22. Blushing?
***
'Apa aku sedang jatuh cinta dengan dua orang yang berbeda?'
- Adira Ariani-
♡
Adira bahkan tidak sadar, setelah Guru UKS memberikannya teh hangat. Dia langsung tidur hampir setengah hari. Nadya dan Ressa yang awalnya berkunjung berakhir malas karna dirinya sulit dibangunkan.
Langit yang tampak mendung, membuat semua murid bergegas pulang. Sepertinya ... hari ini akan turun hujan lebat.
Di alam mimpi Adira bagaikan dibangunkan oleh seorang Pengeran dengan paras menawan. Namun, sayangnya, mimpi itu sirna saat pandangannya mengendur di antara cahaya. Kedatangan di alam nyata menyabut dirinya yang baru tersadar.
"Sudah sadar, Dir?"
Suara itu—suara Kamma. Sekejap Adira membuka mata kaget, tatapannya kembali tertuju pada Kamma yang duduk tak jauh darinya. Cowok itu masih santai membaca buku pelajaran dengan salah satu kaki terangkat ke atas lutut. Posisinya saat ini, bak seperti seorang Tuan muda besar.
"Kamma! Sejak kapan lo di sana?" tanya Adira dengan wajah kaget.
"Humm, sekitar 2 jam yang lalu." Kamma menjawab pertanyaan Adira dengan wajah enteng. Tatapannya masih tak beralih dari buku yang di baca.
Adira terkejut mendengar itu. Tangannya lantas merogoh kantong roknya dan mengeluarkan ponsel dari balik sana. Gadis itu menghidupkan ponsel dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 4 Sore. Adira duga, pastinya semua murid sudah hampir pulang semuanya rata-rata.
"Ke-kenapa nggak bangunin aku?!" kesal Adira sembari turun dari ranjang UKS.
"Humm, gue nggak tega. Lo nya, nyenyak banget tidur."
Adira seketika merasa malu mendengar jawaban Kamma. Dirinya benar-benar tak sadar, kalau dia sekebo itu kalau sudah tidur. Dengan bibir mengerucut, Adira mendekat ke arah Kamma—lalu merampas buku yang ada di tangan cowok itu.
"Kalau ngomong tuh lihat aku. Bukan lihat buku!"
Kamma tak marah sama sekali, dia malah menyungging senyum remeh.
"Apa?! Kok lo senyum-senyum?!" tanya Adira dengan wajah garang.
"Di bibir lo, ada iler nempel."
"Ha?! Apa?!" Adira seketika panik. Dia seketika kelabakan menyeka bibirnya sendiri.
Kamma yang melihat reaksi gadis itu, seketika tertawa sakit perut. Dia tak menduga kalau gadis itu menganggap serius perkataannya. Sementara Adira yang tau dirinya di permainkan, memayunkan bibir.
"Ih, lo tega banget sih, Kam!"
"Maaf, maaf, gue bercanda." Kamma menghentikan tawanya, lalu menoleh ke arah pintu. "Sepertinya, akan hujan."
"Heh, kalau gitu. Ayo pulang!" Adira yang kepanikan pun mengambil tas nya yang ada di bawah ranjang.
"Nggak bisa."
"Ke-kenapa?" tanya Adira bingung.
"Kalau kita pulang sekarang, yang ada kita akan basah kena hujan di tengah jalan. Lebih baik kita nunggu sampai hujan reda," sahut Kamma.
"Ta-tapi ...."
Jgeeer
Suara gemuruh petir menghentikan suaranya. Adira yang kaget dan takut terhadap petir pun menghambur memeluk Kamma.
Deg
Kamma yang ingin melanjutkan acara membacanya, seketika terdiam kaku. Namun, tak lama dirinya tersadar, lalu membalas pelukan dan menepuk lembut punggung gadis itu. Sedangkan Adira memilih diam sembari membenamkan wajah di dadanya.
"Nggak apa-apa. Ada gue di dekat lo."
Kalimat itu—bagaikan penenang buatnya. Adira tidak tau apakah dia sepantasnya ini mendapatkan kebahagiaan dari cowok pintar seperti Kamma, tapi ... untuk saat ini Adira hanya ingin seperti ini saja. Mungkin, ini hanya sementara, meskipun begitu Adira tak keberatan untuk mencicipi kebersamaannya dengan Kamma.
Adira semakin memeluk dan membenamkan wajahnya ke tubuh Kamma karena terlalu takutnya. Hidungnya yang peka, seketika merasakan aroma tubuh cowok itu menusuk indra penciumannya. Aroma ini—aroma yang sangat harum.
Deg
Sekarang bukan Kamma—tapi dirinyalah yang merasa deg deg-an. Pipinya memanas seketika, saat merasakan degup jantung cowok itu. Oh, Tuhan. Apa yang tengah dia lakukan ini?! Kenapa bisa-bisanya dia memeluk cowok itu dalam posisi seperti ini. Adira mengumpat pelan dalam hati membayangkan reaksi seperti apa yang akan dia tunjukkan setelah ini pada Kamma.
Adira mengedurkan pelukannya, lalu menjauh dari Kamma. Wajahnya masih terasa panas, membuatnya takut ketahuan oleh cowok itu—kalau dirinya sedang blushing. Namun, kepekaan yang selalu dibanggakan, membuat Adira seketika merasa dipermalukan saat ini juga.
"Bentar, lo ... lo kenapa?" tanya Kamma penasaran. Cowok itu, tangannya menangkap dan mencengkram lembut pipi Adira dengan raut serius.
Adira yang takut ketahuan pun segera menyingkirkan tangan Kamma dari pipinya. "A-aku nggak apa-apa kok. Cuma agak panas dikit."
Kamma mengerut kening, wajahnya menegadah sebentar ke atas, lalu kembali menatap ke arah Adira. "Perasaan, dingin kok. Apalagi di luar juga hujan lebat."
"Lo ... blushing?" Itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan. Kamma mengerut kening, sambil menatap wajah Adira instens. Tangannya ikut handil mencubit pipi gadis itu gemas, sehingga Si empu meringis kesakitan.
Pipi Adira yang sudah memerah, bertambah memerah akibat perbuatan Kamma yang terlalu jahil padanya.
"Ishhhh! Enggaaaakk!" Adira yang merasa kesal pun memukul lengan cowok itu sambil cemberut dan membalikkan badan memunggungi Kamma.
Kamma tertawa, sampai matanya menyipit. "Haa ... lucu banget sih lo, Dirdir. Makin sayang, deh." Dengan gemas, Kamma mengalungkan tangan dan memeluk tubuh Adira dari belakang.
Adira menerima itu sontak membeku di tempat. Jantungnya seakan ingin melompat dari tempatnya, dadanya terasa sesak karena kesulitan bernafas. Adira menggigit bibir bawahnya, menahan rasa gugup yang terasa luar biasa di dalam dirinya.
Oh Tuhan! Kenapa Kamma begitu romantis saat ini!
Adira tak menduga kejadiannya akan seperti ini jadinya. Tak ingin merusak jantung, Adira melepaskan tangan Kamma darinya. "Ihh! Kamma! Jangan jahil, deh."
***
KOMEN NEXT DI SINI! BIAR UPDATENYA CEPAT!27 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
2019 Crush Diary [ END√ ]
Romance[Juara 8 Glorious Writing Contest] Tidak semua jatuh cinta bermula dari fisik. Contohnya Kamma, cowok populer dengan kepintarannya malah menyukai gadis bodoh dan tidak peka seperti Adira. Namun, siapa sangka? Adira justru jatuh cinta pada cowok baru...