60. Rencana kuliah dan perizinan

480 34 4
                                    

Misella dan Mervin sudah kembali dari toilet itu. Misella sendari tadi diam membisu. Entah apa yang dia pikirkan.

"Sell? Kamu kenapa diam saja?" Tanya mommy Ellena aneh.

"Eh engga mom, cape aja ngantuk. Kapan pulang?" Tanya Misella. Mervin disampingnya pun menggepalkan tangannya. Merasa dia yang bersalah disini.

"Belum terlalu malam Lo ini, tumben udah ngantuk Lo" sahur David.

"Terserah gue dong bang. Lagian acaranya tinggal makan-makan saja. Eh iya om, bolehkah saya pulang duluan. Terimakasih telah mengizinkan saya menjadi pasangan Mervin di acara prom night ini." Ujar Misella yang tersenyum ramah.

Om Arya yang melihat anaknya menghelan nafas berat dan juga menatap Misella di depannya dalam, itu membuat nya mengerti situasi.

"Sama-sama Misella. Om sangat senang kamu bisa hadir menemani putra saya. Ah bagaimana kalau kalian habiskan waktu nya berdua. Om lihat, kalian tidak baik-baik saja. Bagiamana Alex, Ellena?" Tanya Arya.

"Boleh saja. Selesaikan baik-baik ya" ujar Ellena.

"Huh kau ini Arya, paling bisa membuat putri ku di monopoli oleh anak mu" dengus Alex.

"Bener tuh Daddy" dukung David.

Mervin merangkul pundak Misella perlahan. Dan juga menarik tangan Misella yang sendari tadi meremasnya kuat.

"Jangan menyiksa mu" bisik Mervin

"Ayah, bunda, om dan tante, saya izin mengantarkan Misella ke masion maxius. Mungkin benar, Misella kecapean. " Tutur Mervin.

Misella pun menatap tidak setuju dengan Mervin.

"Baik boy. Jaga dia." ujar Arya tersenyum kecil.

"Thanks Daddy " ujar Mervin membawa Misella ala bridal style.

"Aaaa lepasinn. Turunin gakk!! Aku bisa jalan" berontak Misella

"Hanya karena kamu terdiam, membuat ku tak bisa menikmati acara tadi baby " suara rendah Mervin yang pokus ke arah mobilnya.

"Ishh ya kalo nikmati ya nikmati aja gaperlu bawa-bawa alasan aku. Lagian ini kenapa mau nganterin aku. Jelas-jelas acara belum selesai "

"Aku ingin berbicara serius dengan mu. Aku tidak ingin kamu bersedih" jawab nya.

Misella pun tidak membalasnya lagi. Dia di turunkan untuk duduk nyaman di jok mobilnya.

Setelah sampai di Masion maxius, tentunya Mervin tadi mendapatkan serangan pertanyaan dari Leon dan Rio. Tetapi Mervin dengan cepat melewati nya hanya beberapa deheman.

***

Misella dan Mervin tengah berada di kamar Misella, setelah Mervin menculik Misella dan membawanya ke mansion Misella itu sendiri.

Ada yang ingin ia bicarakan, hanya Misella yang belum tahu masalah ini. Karena tadi waktu Misella ke toilet, orang tua nya sudah berbincang-bincang kembali mengenai kuliah itu.

Misella menatap kesal Mervin yang tengah menatapnya dengan tatapan sulit di artikan.

"Kenapa sih natapnya kaya gitu. Dan kenapa ga langsung pulang aja. Aku lagi males bicara sama kamu" Tanyanya.

"Kamu tidak suka aku disini?"

"No, bukan gitu. Aku cuma perlu waktu"

Mervin menghembuskan nafasnya. "Janji jangan nangis hm?" Ujar Mervin.

"Why?" Tanya Misella lesu.

"Janji dulu, baby." Ujar Mervin gemas.

Misella dengan ogah-ogahan menjulurkan kelingkingnya.

Gadis Bar-bar Dengan Sejuta Pesonanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang