27. Malu Dua Kali

30 5 0
                                    

27. Malu Dua Kali

***

 'Ternyata takdir punya banyak cara untuk mempertemukan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Ternyata takdir punya banyak cara untuk mempertemukan kita.'

- Adira Ariani-


Adira memandang bangku Kamma yang kosong, tepat di bangku depan sekali. Sepertinya bulan ini memang sering hujan.  Mungkin, karena bulan ini adalah bulan September. Jadi ... pengaruhnya besar dengan air. Katanya, kalau ada kata ember di dalam bulan itu, maka bulan itu sering hujan. Kenapa? Karena beberapa alasan, yang tak lain ember itu adalah tempat menampung air. Ckck, apa ucapan itu benar, atau salah, Adira tidak tau. Yang jelas, Kamma bukanlah orang seperti itu. Cowok itu tidak mungkin tidak masuk karena hanya alasan sepele itu saja.

Ditambah lagi, tidak ada yang tau sedikitpun dengan keberadaan cowok itu. Bahkan, teman terdekat Kamma di sekolah ini tak ada yang tau di mana cowok itu.

"Kamma Onfarta ...," ucapan Guru pengajar berhenti di kala mengisi absensi muridnya. Keningnya mengerut tak menemukan cowok itu, dan malah menemukan kursi yang kosong. "Ada yang tau di mana Kamma?" tanya Guru itu sekali lagi. Pandangannya mengedar ke seluruh penghuni kelas yang tampak bertanya satu sama lain.

Ressa menyikut tangan Adira. Bibir gadis itu bergerak berbisik ke arahnya. "Dir, lo paling dekat dengan Kamma. Lo nggak tau dia sekarang di mana?"

Adira menggeleng polos. Terakhir dirinya bertemu Kamma di sore itu. Namun, sore itu dia masih baik-baik saja, tidak ada aneh—cuma soal telepon saja yang aneh.  Apa jangan-jangan  karena telepon itu? Ah tapi bagaimana mungkin?

Kalaupun cowok itu sakit, biasanya dia akan menitip surat izin ke grup kelas. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Sepertinya, Adira harus menemui cowok itu pulang sekolah nanti.

"Yaelah, gue pikir lo tau gitu. Kan kalian dekat."

Adira memutar matanya. "Dekat bukan berati aku tau semuanya juga, Res."

Ressa hanya terkekeh, mendengar jawaban Adira. Sementara Adira kembali melirik ke depan kelas, di mana salah satu teman kelasnya menunjuk tangan. "Bu, kayaknya Dira tau di mana Kamma."

Adira sontak menggeleng, dia tercengang mendengar jawaban gadis itu. Untungnya, Guru itu tak menganggap terlalu serius.

"Kalau ada yang tau, dia di mana. Tolong, bilangin ke dia kalau sebentar lagi olimpiade  fisika akan diadakan. Minta dia temui Ibu secepatnya."

Semua murid menjawab patuh. Pembelajaran pun di mulai, satu persatu murid mulai serius memperhatikan Guru yang mengajar.


*

Bel berbunyi pertanda waktu istirahat datang. Ressa menarik tangan Adira menuju tempat kelas senior yang ada di lantai atas. Adira yang ditarik merasa pasrah saja. Dia sudah tau apa yang terjadi. Gadis itu ... pasti akan memaksanya untuk menemani mendaftar ke grup tari.

Awalnya, saat menyelusuri kolidor—Ressa berteriak kecil di samping Adira karena menemukan mantan-mantan crushnya yang semakin hari, makin ganteng. Adira yang merasa jengah pun mengambil kesempatan untuk menyadarkan gadis itu.

Plakk

Adira menoyor kepala gadis itu kesal. "Otak lo crush mulu deh, cepat sana daftar. Itu ada kakaknya." Adira menunjuk seorang kakak senior tengah mencatat nama peserta yang mendaftar grup tari.

Beberapa anak kelas yang sudah mendaftar mulai duduk di lantai. Karena setelah ini, ada yang pengumuman yang akan di sampaikan oleh senior.

Ressa menarik tangan Adira masuk. Setelah berada di hadapan kakak senior itu, Ressa menyebut namanya.

"Ressa, ya?" tanya kakak itu ramah.

"Iya kak. Teman aku juga ikut, namanya Adira."

Adira melotot, keinginan nya untuk komplen, berakhir tak jadi karena Ressa buru-buru menarik tangan Adira untuk segera duduk di lantai yang telah disediakan.

"Res, lo apa-apaan sih. Gue nggak bisa nari, tubuh gue nggak selentur itu," omel Adira marah.

Ressa memayunkan bibir. "Masa lo tega biarin gue nggak punya teman di sini."

Adira memutar matanya. Kepala nya seketika pusing, memikirkan seperti apa dirinya menari. Tahun yang lalu, Adira pernah ikut pentas seni ini dan berakhir disalahkan anggota tim nya karena dirinya terlalu buruk memperagakan gerakan. Adira sampai menangis dibuatnya saat teman-teman anggotanya memarahinya habis-habisan. Mental Adira terlalu lemah dalam posisi itu, jadi dia tak kuat jika kejadian itu kembali terulang.

Tapi ... Adira tak tega juga untuk meninggalkan Ressa di dalam anggota yang tak dikenali. Kebanyakan di sini juga rata-rata hanya adek kelas. Jadi ... dirinya merasa tak enak.

"Terima kasih buat adek-adek yang daftar di grup tari. Kakak mengucapkan selamat datang, di sini kakak akan menjadi Guru kalian. Ada beberapa di sini yang harus kalian ketahui, pertama ... dalam pelajaran tari, nggak ada yang nggak serius. Kedua, boleh bercanda tapi lihat suasana. Ketiga, tekadkan diri kalian pasti bisa, kakak paling benci saja orang yang mudah bilang nggak bisa. Mengerti?"

"Mengerti kak!" Jawab semua serempak, kecuali Adira yang hanya melongo heran.

Kakak senior itu menghentikan pengumuman nya, saat seorang gadis lain datang dan berbisik pelan padanya. Dari pengamatan Adira, Kakak senior itu mengangguk mengerti, lalu kembali membuka suara.

"Oh, iya, ini ada Kak Sera. Dia lagi cari satu orang yang bersedia, ikut grup duet nyanyi. Kakak yakin di antara kalian pasti ada yang punya bakat bagus dalam bidang ini. Jadi—sebelum kakak ini mencari ke grup lain. Lebih baik ada yang bersedia. Ada yang mau?"

Adira yang mendengar itu, sedikit merasa ragu. Sebenarnya menyanyi itu tak terlalu sulit baginya. Lagi pula ini hanya duet. Tapi ...  tetap saja Adira malu jika suara nya di kenal banyak orang.

Ressa yang tau suara Adira yang lumayan bagus, menarik tangan Adira sehingga terangkat ke atas.

"Kak, teman aku bagus banget suaranya!"

Deg

Ressa sialan! Bikin malu aja nih bocah!

***

KOMEN NEXT DI SINI!! BIAR UPDATENYA CEPAT!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


KOMEN NEXT DI SINI!! BIAR UPDATENYA CEPAT!!

28 Juli 2023

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang