31. Mau Gue Bantu, Hmm?

37 4 0
                                    

31. Mau Gue Bantu, Hmm?

***

'Lo boleh nolak cinta gue, tapi kalau lo nolak kehadiran gue di hidup lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Lo boleh nolak cinta gue, tapi kalau lo nolak kehadiran gue di hidup lo. Gue akan pergi.'

- Kamma Onfarta-


Kamma membuka matanya perlahan. Tangannya bergerak mengusap kening karena masih merasakan pusing. Cowok itu menarik kain yang menempel di kening dan menatapnya sebentar. Pikirannya berproses cepat, sebelum liriknya matanya tertuju pada seorang gadis yang tengah tertidur dengan kepala bersandar di kasur, sedangkan posisi tubuhnya masih duduk.

Kamma mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Bayangannya kembali melihat Adira yang muncul tiba-tiba di depan pintu dengan wajah khawatir. Gadis itu menyarankan ke dokter, tapi dirinya menolak tegas. Dia juga sadar ketika melakukan hal besar yang membuat gadis itu menangis karena tiba-tiba memukul tangannya ke cermin. Setelah itu ... dirinya tak sadar lagi apa yang terjadi.

Kamma tersenyum kecil, sembari bangun dari posisi berbaringnya. Tangan Adira yang memegang lengan atasnya, dia singkirkan. Cowok itu memandang ke arah jam yang menunjukkan pukul 6 sore. Dengan lembut, dirinya mencoba membangunkan gadis itu. Tapi tetap saja, gadis itu tak mau terbangun. Kamma mendesah gusar, dengan kebingungan melanda.

"Dirdir, bangun—" panggilnya lembut. Tangannya mencoba menepuk pipi gadis itu pelan, hingga perlahan Sang empu membuka matanya.

Kamma tersenyum sekali lagi. "Dirdir, ayo makan! Lo pasti lapar."

Adira sontak membuka matanya, rautnya berubah khawatir. Adira mencondongkan wajah ke arah Kamma, sehingga Kamma cukup terkaget dengan reaksinya.

Adira menempelkan telapak tangannya ke kening Kamma, mencoba merasakan apa suhu badan cowok itu sudah normal atau tidak.

Tak panas. Berati Kamma sudah sehat. "Kamma lo sudah sehat."

Kamma mengangguk polos. "Iya, semua berkat lo. Makasih ya, Dirdir."

Adira mengangguk sebagai jawaban. "Kamma jangan gitu lagi, ya."

Kamma mengerut kening tak mengerti. "Apa?"

Adira membuang wajah ke bawah, matanya seketika berkaca-kaca melihat punggung tangan Kamma yang terluka. "Ini pasti sakit, kan?"

Kamma terdiam dengan pandangan ikut jatuh ke tangannya sendiri.

"Kamma nggak boleh gitu. Aku takut Kamma melukai diri sendiri," tangisnya kembali hadir mengingat betapa hancurnya cowok itu sebelumnya. Ternyata kehidupan seorang cowok pintar yang selalu populer di kalangan sekolah itu—penuh luka. Adira tidak tau apa masalah cowok itu, tapi tetap saja perbuatan cowok itu tak diperbolehkan.

Kamma yang melihat itu, beralih memeluk gadis itu dengan penuh kasih sayang. "Maaf, maafin gue sudah bikin lo takut. Gue nggak akan gitu lagi." Kamma melepas pelukannya dan mengusap lembut pipi Adira yang basah karena air mata. "Sudah, jangan nangis. Lo jelek kalau gini."

Adira yang diejek seperti itu mencebikkan bibir kesal. "Ihhhh! tuh kan, mulai nyebelinnya!"

Kamma terkekeh, lalu bangkit duluan meninggalkan gadis itu. Sementara Adira yang melihat Kamma pergi—ikut bangkit, tapi ... dirinya baru sadar akan pergelangan kakinya yang sakit. Adira terduduk kembali dengan wajah pasrah, dia tak tau lagi harus bagaimana?

"Dirdir, lo kenapa?" tanya Kamma yang kembali lagi dengan raut bingung.

"Ta-tadi aku mau ambil kotak obat di lemari, tapi keburu jatuh. Jadi ... kakiku sakit sekarang." Adira berucap sembari bersandar di sisi bawah kasur, senyumannya berubah murung dengan kaki yang berdenyut sakit.

"Mau gue bantu, hmm?"

Adira mendongakkan kepala dengan kerutan tercetak di keningnya. "Heh?!"

"Mau cepat makan 'kan? Sini gue bantu." Kamma dengan smirk melekat dibibirnya, mendekat ke arah Adira. Sekali gerakan, cowok itu mengangkat tubuh Adira ala bridal style.

Deg

"Kam--Kamma l-lo ngapain?" ucap Adira dengan wajah kaget. Tangannya refleks mengalung ke leher Kamma, takut-takut jatuh kalau tak berpegangan

"Menurut lo? Gue lagi ngapain?"

Deg

Jantung Adira semakin tak karuan dibuatnya.  Adira tak mengerti dengan perasaannya ini. Tapi cara Kamma berperilaku membuatnya teringat dengan drama korea yang pernah dirinya nonton. Drama yang menunjukkan ke sosweet an mendalam, dan sekarang dirinya merasakan itu dari seorang cowok bernama Kamma. Oh, tidak, kehidupan macam apa ini! Benar-benar sangat menggila.

Adira terbangun dari alam pikirannya, saat Kamma dengan lembut meletakkannya ke kursi meja makan yang ada. Tatapan Adira beralih ke arah meja makan yang masih kosong tanpa makanan.

"Kamma, lo sudah makan bubur ayam yang aku bawa?" tanya Adira penasaran.

Kamma menggeleng. "Lo beliin gue bubur?"

Adira mengangguk membenarkan. Senyuman tersampir di bibir, menandakan bahwa dirinya memang sengaja membeli bubur itu. "Tadi ku simpan di magic com." Adira menunjuk sebuah tempat penanak nasi yang ada di ujung dapur.

Kamma mengangguk. "Nanti gue makan, lo sekarang mau makan apa?"

Adira terdiam sejenak dengan wajah bingung. "Apa aja deh, asal nggak pedes banget."

Kamma mengangguk mengerti. Dia mulai melakukan aktivitas di dapur, sementara Adira hanya menatap dengan wajah ingin tau. "Lo bisa masak, Kam?

Kamma berdehem singkat sebagai jawaban.

"Wah, keren banget sih lo Kam. Serba bisa semuanya, udah pintar, baik, bisa masak lagi. Nggak salah banyak yang kagum sama lo."

Kamma terkekeh mendengar itu. "Ya ... walaupun gitu ada dua yang nggak bisa gue gapai sampai sekarang."

"Apa itu?"

Kamma menghentikan pergerakan tangannya yang tengah memotong bawang. "Lo dan keluarga gue."

Deg

 
***

KOMEN NEXT DI SINI!! BIAR UPDATENYA CEPAT!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOMEN NEXT DI SINI!! BIAR UPDATENYA CEPAT!!

30 Juli 2023

2019 Crush Diary [ END√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang