20. Di Gendong Kamma

39 5 13
                                    

20. Di Gendong Kamma

***

'Panggil gue, kalau lo butuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Panggil gue, kalau lo butuh.'

- Kamma Onfarta-

"Dira!" teriak Ressa yang baru datang. Gadis itu tampak semangat setiap hari. Tiada hari tampa kesedihan melekat dibibirnya. Padahal, baru juga pagi. Tapi ... aura nya sudah mendatangkan pelangi saja.

Adira menguap lebar, pertanda dirinya masih merasa mengantuk.

"Ih, yang semangat dong! Hari ini ada acara pendaftaran seni," sewot Ressa melihat tak ada semangatnya kedua temannya itu.

"Terus?" Nadya menatap ingin tau, apa tujuan Ressa berteriak kali ini.

"Gue mau lo pada, temenin gue mendaftar masuk acara itu," ucap Ressa dengan wajah penuh pemaksaan.

"Kalau gue nggak bisa. Nanti pacar gue, ngajak makan bareng di kantin. Sama Dira aja, ya," ucap Nadya dengan wajah tanpa rasa salah.

"Idih, bucin lo!" ledek Ressa dengan tatapan masam. "Oke, Ra. Lo harus mau temenin gue."

Adira menatap malas Ressa. Padahal dirinya sungguh malas kali ini. Apalagi mengingat, hari ini dia mendapat tamu bulanan. Mengingat itu, perutnya menjadi kian bertambah sakit saja, hingga sampai di sekolah. Inilah yang tak disukai dirinya, sakit perut paling menyebalkan  setiap dirinya mendapatkan hal itu.

"Ah, terserah lo." Adira menjatuhkan dagunya ke atas meja. Perutnya terus merasa tak enak, dan dirinya merasa mengantuk kalau begini jadinya.

Tapi ... sepertinya, hari ini tidak berjalan lancar. Adira harus dihadapkan dengan peraturan berbaris di lapangan. Adira yakini karena acara sekolah yang akan dilaksanakan sebentar lagi, makanya pihak Osis mengumpulkan seluruh murid ke lapangan.

"Dir, lo nggak apa-apa?" tanya Ressa saat matanya menangkap bibir Adira yang mulai memucat.

"Eh, iya, bibir lo pucat, Dir. Mau ke UKS,  nggak?" Nadya ikut berkomentar saat memperhatikan kondisi wajah Adira.

Adira menggeleng lemah. "Boleh duduk di kelas aja, nggak?"

Ressa dan Nadya saling pandang, mereka tampak kebingungan mencari jawaban.

"Boleh sih, tapi palingan lo di intograsi sama anak Osis. Saran gue lo lebih baik ke UKS atau—mau gue bikinin surat izin sekalian?" balas Nadya memang benar apa adanya. Cara satu-satunya, yaitu pergi ke UKS untuk istirahat atau bisa juga langsung izin ke Guru piket untuk pulang.

Adira sebenarnya mau, tapi ... dirinya sudah bertekad untuk belajar yang rajin. Adira tak ingin ketinggalan pelajaran. Namun, kondisinya saat ini memang tidak bisa dipaksakan.

Percuma saja kalau dirinya memaksakan diri untuk tetap belajar. Bukannya fokus belajar malah terganggu sakit.

Merasa tak ada jawaban, Nadya melirik orang-orang yang masih tersisa di kelasnya. "Woii, Kam!" teriaknya setelah menemukan objek sasaran.

Kamma yang tengah sibuk membaca buku berhenti. Entah buku pelajaran apa yang tengah cowok itu baca. Padahal mic sudah berkumandang mengatakan agar semua murid bergegas berkumpul. Itu semua bertujuan agar waktu pembelajaran tidak terbuang sia-sia, tapi—cowok itu malah bersantai-santai di sini. Sungguh sangat di ancungi jempol sikap cowok satu ini.

Mungkin ada beberapa hal yang menyebabkan semua ini. Salah satu faktornya, tidak ingin belajar lama. Tentu, tidak semua murid patuh akan peraturan sekolah, termasuk kelasnya. Kebanyakan teman-temannya menginginkan free belajar. Jadi ... karena itu mereka sengaja menunda-nundakan waktu.

Kamma menoleh ke arah Nadya, dengan alis terangkat satu ke atas. Wajahnya seolah-olah mengatakan 'Apa?'

"Lo gimana sih, Kam. Sebagai teman, lo harusnya bantuin Dira!" kesal Nadya dengan pandangan menusuk.

Kamma mengerut kening tak mengerti. Pandangannya beralih ke arah Adira yang tampak lesu di sebelah Ressa. Ada apa dengannya?

Tepukkan adu dari sebuah buku yang ditutup terdengar jelas dibalik keheningan kelas. Kamma meletakkan buku yang baru ditutupnya itu dengan kasar ke atas meja. Lalu berjalan ke arah bangku belakang.

Nadya tersenyum kecil, melihat Kamma yang cepat tangkap mengambil keputusan. "Gue serahin dia ke lo. Awas sampai lecet teman gue!" Tanpa menunggu jawaban Kamma, gadis itu menarik tangan Ressa—meninggalkan Adira berdua dengan Kamma.

Hening.

Tak ada yang membuka suara lebih dulu. Baik Kamma ataupun Adira. Mereka hanya fokus yang dirasakan saja. Adira yang fokus dengan rasa sakitnya. Sementara Kamma—cowok diam dengan wajah kebingungan.

"Dir, lo sakit? Mau gue antar ke UKS?" tanya Kamma memecah keheningan.

Adira menggeleng ragu. "Nggak mau, entar ketinggalan pelajaran lagi. Bentar lagi kan mau ujian kenaikan kelas."

Kamma menghela nafas gusar. "Sudah, ayo! Gue antar, percuma lo ngikutin pelajaran kalau lagi sakit begini. Yang ada, otak lo makin konslet kalau dipaksa."

Adira yang mendengar lontaran itu pun memayunkan bibir. Matanya seketika menjadi berkaca-kaca. "Yaudah, Kamma anterin."

Kamma mengangguk kecil, lalu membimbing Adira untuk berdiri. Takut-takut gadis itu malah pingsan di jalan. Bukannya merasa tak kuat untuk menggedong gadis itu, tapi—akan menjadi kehebohan besar jika dia melakukan itu di area sekolah.

"Kamma, sakit," rengek Adira menghentikan langkahnya, dan beralih duduk jongkok di area kolidor tanpa tau malu.

Kamma menghela nafas kembali. Cowok itu ikut berjongkok di depan Adira, dan itu membuat Si empu malah kebingungan. "Ayo naik! Biar lo cepat sampai di UKS."

"Heh?! Tapi—" Adira sejenak ragu dengan ucapan Kamma. Bagaimana bisa mereka melakukan hal itu di area sekolah.

"Sudah cepat, kalau nggak—gue berubah pikiran dan maksa lo jalan sampai di sana."

Ancaman Kamma membuat bulu kuduk Adira bergedik. Adira dengan mimik wajah terpaksa, akhirnya naik ke punggung Kamma. Setelah itu, mereka berjalan kembali menuju UKS yang cukup jauh dari area kelas mereka.

"Hei, kalian di sana!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei, kalian di sana!"

Deg

KOMEN NEXT DI SINI! BIAR UPDATENYA CEPAT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


KOMEN NEXT DI SINI! BIAR UPDATENYA CEPAT!

24 Juli 2023

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang