Langkah telah terhenti di kelas. Tanpa ba-bi-bu mereka langsung mengerjakan misi yang diterima langsung oleh tuhan ini. Tya, Zell dan Rey semakin panik lantaran Leora tak kunjung ada.
Dengan segera, Zell mendekati Gisa. "Leora gak ke kelas Gis?" tanya Zell.
"Gak lihat di kelas dari tadi," jawab Gisa santai.
"Bukannya tadi keluar ama kalian ya?" tanya teman yang lain.
"Iya, tapi tiba - tiba di tengah jalan dia gak ada," jelas Tya.
Seluruh orang di ruangan ini langsung beralih atensi pada satu suara. "WOI 2 BOCAH! KALIAN GUE CARIIN DARI TADI. NGILANG KEK KETELEN KODOK."
Zell berjalan mendekat, menyilangkan kedua tangannya, dan memasang wajah penuh intimidasi. Bukannya bergidik ngeri, Leora dengan kurang ajar malah tertawa terbahak - bahak. Situasi lucu yang tidak tepat.
"Kodak kodok …, Lo kodok! Bisa ya ketawa puas setelah kita pusing nyariin lo tiba - tiba ngilang di tengah jalan!" Zell menghela napas kasar. "Gue khawatir ampe nangis. Lo dateng malah nyengir.
"Lo pikir ini becandaan! HAH! KURANG AJAR BANGET YA LO EMANG!" Zell mendorong tubuh Leora cukup keras.
"Apa apaan sih Zell? Gue gak mungkin ilang. Kan masi di lingkungan sekolah," ucap Leora satai.
"Masih bener gue khawatir. Di lingkungan sekolah pun gak luput dari kejahatan ya. Kalo tiba-tiba lo di kasarin sama anak-anak kelas lain? Yang repot juga kita ntar. MIKIR PAKE OTAK!" Zell menyentuh pelipis Leora dengan sedikit kasar.
"Ngapain sih marah-marah mulu. Lo mau dengerin penjelasan gue gak!?" tegas Leora.
"SERAH LO! DAH BIKIN KHAWATIR, PANIK, DATENG KAYA GAK ADA RASA BERSALAH!" Zell mendorong lengan Leora cukup keras. Secepat kilat, Leora menepis tangan itu.
"LAH TRUS SEKARANG MAU LO APA? MAU NYAKITIN GUE? PUKUL AJA SINI!" gertakan Leora membuat Zell mengerjapkan mata dan mengambil napas dalam - dalam.
"Udah Zell, mending lo tenang dulu. Dengerin penjelasan dari Leora," pungkas Tya menengahi.
"Ada apa ini rame - rame?" tanya Raksa yang datang tiba - tiba di samping Rey.
"Perselisih-" jawaban Rey terjeda lantaran Raksa memaksa untuk semakin mendekati keributan. Ia melihat kondisi Leora seperti ada asap kebakaran di atas kepalanya.
"Emosi amat. Lo kenapa sih?" celetuk Raksa tepat di telinga Leora. Dengan reflek, Leora memukul dada Raksa dengan siku. "BODO!"
"Sakit anj!" Raksa merintih kesakitan. Ia memegangi dada yang rasanya seperti dihantam bola basket dengan tembakan yang keras. Ia tak menyangka Leora sekuat itu. Atau mungkin karena emosi nya yang sedang memuncak? Ia berjalan pelan kembali ke kelas.
Keadaan kembali kondusif. Leora duduk di depan Zell. Tya merangkul pundak Zell sambil terus menepuknya pelan. Menunggu beberapa detik, Leora pun mulai berbicara.
"Sebelumnya minta maaf atas sikap gue yang cengengesan. Terima kasih banget ya, lo udah sebegitu khawatir nya. Gue tau gimana kondisi lo yang panik waktu tau gue gak ada," tutur Leora.
"Ok, gue juga minta maaf ya ... Gue sadar kalo kelakuam tadi udah keterlaluan. Ada yang sakit ga?" tanya Zell sambil melihat muka Leora. "Aduh mana tadi agak kenceng lagi, pusing ga?"
"Dikit," jawab Leora sambil membentuk tangan kananya seperti hendak mencubit.
"Waduh, maaf yaaa ...." Zell semakin memasang wajah bersalah seraya memegang tangan Leora yang menggenggan di atas meja.
"Ah, gak apa - apa. Udah minta maaf mulu! Mau dengerin ceritaku gak?" pungkas Leora untuk permaaf - maafan.
"AYO AYOO. PENASARAN GUE!" seru Tya dengan penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...