18. Nggak Perlu Malu

41 6 10
                                    

18. Nggak Perlu Malu

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'Lo terlalu sempurna di hidup gue.'

-Adira Ariani-





Adira memasukkan buku-bukunya di dalam tas. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Waktunya untuk pulang, sebelum ketahuan oleh Mamanya.

Akhir-akhir ini dia lumayan sudah mengerti dengan beberapa soal yang sebelumnya dianggap  sulit. Adira menatap layar ponsel yang berkedip-kedip karena sebuah telepon. Tangan lentiknya yang sibuk memasukkan alat tulis berhenti.

Adira menggulir tombol hijau angkat, lalu menempelkannya ke telinga.

"DIRAAA!"

Adira berdesis kesal, saat suara Bima tiba-tiba datang mengejutkan gendang  telinganya. Kepalanya dengan refleks menjauh dari ponsel. Setelah itu, tangannya beralih mengusap telinga yang terasa berdengung.

"Apaan sih, kak! Sakit telinga aku tau! Memang kakak mau, adek cantik seperti aku ini tuli gara-gara suara setan kakak, ha!?" ujar Adira dengan wajah cemberut.

"Nggak peduli gue, sekarang lo di mana!? Ini sudah jam lima, jangan larut pacaran, ingat waktu!"

"Siapa yang pacaran? Aku belajar kok, lagian bentar lagi ini mau pulang. Sudah selesai juga." Adira berucap kesal, wajahnya kian dongkol karena Bima berpikir bahwa dirinya berpacaran dengan Kamma. Padahal, semua itu tak benar sama sekali. Mereka hanya sekadar teman, tidak lebih.

Adira akui, Kamma memang baik. Siapa yang tak bersyukur jika memiliki cowok seperti Kamma. Paket lengkap—sulit untuk ditolak dengan mata. Tapi ... sayang, hati Adira lebih dulu menyukai Tama yang sampai saat ini jarang dia temui. Ah, mengingat Tama. Dirinya jadi kangen dengan kejadian saat awal mereka bertemu.

Adira menggeleng kepala cepat. Kenapa di saat seperti ini, dirinya malah memikirkan cowok misterius itu? Benar-benar merepotkan saja.

"Pokoknya jangan ke mana-mana. 5 menit dari sekarang, lo harus sampai ke rumah."

"Heh! Mana bisa gitu! 5 menit mana cukup buat lokasi saat ini. Kakak pikir ini rumah tinggal nyebrang aja gitu? Pakai acara 5 menit," sungut Adira tak habis pikir dengan ucapan Bima barusan.

Tanpa memperpanjang masalah, Adira mematikan telepon. Lalu, memasukkan kembali buku tersisa ke dalam tas.

"Sudah siap?"

Sebuah suara datang dari belakang Adira. Itu adalah suara Kamma, Adira mengangguk sebagai jawaban. Dengan gerakan cepat, Adira menggendong tas barunya ke pundak, lalu mendekat ke arah Kamma berdiri.

"Ayo!"

***

Adira turun dari sepeda Kamma. Sebuah senyuman terlukis di bibirnya. Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai juga di rumah Adira.

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang