Mobil sedan terparkir tepat di depan Tya.
"Ayo Deo!" ucap Tya sambil menarik tangan Deo.
"Iya!" panggil Bagas dengan penuh penekanan.
"Bodo amat. Lo gak punya hati emang!" pekik Tya dengan tatapan nyalang.
Tya merengut di perjalanan. Papa menelisik ekspresi putrinya itu sambil mengerutkan kening.
"Kenapa nih anak gue?" tanya Papa sambil menatap Deo dari kaca. Tatapan mereka bertemu.
"Em, gak tau om," jawab Deo spontan.
"Ah yang bener??" ucap Papa bernada.
"Mungkin mood nya lagi jelek tiba-tiba om." Papa pun mengalihkan pandangan pada Tya. "Emang mood kamu biasanya cantik?" tanya Papa nyeleneh.
"IH PAPAA!!" sergah Tya sambil memukul lengan papanya. Papa hanya tersenyum gemas melihat anaknya mengerucutkan bibir.
"Eh Tya. Yang dibelakang itu pacar kamu?" tanya Papa sambil mengangkat kedua alis.
"Ya," jawab Tya singkat seraya bersedekap.
Deo yang mendengar itu pun terperangah dan reflek menyangkal. "LAH? Gak!"
Tya melemparkan tatapan tajam yang membuat Deo bergidik ngeri.
"Lah gimana sih? Yang bener Tya apa tuh bocah?" tanya Papa butuh klarifikasi.
"AAA MALES NGANGGEP DIA PACAR PAA! DIA NGESELIN! BIKIN BADMOOD!" rengek Tya sambil menendang dashboard.
"HEH! Jangan ini juga yang jadi pelampiasan!" Papa menepis kaki Tya yang masih melayang.
"Dia yang dimaksud Tya siapa sih, anak belakang?" tanya Papa pada Deo.
"Pacar Tya namanya Bagas om," jawab Deo santun.
"Terus nama kamu siapa?" tanya Papa lagi.
"Papa bisa gak sih gak usah kepo!!" sentak Tya menggoyang tubuh Papa.
"Dih kenapa sih?!" Papa mengibaskan tangan Tya.
"Saya Deo om. Temen Tya," terang Deo.
"Cih! Bilang aja lo pacar gue. Udah, entar Papa bakal diem. Capek ah dengerinnya!" Tya mengoceh.
Setelah perdebatan panjang, tibalah mereka di depan rumah Deo. Deo menyalami tangan Papa Tya dan menunggu hingga mobil menghilang dari pandangannya. Ia terdiam menatap langit.
"Enak ya Tya masih bisa bercandaan bareng Papanya. Ayah bisa gak sehari aja temani Deo lagi?"
Ia menghembuskan napas kasar, menutup matanya lekat, lantas membuka gerbang dan memasukinya.
────
Di bawah sinar matahari, mereka sedang mengikuti pelajaran olahraga. Leora dan Gisa merasa ada yang aneh dari sikap Tya.
"Tumben gak deketan ama pacar lo?" tanya Leora sambil melempar pandangan pada Bagas.
"Ogah!" jawab Tya singkat sambil memutar bola mata dan bersedekap menyender dinding tangga.
"Kenapa emangnya?" tanya Gisa seraya mengerutkan kening.
"Mar-," Tya memotong kata itu sambil mengarahkan jari telunjuknya di depan bibir Zell.
"Kok bisa?" tanya Leora dan Gisa bebarengan. Mereka saling menatap dan tertawa–-heran kenapa bisa bareng.
"Dia gak punya hati," jawab Tya dengan wajah malasnya. Ia memelintir beberapa helai rambut yang menjuntai menyentuh matanya karena tertiup angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...