07

3.2K 229 2
                                    

Sudah dua hari Lio tidak berangkat sekolah. Demamnya yang masih tinggi. Tapi untuk hari ini, ia memaksa dirinya untuk berangkat. Ia bosan di rumah hanya duduk atau tidur sepanjang hari. Mungkin karena ia sering beraktivitas membuat tubuhnya merasa pegal jika tidak melakukan apa-apa.

Lynda sendiri melarangnya untuk ke sekolah sebab demamnya belum sepenuhnya sembuh. Tubuhnya masih terasa hangat. Tapi tak dihiraukan oleh Lio.

Lio telah siap dengan seragam melekat di tubuhnya. Ia duduk menunggu Lynda yang tengah membuat sarapan untuk mereka.

"Abang yakin mau berangkat? Masih demam loh." Ujar Lynda menaruh dua piring di atas meja

"Tenang gue kuat kok. Nanti juga sembuh sendiri." Balasnya

"Jangan lupa minum obatnya." Ingat Lynda

"Bawel lo." Dahi Lio mengernyit samar menatap lauk yang tersedia di piringnya. Secentong nasi dengan chiken katsu dan ditemani gorengan tempe. Makanan ini terlalu mewah hanya untuk sarapan. Lagipula dari mana adiknya mendapatkan makanan ini.

"Lo dapat ini lauk dari mana? Walaupun gue kasih uang lebih, lo ga akan beli ini." Cercanya.

Tubuh Lynda mendadak kaku. Ia terkekeh pelan guna menutupi rasa cemas. "Tadi malam temen ku yang beli terus sisa karena dia beli makanan banyak banget. Jadi di suruh bawa aja dari pada mubazir." Jelasnya

"Baik bener temen lo." Lynda hanya menanggapi dengan senyuman tipis. "Abang ke sekolah mau naik ojek? Ga mungkin kan kalau naik sepeda."

"Lo tenang aja gue di jemput Novan nanti. Lagian sayang kalau uangnya di buat naik ojek. Manfaatin temen juga perlu terkadang." Lio terkekeh mendengar ucapannya sendiri

Bukannya Lio pelit untuk dirinya sendiri. Orang yang hidup serba kekurangan seperti Lio harus benar-benar mengatur keuangan. Lio tidak ingin menyia-nyiakan uang untuk hal yang menurutnya tidak berguna. Lebih baik di gunakan untuk hal-hal yang memang perlukan.

Tok tok tok

"Bukain tuh, palingan Novan."

Kedua tungkai Lynda melangkah menuju pintu. Benar saja, orang itu ialah Novan.

"Masuk kak."

"Lo udah sarapan belum? Kalau belum sini gabung sama kita." Tawar Lio

Novan menggeleng. Ia duduk disebelah Lio sembari menatap makanan yang di santap Lio. "Lo banyak duit apa gimana? Pagi-pagi udah makan chiken katsu aja lo."

Lio tertawa. "Gue sih maunya gitu tapi belum di kabulin. Oh ya, ini makanya dari temennya Lynda. Baik bener kan. Kemarin juga Lynda pulang kerja kelompok bawa Pizza juga." Jelasnya

"Makan yang banyak lo nanti pingsan." Ledek Novan

"Sialan, gue ga selemah itu."

Selesai sarapan mereka berangkat. Novan pakai motor gedenya yang bikin Lio marah-marah. Kenapa juga itu orang harus pakai motor ini padahal dia punya motor lain. Dia malas bonceng di jok kecil kaya' gitu. Lagian pinggangnya bakal pegel.

"Bawel lo! Kalau mau ya udah naik aja." Kesal Novan. Mereka menghabiskan waktu untuk berdebat

"Lo ngelukain harga diri gue cok. Masa iya gue nungging?" Protes Lio

"Ya udah kalau ga mau, ngesot aja sono." Balas Novan tak kalah nyolot

Lynda melihat perdebatan itu hanya bisa menghela nafas. "Kalau kalian ribut mulu kapan berangkat nanti telat. Terserah lah, aku berangkat dulu."

"Anjir ini terakhir kali gue bonceng pakai motor ginian." Dengan terpaksa Lio naik ke jok belakang. Setelah di rasa Lio sudah duduk, Novan menarik gas sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.

HEAD Over HEELS [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang