Leora berkutat dengan pikirannya sendiri sambil merebahkan tubuh dan memandang lurus plafon. Pikirannya berisik walau mulutnya terdiam.
Gisa sampai tanya segitunya tentang Luke. Emang tuh cowok kenapa ya gitu ke gue? Sering banget keciduk kalo dia lagi ngelihat.
Apa gue ada yang salah ya? Seragam? Lengkap dan rapi terus kok. Tapi apa ya?
Raksa gabut banget dah lewat depan kelas, lewat di belakang gue waktu pulang. Pakai senyum segala. Ngapain? Tebar pesona.
Leora mendecih, kemudian berganti posisi jadi duduk. Ia menghela napas panjang sambil menutup mata berusaha untuk menenangkan diri. Segera ia raih handphone dan menekan tombol on.
Matanya membulat sempurna saat mendapat notif dari grub kelas bahwa akan ada ujian. Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa semester 1 telah usai.
────
Hari Senin. Seminggu kemudian setelah pengumuman diadakannya ujian tengah semester kelas 7 semester 1. Leora, Gisa, Zell, Dewi dan Valda berada dalam satu ruang. Mereka berlima berkumpul di depan kelas sebelum ujian.
"Kenapa hari pertama selalu PKN ya! Banyak banget hapalannya," cecar Dewi sambil membanting buku tulis di tangannya.
"Bener! Seharian gue dibuat pusing sama nih mapel!" imbuh Valda seraya menunjuk buku tulis dengan keras.
"Emang menyusahkan murid!" seru Zell sambil menatap jengah buku tulis.
"Santai aja, kan nanti kita itu." Gisa menaik turunkan alis. Bak memiliki darah daging yang sama, merek semua menjawab dengan kompak.
"OOHH JELAS" balas keempat temannya sambil tersenyum.
Mereka rasa hanya berbincang sebentar, namun bel sudah berdering mengharuskan mereka masuk kelas dan menghadapi soal-soal yang sangat mengejutkan.
Gila! Kok susah ya? Batin Leora saat melihat soal PKN sudah ada di atas meja.
Mampus, kenapa tiba-tiba ilang sebagian hapalan gue? cibir Zell dalam hati sambil membelalakkan mata.
Gue perasaan kemarin baca ini. Batin Gisa seraya menelan saliva.
Tanpa aba-aba, mereka berlima berpandangan dan saling melemparkan wajah khawatir. Ada yang mengerutkan kening, ada yang mengedikkan bahu, ada yang matanya berkaca-kaca, ada yang bermuka pasrah, ada yang murung.
Namun sedetik kemudian, Gisa tersenyum dan menaik turunkan alis. Ia berbicara tanpa suara, "kerjain dulu." Keempat temannya merespon dengan anggukan.
Mereka mengerjakan soal yang dirasa mudah dan memberi tanda pada soal yang belum dikerjakan. Meski mudah, bukan berarti tanpa pemikiran yang keras. Seperti Leora, yang berulang kali harus menggerutu ingin mengulik memori hapalan di otaknya, untung saja masih banyak yang teringat. Banyak yang sudah terisi jawaban.
Zell berulang kali mengomel sendiri karena tidak banyak soal yang terjawab.
Waktu sudah tersisa 45 menit. Mereka langsung melancarkan rencana. Mereka bertanya dengan isyarat tangan sesuai angka soal pada salah satu orang terdekat. Jika orang itu tidak menjawab, maka akan berganti bertanya pada yang lain. Pertanyaan mereka akan dijawab dengan isyarat tangan, yaitu jari telunjuk (A), jari tengah (B), jari manis (C), jari kelingking (D). Mereka telah menyepakati kode-kode ini jauh sebelum ujian. Saat itu, mereka hanya iseng bercengkrama. Tapi Dewi berinisiatif untuk mengajak keempat temannya melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...