<17> Leadership

9 3 0
                                    

Sebuah kekuatan ajaib emak-emak benar nyatanya. "Nih! Masa gak kelihatan dari tadi?" Bunda menyerahkan benda yang dicari sekuat tenaga sedari pagi buta. 

Leora menyeka keringatnya dengan tisu yang sudah ia pegang sejak tadi. "Lah dari tadi aku udah cari di lemari bagian situ loh Bun, gak ada! Lah kok?" Leora mematung sambil mengerutkan keningnya. 

"Ya itu keajaiban emak-emak yang kamu minta kan? Yasudah ayo!" ajak Bunda melangkah pergi. Meninggalkan Leora yang masih mematung bolak balik melihat benda di tangan dan lemari. Bahkan ia sampai memicingkan mata saat melihat lemari.

Gak nyangka, emang kekuatan emak beneran ada. Gak salah berarti yang diomongin di sosmed.

Mentari menyapa pagi. Leora menikmati udara segar. Rambut indahnya yang terurai terhempas oleh angin. Berpegangan pada pakaian Bunda. Tiba lah ia di sebuah taman kota yang penuh dengan orang ber seragam olahraga. 

"Hai Ava!" sapa Leora seraya menyangklong tas ransel ungu di pundak.

"Haii!" respon Ava sambil tersenyum dan melambaikan tangan. 

"Cheryl belum dateng?" tanya Leora sambil mengedarkan pandangan. 

"Iya, belum liat gue." 

Sesaat setelah Cheryl tiba, mereka dikumpulkan untuk beberapa arahan. Mendengarkan sambutan sepertinya membuat mata Ava menjadi berat. Berulang kali ia menggerutu. 

Tiga bis telah tiba di lokasi. Semua siswa membelalakkan matanya. Segera mereka berlari kecil dengan riang. 

────

Mereka telah menginjakkan kaki di daerah yang berkebalikan 180 derajat dengan kota. Udara sejuk menyegarkan pernapasan. Damai dari hiruk pikuk suara kendaraan bermotor. 

Mereka diarahkan ke ruang utama–aula. Meletakkan barang bawaannya untuk sementara waktu. Acara dimulai dengan perkenalan dari beberapa kakak pembimbing. 

"Baiklah sekarang silahkan kalian berhitung 1-5. Saya akan membuat kelompok!" pinta Kak Garvin. 

Selesai berhitung. "Silahkan berkumpul dengan angka yang sama!" 

Senyum Leora merekah karena ia satu kelompok dengan Cheryl. Jadi, ia tidak perlu susah - susah berkenalan. Cheryl bertos atas kebanggaan setelah kecewa karena baris berjauhan. 

"Kalau baris deket kita gak bakal bisa satu kelompok Ra!" seru Cheryl sambil tersenyum sumringah.

"Betull!! Untung aja kita jadi bareng!" respon Leora riang sambil menggoyang tangan Cheryl yang saat ini sedang bergandengan.

Tidak hanya itu, ada hal yang membuat Leora semakin bahagia. Ia sekelompok dengan kakak kelas yang di kagumi. Ia tetap berusaha netral. Padahal hatinya sedang berdisko.  

Mereka berkumpul sekelompok, lalu mendengarkan materi tentang proposal. Jelasnya, proposal adalah hal terpenting dalam berorganisasi. Dengan seksama mereka fokus pada pemateri. Yaa.. walau kadang Leora salah fokus pada kakel itu. Usai materi, mereka diberi beberapa lembar kertas untuk membuat contoh proposal. 

"Nih kerjain!" ujar kakel yang dikagumi oleh Leora seraya menyodorkan kertas yang diterimanya.

"Dih! Halbert selalu aja begitu. Yang ketua OSIS itu siapa!" cibir Kak Aria.

"Gak ada kinerja nya banget emang! Gitu kenapa orang-orang pada milih dia sih?!" cecar Kak Fay.

"Karena gue ganteng," ucap Kak Halbert dengan menaik turunkan alis dan mengangkat dagunya.

"Najis!!" pekik Kak Fay sambil mendorong tubuh Kak Halbert dengan keras. Wajahnya ditekuk.

"Jangan berisik!!" bentak kakak pembina melalui mikrofon.

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang