28. Sudah Kandas
***
'Kita bertemu bukan karena cinta. Tapi ... karena takdir.'
- Agasa Atama -
♡
Adira tak menduga kalau temannya satu, malah berteriak menunjuk dirinya. Benar-benar sial, Ressa memang gila. Terlalu gilanya, sampai dirinya ikut dalam perangkap bocah tengil itu. Kakak senior yang baru masuk barusan, mendekat dan menatap Adira dengan raut sumbringahnya.
"Serius? Ayo coba nyanyi!" Perintahnya tiba-tiba.
Adira menggeleng malu, bagaimana cara dirinya bernyanyi di depan banyak orang seperti ini? Sangat memalukan. Adira tak suka, sungguh tak suka berada dalam kondisi seperti ini. Namun, sepertinya senior bernama Sera itu peka duluan. Dia menggapai tangan Adira dan mengajaknya ke bangku belakang, agar tidak terlalu dekat dengan peserta lain.
"Nah, ayo nyanyi! Kakak tau, tadi pasti malu, kan? Nah, di sini saja kamu keluarin suara. Cukup kakak aja yang tau."
Adira tersenyum senang, ternyata senior satunya ini cukup ramah dari senior tari barusan. Adira jadi cukup percaya diri dengan gadis ini.
"Pelan boleh kak? takut kedengeran sama yang lain entar," cicit Adira ragu.
Gadis bernama Sera itu terkekeh melihat tingkah Adira. "Boleh, kok. Ayo nyanyi, ntar bel masuk juga lagi."
Adira mengangguk mengerti. "Lagunya apa kak?"
"Bebas, suka-suka kamu saja. Asal nggak lagu anak-anak banget."
Adira berpikir sejenak, dengan kerutan kening tercetak jelas di sana. Sebenarnya, semua lagu, Adira bisa tapi dari sebanyak yang di bisa—dirinya tak bisa memilih. Atau lagu galau saja dia pilih? Lumayan juga, biasanya kebanyakan cewek suka lagu itu. Termasuk dirinya, sih.
Adira menarik nafasnya sebentar, lalu membuangnya. Bibirnya mulai bergerak, mengikuti iringan lagu yang terpancar di kepala.
Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa geloranya hati ini tak
ku sangkaRasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus
padamuGadis itu bertepuk tangan senang. Wajahnya ikut handil memperlihatkan bahwa Adira benar-benar bisa bernyanyi. "Aaa ... please lembut banget suara lo. Pokoknya no debat, lo diterima di sini."
Adira mendengar itu seketika tercengang. Dirinya tak menduga kalau suaranya semenarik itu di mata kakak seniornya itu. Padahal, Adira berpikir di saat bernyanyi di kamar mandi suaranya bak bom meletus. Tapi ... bisa-bisanya gadis itu langsung menerimanya tanpa banyak pikir panjang. Ah, benar-benar merepotkan.
Adira melempar tatapan tajam ke arah Ressa yang malah memberikan jempol tangan ke arahnya. Seandainya saja Adira tak tegaan barusan—mungkin dirinya tak akan berakhir terpilih dalam kondisi seperti ini.
Adira meninggalkan ruang kelas itu, dan mengikuti ruang di mana dirinya berlatih bernyanyi. Memang, di sekolah ini sudah di sediakan berbagai ruang kelas yang isinya khusus untuk klub seni. Adira memicing mata menangkap seorang cowok duduk dalam kondisi membelakangi pintu—sehingga wajahnya jadi sulit dikenali.
"Tama! Ini teman duet lo!"
Deg
Jantung Adira terlonjak melompat dari tempatnya, saat Kak Sera memanggil nama cowok itu dengan panggilan Tama. Rasa syok nya bertambah dua kali lipat saat melihat wajah Tama yang akhir-akhir ini tidak dia lihat berada di hadapannya saat ini.
Pliss! Pingsan ajalah! Nggak kuat kalau begini akhirnya. Adira terbengong-bengong di tempat, melihat Tama yang juga sama terkejut dengannya. Namun, tak bertahan lama, setelahnya—cowok itu malah mengulas smirk ke arah Adira.
"Hei, kita bertemu lagi Dira!"
Adira yang masih syok tetap diam tak bergerak. Dia masih tak percaya dengan takdir yang mempertemukannya secepat ini. Matanya berkedip sejenak, menandakan dirinya tengah kebingungan.
"Loh, kalian saling kenal?" tanya Kak Sera yang bingung melihat Tama yang sepertinya mengenal Adira.
Adira tak menjawab, dia masih terlihat seperti orang bego saat ini, dan itu membuat Tama terkekeh gemas melihat reaksi yang sangat lucu itu.
"Ah, iya, gitu deh, tapi belum akrab banget."
"Wah, syukur deh, jadi lebih akrab lagi kalau sering latihan kalian." Kak Sera menatap kami berdua dengan wajah penuh senyuman. Dia membimbing Adira untuk masuk ke dalam.
Adira tak berkomentar banyak dan hanya menurut saja ketika diajak duduk di salah satu kursi dekat sana.
Adira memandang Tama dengan mata tak berkedip sama sekali. Pandangannya tak lepas dari Tama yang sedang mengambil gitar yang ada di sudut dinding. Lalu ... dia ikut duduk bersama kami dengan posisi memeluk alat musik itu.
"Oh, iya. Gimana hubungan lo sama Tia?" tanya Kak Sera dengan wajah penasaran.
"Ya gitulah, sudah kandas." Tama berucap santai tanpa beban sama sekali. Dari aura-auranya cowok itu tampak tak sedih sama sekali dengan apa yang terjadi padanya.
Adira yang mendengar itu sontak merasa senang. Berati ... status Tama kali ini sedang jomblo. Yess, Adira masih ada kesempatan mulai sekarang untuk merebut perhatian Tama.
"Lo ... kenapa? Bukannya kemaren kalian baik-baik saja?" tanya Kak Sera prihatin.
"Humm ... dia dulu yang salah." Tama berekspresi datar saat mengatakan itu. Wajahnya yang semula santai, sekarang berubah dingin.
"Why?" balas Kak Sera ingin tau.
"Awalnya hubungan kami sudah kacau. Gue juga berniat buat putusin dia. Tapi ... gue bingung putusin dia seperti apa, dan sialnya dia malah bertindak sendiri dengan acara pakai selingkuh sama cowok yang nggak ada mirip-miripnya sama gue." Tama terkekeh geli membayangkan sesuatu yang terjadi sebelumnya.
Adira merasa kebingungan mendengar cerita Tama. Sebenarnya ... Tama ini menyukai mantan nya atau tidak? Kenapa cowok itu malah senang diputuskan seperti itu? Membingungkan. Namun, tetap saja Adira merasa lega, ternyata Tama tidak ada hubungan lagi dengan seseorang dan ini membuatnya ingin berteriak saja rasanya.
***
KOMEN NEXT DI SINI! BIAR UPDATENYA CEPAT!!29 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
2019 Crush Diary [ END√ ]
Romance[Juara 8 Glorious Writing Contest] Tidak semua jatuh cinta bermula dari fisik. Contohnya Kamma, cowok populer dengan kepintarannya malah menyukai gadis bodoh dan tidak peka seperti Adira. Namun, siapa sangka? Adira justru jatuh cinta pada cowok baru...