Elard memasuki apartement dengan tas masih tersampir apik di bahunya. Ia baru saja pulang dari nongkrong bersama teman-temannya.
Ia sedikit terkejut melihat keberadaan pria berjas sedang bersantai di ruang tengahnya. Dengan cepat ia merubah raut wajahnya menjadi semula. Kaki panjangnya berjalan menghampiri pria itu.
"Kenapa Papa disini?" Tanyanya sembari menjatuhkan tubuhnya di sofa bersebrangan dengan Ayahnya.
"Memangnya tidak boleh Papa berkunjung ke tempat tinggal anaknya?" Elard mendengus mendengarnya. Ia tidak suka jika pertanyaannya di balas dengan pertanyaan. "To the point. Papa kenapa disini? Bukannya kencan?"
Kencan yang dimaksud Elard adalah bekerja dalam ruangan pribadi pria itu ditemani setumpuk kertas-kertas. Melihatnya saja ia sudah bosan.
Jangan salah faham, hubungan ayah-anak itu memang terlihat seperti Tom and Jerry, tapi sebenarnya memang mereka saling menyayangi satu sama lain. Hanya saja mereka menunjukkannya sedikit berbeda dengan pasangan ayah-anak diluar sana. Pertengkaran mereka dianggap sebagai sarana untuk mendekatkan hubungan mereka sebagai ayah-anak. Dengan saling melempar godaan dan ejekan satu sama lain.
Dan Dominic adalah seorang duda. Elard tak masalah dengan hal itu. Dominic juga baik-baik saja dengan statusnya. Elard tak menuntut Dominic untuk mencari sosok yang bisa ia panggil 'Mama'. Karena Elard tak menginginkan hal itu. Dia merasa keberadaan Dominic di sisinya sudah cukup.
"Kencan yang kamu maksud juga bakal kamu lakuin di masa depan." Dominic terkekeh melihat raut wajah putranya yang sangat tak menyukai ucapannya. Elard menolak dengan keras untuk menggantikannya di masa depan. Padahal dia lah anak tunggalnya. Jika Elard tak ingin meneruskan perusahaan, lantas siapa yang akan menggantikannya?
"Apartemen kamu nyaman juga." Dominic berucap dengan nada menyindir didalamnya. "Sampai malas untuk pulang, right?"
Elard menyadarkan punggungnya pada sandaran sofa, menatap malas Dominic. Pria tua itu suka bertele-tele. "If there is no need anymore please come out, old man. Lebih baik anda membereskan kencan anda."
Dominic terkekeh. Ternyata menggoda putranya menyenangkan juga. "Wow, Papa ga berharap bakal di usir sama anak sendiri."
Elard memutar bola matanya malas. "Oh cmon"
"Okey, Calm down son, Papa kesini mau minta kamu pulang ke rumah utama. Papa ada keperluan ke China untuk beberapa minggu. Jadi pulanglah kerumah, okey? Anggap saja kau menjaga rumahku." Ujarnya tertawa
"I don't want to"
Dominic beranjak dari duduknya dan membenarkan jas-nya. "Okey, Papa tunggu. Pulang lah secepatnya!" Ujarnya berlalu meninggalkan apartemen milik putranya itu
Sebelum benar-benar keluar dari apartemen, Dominic membalikkan badannya. "Hey, what if i get married?"
Tak lama Dominic tertawa saat mendapat reaksi Elard. Lalu berujar, "Lupakan, aku hanya bercanda." Ujarnya
Elard berdecak. Pria tua itu selalu saja menjadi pemaksa.
Elard masuk kamarnya. Menaruh tas serta sepatunya dengan sembarang. Lalu pergi ke kamar mandi. Tubuhnya terasa gerah juga lengket akibat keringat dari aktivitasnya hari ini.
Setelah menyelesaikan mandinya, Elard memilih berada di balkon dengan tangan bertumpu pada sandaran sebatas perutnya. Menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan. Angin malam menembus tubuh bagaimana atasnya yang tak memakai baju. Suasana ini lah yang ia suka.
Ingatannya kembali di beberapa saat lalu, dimana Dominic meminta izin padanya untuk menikah lagi. Walaupun pria tua itu berbicara seolah tengah bercanda tapi Elard tahu di balik ucapan itu ada hal yang benar-benar diinginkan Dominic.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAD Over HEELS [BL]
Teen FictionAdelio itu cowok yang pekerja keras. Sangking bekerja kerasnya dia sampai di kejar-kejar rentenir. Bukan dia yang utang tapi kedua orang tuanya. Akibatnya, dia harus menanggung semua hutang kedua orang tuanya yang telah meninggal. Sekolah-kerja-pul...