan ekspresi jijiknya. "Kebetulan aja kali. Lagian, itu juga karna Kamma."

"Utututu, orang yang cintanya ke Tama doang. Menganggap perhatian apapun dari cowok lain, itu cuma biasa saja," ujar Nadya dengan sorot tak lepas dari Adira.

"Kasihan ya, Kamma." Sekarang giliran Ressa berucap. Pendengarannya yang sejak tadi menyimak pembicaraan antara Nadya dan Adira, berakhir ketidaktahanan.

"Kasihan apanya?" tanya Adira dengan wajah bingung.

"Kasihan, jatuh cintanya ke elo yang jelas-jelas menganggapnya teman biasa. Padahal Kamma orangnya baik, pinter, anak orang kaya, ganteng lagi. Kurang apa lagi Kamma?" Ressa mengembangkan senyum misterius ke arah Adira yang sibuk memainkan ponsel.

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang