9. Polos-polos Nakal

74 11 180
                                    

9. Polos-polos Nakal

***

Ah, sorry guys. Kalau part kali ini agak kurang. Aku lagi agak kurang sehat soalnya, hiks  ╥﹏╥   Ini aja penuh pemaksaan, biar kalian nggak nunggu lama.

 Aku lagi agak kurang sehat soalnya, hiks  ╥﹏╥   Ini aja penuh pemaksaan, biar kalian nggak nunggu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'1% mikirin tugas. 99% mikirin senyuman kamu barusan.'

♡♡♡

Ternyata, tak salah, perasaan tak enak itu disambut dorongan kuat oleh Nadya. Tubuhnya terlalu ringan, berakhir bertabrakkan dengan Tama. Sementara Tama yang terkejut, refleks memeluk.

Deg

'Kyaa! Sialan! Nadya sialan!' Teriak Adira dalam dalam hati. Wajahnya memanas, ketika merasakan tangan Tama di pinggangnya.

Deg

Adira sontak melepaskan diri kasar. Menoleh ke arah Nadya dan Ressa, yang hanya cengengesan di tempat. Namun, detik berikutnya, mereka berdua malah melarikan diri.

'Teman nggak punya otak!' Umpat Adira kesal.

"Ahahaha, Tama ... kita duluan. Selesaikan urusan rumah tangga lo, sana!" Salah satu teman Tama berucap, lalu berjalan pergi meninggalkan Adira dengan Tama berdua.

"Anu ... aku juga pergi—"

Belum genap Adira melarikan diri, lengannya sudah duluan ditahan oleh Tama. "Mau ke mana, hmm?"

Deg

"Lo nggak niat minta maaf gitu?"

Adira gelagapan. Wajahnya kian menunduk menatap lantai kotor di bawahnya.

Tama mengerut kening, mengangkat dagu Adira—hingga Si empu mendongak kembali menatap ke arahnya. Mata Tama melirik singkat ke arah nametag tergantung di seragam Adira. "Adira Ariani, namanya yang cantik."

Deg

Adira tak bisa berkata-kata mendengar lontaran Tama yang mampu membuatnya berdebar hebat. Adira tak mengerti dengan perasaannya, debaran ini terasa menggelitik di dada. Aneh, tapi candu.

"A-aku harus pergi," cicit Adira pelan.

Tama menarik sudut bibirnya ke atas. "I will not be fooled. Lo nggak bisa bebas dari gue. Humm, bukankah waktu itu lo pengen kenalan sama gue, Adira?"

Adira menahan nafas gugup. Rasanya jantung di dada ingin melompat dari sarangnya.

"Hmmm ...."

"Anu ...."

"Itu ...."

Lagi-lagi Adira mengulang kalimat yang sama.

Ini bukan untuk pertama kalinya, tapi untuk ketiga kalinya dia berucap tak bisa di depan Tama. Ah, menyebalkan sekali.

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang