16

1.8K 141 5
                                    

Part kurang ngefeel

^^^^^

Elard menatap aneh ke arah Lio. Setelah lelaki itu keluar dari ruang ganti, ia segera pergi menuju ruangan Pak Edi. Tapi siapa sangka, jika Lio juga berada di sini. Entah urusan apa yang Lio miliki hingga bertemu dengan Pak Edi.

"Muka lo biasa aja dong."

Elard tak membalas. Ia menatap Pak Edi penuh pertanyaan.  "Kenapa panggil saya Pak?"

"Saya panggil kamu karena ada hal yang perlu saya jelaskan lagi perihal tentang minggu depan." Ucap pak Edi membetulkan letak kacamatanya.

"Oh Lio kamu bisa beresin semua berkas yang dipojok sana. Itu hukuman kamu yang sudah membolos." Dengan malas Lio melakukan perintah Pak Edi.

Lio memutar bola matanya malas. Ia tak ada niatan untuk membolos. Namun, sialnya ajakan dari temannya begitu menggiurkan untuk di tinggalkan. Alhasil ia pun membolos.  Naasnya mereka ketahuan dan teman Lio kabur lebih dulu meninggalkan dirinya yang masih duduk di atas pagar belakang sekolah. Memang sial.

Pak Edi yang melihat kejadian itu pun menyuruh Lio segera turun dan mengikuti guru itu.

"Kan bukan saya aja pak."

"Ya tetap saja."

Lio berdecak. Terdengar tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi. Lio sudah terlanjur kesal karena mengetahui hangat ia yang di hukum.

"Cepat bereskan. Nanti temen kamu juga saya hukum, tapi gantian."

"Mana ada hukuman gantian." Gerutu Lio membereskan berkas-berkas yang tertumpuk tak beraturan. Lebih baik ia segera menyelesaikan hukumannya agar terbebas dari ruangan tertutup ini. 

*

Lio berjalan lesu menuju kelasnya. Sesekali ia merenggangkan otot-otonya yang terasa pegal setelah memindahkan kertas- kertas milik Pak Edi.

"Bangsat!" Umpat Lio kaget

"Ck kotor banget mulut lo!" Lio memutar bola matanya malas setengah mengetahui siapa gerangan yang mengagetkan dirinya. Si Omar aka teman yang meninggalkan dirinya tadi.

"Hehehe cengengesan mulu lo anjing! Ninggalin gue gitu aja."

"Ya sorry Yo, gue kan panik."

"Paniknya ninggalin temen?"

Omar mencolek dagu Lio, "Cielah jangan marah napa. Gue udah minta maaf nih. Gue traktir makan deh sebagai permintaan maaf." Bujuknya

Lio tersenyum lebar. "Deal. Lu jajanin gue selama seminggu. Yuk, ke kantin sekarang. " Balas Lio dengan langkah semangat menuju kantin. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi.

Omar mengumpat. Sial ia melupakan jika Lio itu suka mencari kesempatan. "Sial nyesel gue."

"Woi! Ayo cepet.  Gue udah laper nih."

Sesampainya di kantin, Omar masih menggerutu dengan tingkah Lio yang kurang ajar, menurutnya. Masalahnya nih ya, itu anak sampai di kantin menyuruhnya untuk memesan makanan sedangkan dirinya enak-enak duduk anteng. Katanya sekalian. Sekalian palanya botak!

Lio duduk anteng dengan ponsel di genggamannya. Ia memilih bermain game untuk mengusir rasa bosen menunggu Omar memesan makanan.

"Lo kemana aja babi?!" Tanya Kim duduk dihadapan Lio, diikuti Novan

"Ruangan Pak Edi." Kedua remaja berbeda gender itu saling melirik. "Mampus! Itu akibatnya kalo bolos ga ngajak-ngajak." Ujar Kim

"Bacot lu."

HEAD Over HEELS [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang