40. Ketahuan
***
'Tanpa sadar, aku makin menyukai sosok lo yang seperti itu.'
- Adira Ariani-
♡
Setelah membuatkan bocah itu makan, Kamma kembali larut ke dalam bukunya. Saat dirinya ingin beranjak pergi ke ruang tamu untuk melihat bocah itu kembali. Dan menjumpai cowok itu tengah tertidur lelap di atas sofa. Kamma menghela nafas sebentar, kakinya kembali melangkah ke kamar dan membawa sebuah selimut.
Dengan penuh kelembutan cowok itu mulai menyelimuti bocah itu, dia memperlakukan setiap orang yang dicintainya seperti barang yang sangat berharga.
Setelah, selesai cowok itu pergi ke dapur dan mengambil segelas air untuk diminumnya. Saat meneguk air, matanya tanpa sadar meralih ke CCTV yang menempel di atas. Pikirannya kembali melayang tentang sikap Adira yang tampak berbeda dari biasanya. Ada satu kejadian yang tak bisa ingat dan dia curiga kejadian itu membuat Adira sedikit menjauhinya.
Kamma meletakkan kembali gelas yang kosong ke tempat piring kotor. Kakinya beranjak pergi ke ruang CCTV. Di ruang itu terletak sebuah komputer dengan kursi yang telah tersedia. Kamma duduk di sana dengan wajah penasaran. Tangannya mengotak-atik tombol komputer dan menyetel waktu—di mana dirinya terjatuh tak sadarkan.
Ketemu. Kamma memperlambat gerakan di dalam sana dan cukup terkejut dengan apa yang terjadi. Wajahnya seketika memanas melihat apa yang tengah mereka lakukan di sana. Astaga, jadi ini yang membuat Adira menjauh padanya?
Jari-jemarinya beralih mengusap bibirnya pelan, dengan mata yang terus menatap layar komputer dengan pandangan tak bisa diartikan. Beberapa menit kemudian, Kamma menghempaskan punggung di sandaran kursi.
"Ah, sial. Kenapa gue nggak ingat itu." Kamma mendesah gusar karena tak bisa mengingat apapun soal yang ada di komputer itu.
Kamma tidak ingin beraluninasi. Tapi ... yang mereka lakukan itu sungguh membuat Kamma ingin semakin ingin memperkuat hubungan mereka. Ciuman? Ah, rasanya dia ingin menggila kalau seperti ini.
Kamma bukan bocah ingusan yang tidak tau soal begini. Dia jelas tau karena fase umurnya yang sudah menginjak remaja.
"Gimana ya, rasa bibir dia waktu itu?"
Pertanyaan itu terus merasuki dirinya. Katakan kalau dirinya tengah gila saat ini, katakan kalau dirinya tak waras hanya karena ciuman pertama kali dia rasakan itu.
Ya, benar, itu adalah ciuman pertama kalinya. Selama ini dirinya tak pernah dekat dengan gadis lain, bukan tidak pernah. Dia pernah dekat dengan gadis lain tapi tak sampai masuk ke dalam Apartemen seperti ini. Kehidupan gelapnya yang tak di ketahui banyak orang membuatnya di cap baik-baik saja. Pasalnya tidak, dia tidak seperti itu. Cowok itu cukup takut dengan apa yang terjadi. Dia merasa takut akan percintaan, dan takut kisah nya berakhir seperti Bunda.
Dirinya hanya ingin menjadi cowok yang baik dan berperasaan. Bukan seperti cowok bajingan itu.
*
Keesokan harinya, Adira kembali ke sekolah dengan wajah lesu. Hari ini, harusnya jadwal untuknya belajar bersama Kamma. Karena kemaren mereka sudah menunda itu. Mungkin, ini termasuk belajar yang terakhir. Karena besok senin sudah mulai ujian pertama di semester 2 ini. Adira tak bisa lagi untuk menghindar cowok itu. Lagi pula dirinya juga butuh pengajaran dari Kamma.
Seperti awal sekolah biasanya. Yang awalnya belajar, lalu jam berikutnya istirahat, dan terakhir pulang sekolah. Adira merasa waktu ini cepat sekali berlalu, sehingga sekarang dia dihadapkan sesuatu yang sulit untuk ditolak.
Saat semua anak di kelas mulai keluar. Adira tinggal sendiri bersama Kamma. Dia bingung memberi alasan seperti apa lagi pada cowok itu.
"Dirdir, sekarang waktu belajar terakhir kita. Lo nggak ada alasan lagi kan nolak permintaan gue?" Itu ucapan Kamma saat Ressa dan Nadya meninggalkannya bersama cowok itu. Mungkin, mereka juga berpikir Adira sekarang pulang bareng lagi dengan Kamma. Jadi—tanpa Pamit, dua bocah itu sudah menghilang dari pandangannya.
"Eng-gak kok. Aku nggak ada alasan lagi," jawab Adira tergagap.
Kamma yang mendengar itu tersenyum senang. Cowok itu lalu menarik kursi Nadya yang ada di depan Adira dan memutar hingga saling berhadapan. Cowok itu lalu duduk di sana dengan wajah santai. Sementara Adira mulai mengeluarkan bukunya agar tidak terlalu gugup di hadapan Kamma.
Kamma yang sepertinya peka dengan reaksi Adira pun berdiri dari posisi duduknya. Cowok itu lalu mencondongkan wajahnya ke arah Adira dengan kedua tangan menumpu di atas meja.
Deg
Adira yang melihat reaksi itu terkaget. "K-Kam ... lo ngapain?"
"Gue sudah ingat."
Tiga kata itu membuat Adira semakin gugup. Pikirannya melayang, memikirkan apa maksud kata yang diucapkan cowok itu. "I-ingat apa?"
Kamma menarik sudut bibirnya ke atas, sehingga menciptakan smirk yang sangat menawan di mata Adira.
"Soal ciuman—" Kamma sengaja menahan perkataannya dan melihat reaksi Adira yang membuatnya merasa gemas.
Bluss
Adira yang mendengar itu, sontak merasa malu. Pipinya terasa memanas sampai ke telinga. "A-apa."
"Berani banget lo mencuri ciuman pertama gue, setelah itu lo menghindar dengan gampangnya!"
Deg
Adira tak bisa berkata-kata. Mulutnya terasa kelu untuk menjawab ucapan Kamma. Ah apa yang harus Adira lakukan.
***
KOMEN NEXT DI SINI!! BIAR UPDATENYA CEPAT!!
1 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
2019 Crush Diary [ END√ ]
Romance[Juara 8 Glorious Writing Contest] Tidak semua jatuh cinta bermula dari fisik. Contohnya Kamma, cowok populer dengan kepintarannya malah menyukai gadis bodoh dan tidak peka seperti Adira. Namun, siapa sangka? Adira justru jatuh cinta pada cowok baru...