25. Pulang

26 6 9
                                    

25. Pulang

***

'Buat apa gue hidup di neraka dunia ini?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Buat apa gue hidup di neraka dunia ini?'

- Kamma Onfarta-



Kamma masuk ke dalam Apartemen nya dengan wajah lelah. Tas yang tersampir di bahunya dia lempar begitu saja ke atas sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Kamma menyugar rambutnya ke atas, langkahnya mendekat di mana lemarinya berada.

Drrt ....

Suara getaran ponsel itu kembali menusuk indra pendengarannya. Kamma menghela nafas lelah, aksi nya yang tengah mengambil handuk terhenti sejenak. Langkahnya beralih menuju di mana ponselnya tergeletak. Perlahan tangannya menarik benda pipih itu hingga berada di genggamannya.

Papa is calling.

Kamma berdesis pelan, wajahnya menyiratkan rasa kejengkelan yang mendalam. "Dasar penganggu!" Tanpa menjawab telepon, cowok itu beralih meletakkan kembali benda itu ke nangkas dan masuk ke kamar mandi.

Begitulah keseharian seorang Kamma di rumah ini. Hidupnya penuh kesendirian tanpa seseorang di sini. Setiap hari hanya pembantu rumahnya yang datang membantu membersihkan Apartemen ini. Sebenarnya, dia tak memerlukan itu, tapi karena kekhawatiran Sang Bunda. Dirinya pasrah saja dengan kemauan wanita itu.

Semua yang dikatakan nya pada Adira tentang kenapa dirinya tinggal sendiri—itu adalah murni bohong. Dirinya tak murni berada di Apartemen ini karena ingin mandiri. Lebih tepat dirinya membenci rumah yang selalu dianggap beberapa orang adalah tempat ternyaman.

Nyatanya, Kamma tak merasakan itu. Hidup di sana, hanya membuat batinnya tersiksa.

Suara pintu terbuka berdetak, Kamma keluar dari kamar mandi dengan kain handuk yang melilit pinggangnya. Sementara, bagian atasnya terbuka memperlihatkan tubuhnya. Tangannya sibuk menggosok rambutnya yang basah. Aroma khas cowok itu menyebar ke setiap ruang yang di lewati.

Drrt ....

Sekali lagi, getaran ponsel itu kembali. Kamma dengan malas mengecek ponselnya dan melihat nama seseorang tertera di sana. Itu bukan Papa nya yang memanggil. Tapi—itu adalah Bunda nya.

Kamma mengerut kening sebentar, berpikir ada apa gerangan yang memanggilnya ini? Tanpa memperlambat waktu, cowok itu menempelkan ponsel itu ke telinganya.

"Halo, Bun. Ada apa?" tanya Kamma to the point.

Dirinya cukup malas, berbasa-basi saat ini. Terlebih pada kedua orang tuanya. Itu semua karena Bunda nya terlalu bodoh untuk bertahan dengan pria sialan itu. Kamma tidak ingin menyalahkan keputusan Bunda nya tetap bertahan dalam kondisi rumah seperti itu.

Dan ... dirinya cukup kecewa dengan takdir, lalu memilih keluar dari rumah. Bukan berati, dirinya melawan. Tapi ... cowok itu sudah tak kuat lagi melihat pertentangan Bunda dan Papa nya setiap hari.

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang