24

3.8K 249 9
                                    

⚠️banyak typo⚠️
.
.
.

♧♧♧♧

Elard membulatkan matanya mendengar ucapan Lio. Ia sempat ingin protes namun, melihat raut wajah Lio tunjukkan membuat ide terlintas. Lio memasang wajah waspada saat Elard mulai merangkak mendekat. Membuatnya reflek mundur.

"L-lo ga usah macam-macam atau gua tonjok muka lu!"

Seakan tuli, Elard merangkak mendekat dengan seringai yang sungguh menjengkelkan di mata Lio. "Menurut lu apa yang bakal gua lakuin?"

Lio mundur tanpa tahu jika ia sudah duduk di ujung kasur. Nafasnya tertahan saat wajah Elard sudah didepan wajahnya. Hanya berjarak beberapa senti saja kedua wajah itu bertemu. Otak Lio menyuruh untuk segera mendorong tubuh Elard namun seakan rasanya terkunci. Ia diam mematung.

Kelopak matanya terpejam saat merasakan hembusan nafas sosok didepannya. Ia bergerak mundur, tapi ia juga lupa jika posisinya tak menguntungkan. Lio merasa tubuhnya akan terjatuh dari kasur. Ia memejamkan matanya, bersiap dengan rasa sakit yang akan di rasanya.

Tapi, bukan rasa sakit yang menjadi fokusnya sekarang, melainkan sesuatu yang menyentuh bibirnya. Lio membelakkan matanya merasakan belah bibir lain. Hanya beberapa detik posisi itu bertahan sebelum Lio mendorong kasar tubuh Elard.

Bruk

"Ish, sial!!"

Lio merubah posisinya menjadi duduk. Menatap nyalang ke arah lelaki yang mengeluh akibat terjatuh dari ranjang.

"Lo—

"Apa huh?! Mesum lu!!"

"Apa ? Mesum? Gua ? Gila aja gua mesum. Gua ga nafsu sama lu!" Bela Elard. Ia tak terima di umpati seperti itu. Lagian ini tuh insiden.

"Terus lu —

"Gua bantuin lu bego! Kalau gua ga nahan kepala lu mungkin udah gegar otak lu!" Sahut Elard

Lio diam. Benar juga sih, kalau Elard tak menahan kepalanya mungkin akan terjadi sesuatu yang serius tapi Lio tak mau mengakuinya. Bagaimana pun juga kejadian ini sangat membuatnya marah dan kesal. Apalagi ciuman pertamanya—tidak mereka tidak ciuman. Bibirnya dengan Elard hanya menempel beberapa detik. Ya itu tidak ciuman.

"Pulang sana!"

Elard mengangkat sebelah alis nya. "Dari reaksi yang lu tunjukin, lu belum pernah ciuman ya? Oh, gua yang pertama dong."

Lio geram. Ia berdiri dan menarik lengan Elard agar segera berdiri. Mendorong tubuh besar itu untuk segera keluar dari kamarnya.

"Balik sana!!"

Lio menutup pintu kamarnya dengan keras. Elard terdiam sebentar sebelum mengetuk pintu kamar itu dua kali. "Minimal kasih gua baju. Ga mungkin gua pulang dengan telanjang dada kan?"

Pintu kembali terbuka, Lio muncul dan melempar baju bersih miliknya yang mungkin akan ngepas di tubuh Elard. Lalu pintu kamar kembali di tutup.

"Ini bukan baju gua." Gumang Elard. Ia merentangkan baju itu. Ah, ya ia baru ingat jika bajunya basah dan di cuci oleh Adik Lio. Ia mengedikkan bahunya acuh, dan segera memakai kaos yang di berikan Lio.

"Lho, kakak udah bangun?" Tanya Lynda

"Ya, gua balik dulu ya." Balas Elard sedikit mengeraskan suaranya.

"Kok pagi-pagi banget ? Ga mau nantian aja ?" Tanya Lynda

"Thanks, tapi gua ga mau babon nya ngamuk. Gua balik dulu ya." Pamit Elard

HEAD Over HEELS [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang