10

3.1K 208 0
                                    

Hai hai,
Happy reading guys🤗
Semoga terhibur

◇◇◇


Elard terganggu dengan suara dering dari ponselnya.  Niat hati ingin mengabaikan, namun dering itu tak berhenti juga. Dengan mata yang masih tertutup rapat, tangannya terulur mencari-cari keberadaan benda persegi itu di atas meja nakas. Menggeser tombol hijau.

[Woi, Lard! Napa ga masuk sekolah lo?] Suara Indra terdengar

[Tau nih, bolos ga ngajak-ngajak] Sahut Hoshi

"Emang jam berapa?" Balas Elard dengan suara serak kas bangun tidur

[Njir, baru bangun lo? Udah jam dua belas siang bego] Balas Indra

[Perasaan tadi malam lo ga minum banyak dah. Kenapa bisa tepar lo?]

"Gue disuruh pulang." Jawab Elard merubah posisinya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang

[Hah, gimana-gimana? Pulang ke apartement lo?]

"Bukan."

[Ah rumah bokap lo]

Elard berdeham sebagai balasan. "Udah kan?"

Tut

Elard mematikan sambungan telepon secara sepihak, tak 0erdulj jika di seberang sana teman-temannya mengumpati perilakunya. Ia melempar ponselnya disisi ranjang yang kosong lalu turun dari ranjang. Menoleh mencari keberadaan kaos yang ia lempar sembarang tadi malam.

Tok tok tok

"Masuk!"

"Den, di tunggu sama Tuan di bawah."

"Iya."

"Kalau begitu, Bibi ke bawah dulu Den." Pintu kembali tertutup

Elard keluar kamar dengan wajah yang nampak segar. Di lehernya tergantung handuk sebagai pajangan. Terbukti rambutnya yang masih basah hingga membasahi lantai. Kedua tungkainya melangkah ke arah meja makan di mana seorang pria dewasa tengah menunggunya.

"Kamu membuat para maid bekerja dua kali karena mu." Sindir Dominic

Elard hanya ber'oh ria. Ia mendudukan dirinya bersebrangan dengan Dominic.

"Apa yang kamu lakuin tadi malam sampai kamu bangun siang dan ga sekolah?" Tanya Dominic

"Party" Balas Elard santai

Dominic berdecak. "Papa sudah bilang ke kamu jangan pulang larut malam. Dan sekarang kamu ninggalin tugas kamu sebagai seorang pelajar."

Elard mengedikkan bahunya acuh. "Aku sudah pintar." Bukannya sombong, gen dari keluarganya begitu kuat hingga menurunkan kecerdasan pada Elard.

Dominic berdecih sinis menatap tingkah putra semata wayangnya yang begitu percaya diri dengan malas. "Whatever. Papa bakal berangkat lusa, jadi kamu harus patuh dengan perintah ku. Jika tidak, semua fasilitas mu Papa cabut."

"Ah aku begitu takut." Balas Elard dengan datar.

"Berbicara dengan mu membuang waktu ku saja." Dominic beranjak dari duduknya. "Aku ada rapat sebentar lagi." Lanjutnya merapikan jasnya

"Hati-hati, don't die yet. You have not made an inheritance letter for me." Ujar Elard

"Bocah sialan." Elard terkekeh mendengar umpatan dari Dominic sebelum keluar dari rumah

Merasa bosan, Elard kembali ke kamar guna bersiap untuk keluar. Ia pamit pada pekerja di rumahnya terlebih dahulu. Ia terlalu malas jika nantinya akan di recoki pria tua itu.

HEAD Over HEELS [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang