17. Rahasia Kamma
***
'Sebenarnya, apa yang lo sembunyikan? Dari semua orang?'
- Adira Ariani -
***
"Dira, duluan ya! Gue udah di jemput!" Pamit seorang gadis, setelah menerima telepon.
Adira tak ingin egois, dengan membiarkan mereka tetap menunggu bagiannya sampai selesai. Lagi pula, ada Kamma yang menunggunya. Jadi ... dirinya tak perlu takut sama sekali ditinggal.
Capek, iya. Tapi ... ini kewajiban bagi Adira. Kewajiban harus dipatuhi, jika tidak—ada konsekuensi yang harus diterima nanti.
Dengan keringat menumpuk di dahi, Adira menyapu ruangan kelas yang luasnya terasa dua kali lipat dari kamarnya. Apa mungkin, karena dia terlalu manja di rumah. Jadi ... melakukan kegiatan kecil ini saja dirinya menjadi cape luar biasa.
Adira terkejut saat Kamma datang mengambil sapu di tangannya. Dengan pandangan bertanya-tanya, Kamma menarik tangannya dan meminta duduk di teras yang sudah bersih.
"Gimana bisa, ada cewek nyapu segini udah cape," heran Kamma seraya menggeleng.
"Apa?! Mau ngetawain aku?!" tunding Adira dengan wajah kesal. "Aku juga nggak mau gini, cuma karena nggak biasa aja jadinya gini."
"Ckck, makanya jangan terlalu manja di rumah. Walaupun ada pembantu sekalipun, lo harus bergerak. Biar lo bisa mengandalkan diri sendiri." Kamma mengambil sebuah tisu yang entah kapan dia memiliki benda itu. Padahal, sebelumnya Adira tidak melihat benda itu sama sekali.
Adira terdiam kaku, saat tangan Kamma merambat menyentuh keningnya. Adira tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Yang jelas, udara di paru-parunya seakan menjadi kosong. Semua itu tak terlepas dari perlakuan Kamma yang amat romantis.
Dengan pelan, cowok itu mengusap lembut kening Adira dengan tisu di tangannya.
Deg
"Kam—" panggil Adira dengan pandangan tak lepas dari wajah Kamma.
"Humm?"
"Kenapa lo baik ke aku. Teman-teman jadi pada gosip-in kita, karena ... sikap lo yang terkesan beda."
Kamma menghentikan usapannya. Tanpa menjawab, cowok mundur dan menyelesaikan acara menyapu Adira yang tertunda. "Lo bego banget, Dir. Kenapa gue harus menjelaskan itu. Percuma rasanya gue mengatakan semua itu ke lo. Pada akhirnya ... gue akan kalah dengan dia."
"Nggak ada yang percuma Kamma! L-lalu kalah apa? D-dia siapa maksud lo?" Adira bangkit dari duduknya, mendekat ke arah Kamma yang masih sibuk membersihkan lantai.
Kamma menghela nafas. "Lebih baik lo lupain itu, dari pada pertemanan kita hancur."
Deg
Adira mengatup bibir, mendengar kata hancur terlontar di bibir Kamma. Oke, baiklah, sebaiknya Adira tak perlu memaksa Kamma. Lagi pula, kenapa dirinya terlalu penasaran apa yang dirasakan cowok itu? Bukan urusan dia juga bertanya seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
2019 Crush Diary [ END√ ]
Romance[Juara 8 Glorious Writing Contest] Tidak semua jatuh cinta bermula dari fisik. Contohnya Kamma, cowok populer dengan kepintarannya malah menyukai gadis bodoh dan tidak peka seperti Adira. Namun, siapa sangka? Adira justru jatuh cinta pada cowok baru...