⚠️PART LEBIH DIKIT DARI BIASANYA⚠️
^^^^
Sorak dari penonton membuat suasana lapangan menjadi lebih hidup. Si pencuri perhatian tengah mendribble bolanya ke wilayah lawan. Tatapannya tajam serta figur wajah tampannya begitu menarik sepanjang mata memandang.
Elard Navarro Ghazanvar, namanya. Kerap disapa Elard. Hampir penjuru sekolah mengenal dirinya. Di balik kemampuannya yang bisa di katakan mahir di basket, Elard hanya lah seorang pemain cadangan. Semua orang terkejut mengetahui tentang kebenaran itu. Elard terdengar menyia-nyiakan kemampuannya. Ia lebih memilih menjadi anggota cadangan dari pada ketua ekskul. Aneh. Padahal beberapa orang jelas sangat ingin posisi itu, tapi Elard tidak. Saat ditanya mengapa alasan lelaki itu menolak tawaran itu pun, lelaki itu membalasnya dengan acuh tak acuh. Gue ga ada waktu, jawabnya. Namun alasan itu bisa di terima sebab Elard lebih fokus ke taekwondo.
Penonton kembali bersorak saat Elard berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Mereka begitu antusias melihat kelanjutan pertandingan dengan menyemangati jagoan mereka masing-masing. Pertandingan terlihat begitu sengit dengan skor kedua tim yang berbeda tipis.
"El, sini!"
Elard mengoper bola ditangannya ke arah Indra, yang langsung di tangkap oleh lelaki itu. Teriakan penonton begitu heboh saat Indra mendekati ring lawan. Indra melakukan bersiap melempar bola dalam ring, namun dari awal belakangnya- tim lawan menubruk tubuhnya hingga tersungkur.
"Woi! Jangan main kasar dong!" Hoshi ingin memukul tim lawan namun segera di tahan oleh anggotanya.
Pertandingan berakhir saat wasit meniup peluitnya. Dengan pertandingan berakhir seri.
Elard menarik jersei basketnya, memperlihatkan perutnya yang berkilauan karena keringat. Mengelap keringat di lehernya dengan ujung jerseinya-yang tanpa dia tau jika kelakuannya membuat para kaum hawa menahan nafas melihat pemandangan itu. Elard menuju pinggir lapangan setelah melakukan high five oleh timnya. Dia menghabiskan sisa air mineral dari botol ukuran sedang yang diambilnya dari sang pelatih. Tim Elard berkumpul, sepertinya tengah mengadakan meeting perihal pertandingan tadi.
Kim menoleh menatap Lio di sampingnya dengan dahi mengernyit. "Kenapa sih lo? Gue kan nyuruh lo buat temenin gue nonton bukan buat decak mulu." Ini sudah kesekian kalinya lelaki itu berdecih.
"Itu yang lo dukung itu, sok keren."
Kim membulatkan mata. Tangannya memukul paha Lio hingga membuat sang empu mengerang kesakitan. Cewek disampingnya ini memang gila.
"Heh, ngawur lo! Kak Elard emang keren. Lebih keren dari pada lo. Kalau di bandingin nih ya, lo sama Kak Elard tuh antara bumi sama langit."
"Anjir."
"Tapi sayang banget pertandingannya berakhir seri." Keluh Kim. Ia merasakan kekecewaan.
"Bodoamat. Gue mau ke kantin. Laper." Lio beranjak dari duduknya.
"Eh eh tunggu dulu sebentar. Siapa tau bakal adain pertandingan ulang." Cegah Kim
Lio menunjuk wajahnya sendiri. "Menurut lo gue terlihat perduli? Gak! Gue mau makan."
Dia berjalan keluar dari area lapangan. Jangan mengira ia mau menonton pertandingan tadi dengan suka rela. Salah besar. Tentu saja semua atas keterpaksaan dan kepasrahan diri karena Kim menyeret dirinya untuk menonton. Lio sendiri bingung dari mana tenaga cewek itu berasal. Jika permintaan cewe itu tidak segera ia turuti, Kim akan merecoki dirinya.
Kim mengejar langkah Lio. "Kok lo gitu si Yo, gue sekarang sendirian tau. Lo sibuk kerja terus si Novan sekarang sering jalan sama cewe nya. Terus gue main sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAD Over HEELS [BL]
Teen FictionAdelio itu cowok yang pekerja keras. Sangking bekerja kerasnya dia sampai di kejar-kejar rentenir. Bukan dia yang utang tapi kedua orang tuanya. Akibatnya, dia harus menanggung semua hutang kedua orang tuanya yang telah meninggal. Sekolah-kerja-pul...