41. Happy atau Sad?
***
'Mau happy atau sedih. Kita hanya perlu menjalani saja.'
- Adira Ariani-
♡
"Soal ciuman—" Kamma sengaja menahan perkataannya dan melihat reaksi Adira yang membuatnya merasa gemas.
Bluss
Adira yang mendengar itu, sontak merasa malu. Pipinya terasa memanas sampai ke telinga. "A-apa."
"Berani banget lo mencuri ciuman pertama gue, setelah itu lo menghindar dengan gampangnya!"
Deg
Adira tak bisa berkata-kata. Mulutnya terasa kelu untuk menjawab ucapan Kamma. Ah apa yang harus Adira lakukan?
Kamma melihat Adira yang terdiam membeku itu, semakin tersenyum. Entah kehilangan akal atau bagaimana, cowok itu mendaratkan ciuman di pipi Adira.
Deg
Adira refleks memegang pipinya, setelah Kamma menjauhkan wajahnya dari hadapannnya. Matanya mengerjap beberapa kali dengan wajah merona.
"Dirdir, gue nggak mau bohong sama perasaan gue sendiri. Gue nggak bohong pas bilang lo itu cantik, gue menyukai lo apa adanya. Walaupun lo nggak pernah memandang gue lebih. Gue tau lo lebih menyukai cowok itu dari pada gue." Kamma kembali mendudukkan diri di kursi Nadya dengan pandangan dalam tertuju pada gadis itu. "Gue nggak mau, jadi orang egois. Tapi ... kalau lo memang nolak cinta gue nggak apa-apa, Dir. Gue ikhlas dan nerima lapang dada terhadap perasaan lo yang nggak pernah cair itu."
Adira tercengang dengan perkataan Kamma. Perkataan Kamma yang begitu tulus membuat hatinya bergetar. Apa dia juga menyukai Kamma? Tapi kenapa rasa sukanya masih ada di Tama? Dua bersaudara ini membuat Adira jadi kebingungan terhadap perasaannya kali ini.
"Kamm—"
Kamma yang merasa terpanggil mengangkat wajah dan melihat Adira dengan wajah penuh tanda tanya. Pikirannya mencoba mati-matian untuk tak berpikir bahwa gadis ini sebentar lagi akan menolaknya.
"Makasih, ya. Makasih buat rasa suka lo," ucap Adira dengan senyum mengembang di bibir. "Aku nggak tau gimana perasaan aku kali ini. Tapi ... aku nggak mau nolak lo, Kam. Aku nggak mau kehilangan lo. Aku juga nggak mau hubungan kita renggang. Terlebih mama juga nggak memperbolehin pacaran sekarang. Katanya, kalau udah kuliah baru nggak apa-apa."
Kamma mendengar itu berakhir tersenyum. Bukan senyum sedih, bukan juga senang. Dia cukup menghargai jawaban Adira yang terkesan tak ingin menolaknya.
"Yaudah, kalau gitu. Ayo kita berteman saja sekarang, nanti pas masuk SMA kita pacaran sembunyi-sembunyi." Kamma dengan santai menawarkan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
2019 Crush Diary [ END√ ]
Romance[Juara 8 Glorious Writing Contest] Tidak semua jatuh cinta bermula dari fisik. Contohnya Kamma, cowok populer dengan kepintarannya malah menyukai gadis bodoh dan tidak peka seperti Adira. Namun, siapa sangka? Adira justru jatuh cinta pada cowok baru...