21. Salah Tingkah
***
'Jatuh cinta sama orang nggak peka itu, menyulitkan.'
-Kamma Onfarta-
♡
"Kamma, sakit," rengek Adira menghentikan langkahnya, dan beralih duduk jongkok di area kolidor tanpa tau malu.
Kamma menghela nafas kembali. Cowok itu ikut berjongkok di depan Adira, dan itu membuat Si empu malah kebingungan. "Ayo naik! Biar lo cepat sampai di UKS."
"Heh?! Tapi—" Adira sejenak ragu dengan ucapan Kamma. Bagaimana bisa mereka melakukan hal itu di area sekolah.
"Sudah cepat, kalau nggak—gue berubah pikiran dan maksa lo jalan sampai di sana."
Ancaman Kamma membuat bulu kuduk Adira bergedik. Adira dengan mimik wajah terpaksa, akhirnya naik ke punggung Kamma. Setelah itu, mereka berjalan kembali menuju UKS yang cukup jauh dari area kelas mereka.
"Hei, kalian di sana!"
Deg
Jantung Adira sesaat ingin melompat dari sarangnya. Saat mendengar suara teguran di belakangnya. Dari pendengaran Adira menangkap, itu bukanlah suara Guru. Tapi ... suara anak Osis yang sedang berjaga saat ini. Adira yang merasa malu menunjukkan wajah pun berakhir membenamkan wajahnya di balik punggung tegap Kamma.
"Heh, lo ternyata Kam. Ngapain lo berkeliaran di sini, pake gendong cewek lagi." Seseorang yang baru berteriak itu menyapa Kamma dengan wajah tak percayanya. "Jangan sampe kepercayaan para Guru hilang, cuma tingkah lo gini. Ngomong-ngomong siapa nih cewek."
Kamma menjauhkan posisi punggungnya dari orang itu, wajahnya tampak biasa saja tanpa masalah. "Jangan ganggu, dia lagi sakit. Gue berinisiatif buat mengantarkan dia ke UKS."
Orang itu terdiam sejenak, dengan wajah penuh curiga. "Aneh, padahal selama ini ada teman lo yang sakit. Lo nggak seperhatian ini." Orang itu mengibaskan tangannya, seolah mengusir Kamma. "Ah, yaudah, sana-sana cepat ke UKS."
Kamma mengangguk pelan, lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Sementara Adira yang masih tak berani menunjukkan wajah, tetap betah menenggelamkan wajahnya di punggung Kamma.
*
Saat kami sampai ke ruang UKS. Guru penjaga yang ada langsung mendekat dan bertanya ada apa dengan Adira. Adira yang merasa kondisi mulai aman pun menegakkan wajah, menatap Guru itu. Namun, bukannya pandangan dirinya tertuju pada Guru itu. Adira malah menemukan pandangan kesal sekaligus benci dari pihak anak UKS yang bekerja di sana.
Adira tidak tau apa salahnya, dia benar-benar tak mengerti dengan pandangan tak suka itu.
Melihat Adira yang tak menjawab. Kamma berinisiatif menjelaskan bahwa Adira sedang sakit perut, dan dia tak kuat untuk duduk sepanjang hari di kelas. Guru itu mengangguk mengerti, lalu meminta Kamma menurunkan Adira dari punggungnya.
Kamma menurut, dia berjalan di sisi kasur. Lalu menurunkan Adira dengan lembut ke sana. Adira sendiri pun mengerti—dia melepaskan tangannya yang awalnya mengalung di leher Kamma. "Kamu boleh ke lapangan. Biar Ibu yang urus dia."
Kamma mengangguk. Sebelum dia meninggalkan Adira, cowok itu berucap singkat pada gadis itu. "Tunggu di sini. Gue bakal segera kembali, oke?"
Adira menggangguk mengerti dan membiarkan Kamma pergi. Walaupun di dalam hati, dirinya merasa tak rela melepaskan cowok itu. Entahlah, Adira tak mengerti dengan perasaannya sendiri. Biarlah waktu yang menjelaskan, perasaannya di kemudian hari.
*
15 Menit berlalu. Dari mic pengumuman, semua murid boleh meninggalkan lapangan dan bersiap memulai pembelajaran pertama. Adira yang mati kebosanan di atas kasur UKS, hanya berguling-guling tak tentu arah. Rasa sakit yang masih terasa membuatnya semakin lemas di tempat. Guru UKS yang ada sebelumnya, minta izin sebentar membuatkan teh hangat untuknya. Sementara, anak UKS yang lain sudah kembali ke kelas masing-masing, karena proses pembelajaran akan dimulai.Kamma yang baru saja selesai berbaris. Masuk ke UKS untuk melihat kondisi gadis itu. Namun, yang dia lihat hanya kekosongan yang hampa dari ruangan itu. Tatapannya beralih melihat—satu makhluk hidup yang tengah bergerak gelisah di atas ranjang putih di ujung dekat dinding. Alisnya berkerut sebentar, lalu perlahan dirinya mendekat ke ranjang itu.
"Dirdir—" panggilnya pelan.
Adira merasa terpanggil pun menoleh ke arah suara itu. Dia menemukan Kamma tengah berdiri tak jauh dari tempat yang dia tiduri. "Kamma, kok lo di sini?"
"Kenapa? Nggak boleh?" balas Kamma santai.
Adira sontak menggeleng. Takut-takut cowok itu akan tersinggung dengan pertanyaannya barusan. "Bu-bukan gitu, a-aku ...."
Belum genap dirinya membuka suara. Kamma lebih dulu memotong ucapannya. "Gimana keadaan lo?" Cowok itu mendudukkan diri di kursi tersedia di samping ranjang.
"Masih sakit sedikit, sih," jawab Adira singkat.
"Kok bisa sakit? Lo makan pedes atau gimana?" tanya Kamma ingin tau penyebab gadis itu sakit seperti ini.
Di tanya seperti itu, Adira sontak kebingungan menjawab seperti apa. Rasanya memalukan mengatakan penyebab dia sakit perut ... seperti itu. Tapi—tidak mungkin baginya mengabaikan pertanyaan Kamma.
"I-itu aku lagi anu—"
Kamma melihat Adira kebingungan menjawab pertanyaan nya, mengerut kening. "Kenapa?"
"Itu ... aku lagi sakit datang bulan."
Kamma mendengar itu, sontak merasa malu. Dia membuang wajahnya ke arah lain, tanpa membalas ucapan Adira sedikitpun. Tangannya ikut handil menggaruk leher belakang nya yang entah benaran gatal atau tidak?
"Humm, gue ke kelas dulu. Nanti gue akan ke sini lagi," ucap Kamma sembari bangun dari posisi duduknya.
Adira mengangguk saja. Bingung melihat reaksi Kamma yang sedikit aneh seperti itu. Apa barusan dia salah tingkah?
***
KOMEN NEXT DI SINI!! BIAR UPDATENYA CEPAT!!26 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
2019 Crush Diary [ END√ ]
Romance[Juara 8 Glorious Writing Contest] Tidak semua jatuh cinta bermula dari fisik. Contohnya Kamma, cowok populer dengan kepintarannya malah menyukai gadis bodoh dan tidak peka seperti Adira. Namun, siapa sangka? Adira justru jatuh cinta pada cowok baru...