23. Serius? Beneran?

35 6 15
                                    

23. Serius? Beneran?

***

'Walaupun gue bukan pilihan pertama lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Walaupun gue bukan pilihan pertama lo. Gue akan tetap mencintai lo.'

- Kamma Onfarta-

Adira menghela nafas gusar, tatapannya jatuh di deras nya hujan yang masih mengguyur Bumi. Adira mengambil ponselnya, dan mengetikkan pesan untuk Bima bahwa dirinya akan pulang telat karena terjebak di Sekolah. Bima yang mendapat pesan itu, lantas mengiyakan jawaban adeknya itu—alih-alih meminta Adira berhati menjaga diri.

Adira mengakhiri acara pesan balik itu dengan jawaban patuh. Tatapannya beralih menatap ke dalam, ada Kamma yang tengah tertidur dalam posisi duduk dengan tangan  sebagai bantalnya. Adira melangkah mendekat, dan duduk di samping Kamma.

"Lo baik banget sih, Kam. Aku bersyukur banget bisa ketemu lo. Seandainya, bukan lo yang datang. Mungkin, selamanya aku akan menjadi manusia yang sangat penakut. Bagi aku, cowok itu menyeramkan. Tapi—lo nggak semenyeramkan itu." Adira mendesah gusar, mimik wajahnya menjadi sedih. Mengingat semua perlakuan semua orang padanya dulu.

Sakit hati, bercampur menjadi satu. Rasa dendam tak tersampaikan membuatnya menahan rasa amarah mencuat dalam diri. Adira sampai tak sadar, matanya mulai mengeluarkan cairan bening.

Kamma yang tampak terganggu dengan isakkan kecil Adira pun membuka mata. Awalnya, cowok itu menatap heran saja. Namun, saat kesadarannya mulai kembali, cowok itu seketika panik.

"Dir, lo ... lo kenapa? Lo masih takut?" Kamma yang tak mengerti dengan tangisan Adira pun mengambil tindakan untuk memeluk tubuh gadis itu.

Adira yang merasakan pelukan hangat itu, semakin terisak. Sehingga punggungnya ikut bergetar. Adira tak pernah menangis seperti ini sebelumnya pada orang lain. Bahkan pada dua temannya Ressa dan Nadya saja, tidak pernah sama sekali. Dia hanya menutupi, hal luka yang membuatnya trauma sampai saat ini. Soal Orang tua—mereka memang tau, trauma itu. Tapi—mereka tidak akan tau betapa terlukanya ketika ingatan itu sering menghantui sampai saat ini. Adira memang sudah membuka diri untuk tidak hanyut dalam dalam rada trauma itu, tapi tak sepenuhnya.

"Kam, lo jangan kayak mereka. Aku takut," ujar Adira di sela isakkannya.

Kamma mengangguk pelan. Walaupun dia begitu tak mengerti apa maksud gadis itu sebenarnya. Kamma—cowok itu hanya perlu menenangkan dirinya saja tanpa banyak berkomentar.

"Lo tenang, gue nggak akan berubah. Gue akan selalu di sisi lo, Dirdir."

Adira mendengar itu pun melonggarkan pelukan. Mendongak ke arah Kamma yang cukup tinggi darinya. Memang wajar kan? Cowok lebih tinggi dari cewek. Apalagi, golongan Adira seperti ini—yang lebih pendek dari teman-teman ceweknya yang lain.

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang