<29> Committee

8 1 0
                                    

Leora terperanjat lantaran alarm di handphone nya berbunyi. Tangan kanannya menelisik pada atas nakas.

Dimana sih hp gue!?

Setelah dicoba berulang kali, tangannya tak juga menyentuh benda yang dicari. Dengan keterpaksaan, Leora harus beranjak dari posisi terlentangnya.

"Yaelah ada disini kenapa tadi gak bisa kepegang?!"

Leora kesal karena dirasa tempat keberadaan handphone itu sudah dicari sebelumnya. Handphone berada tepat di bagian paling dekat dengan kasur.

"Ayo cepat siap-siap, biar telat waktu dateng jadi panitia," ucap Leora dengan semangat sembari berdiri dan tersadar sesuatu. "Eh! Biar gak telat. Kok malah biar telat!" sesalnya sambil memukul dahi.

Seusai persiapan, Leora berjalan sambil melompat menuju meja makan yang sudah ada ayah dan bunda dengan menyunggingkan senyum sumringah. Ia terlihat sangat cerah ceria.

"Untung sarapannya udah jadi," ucap bunda sambil mematikkan kompor. Bau masakan yang masih panas sungguh menggugah selera.

"Ngapain kamu ingin berangkat pagi?" tanya ayah seraya mengambil sarapan langsung dari wajan.

"Ada dehh!" goda Leora sambil menaik turunkan alis. Giliran ia mengambil sarapan, lantas duduk di depan ayahnya. Mulai lah fokusnya pada pengisian amunisi perut.

"Tumben kamu gak pake seragam? Ada apa?" tanya ayah sambil menatap putrinya yang sedang fokus memakan nasi goreng pedas bikinan bunda. Ucapan ayah seakan-akan hilang bersama angin.

"Kak! Di ajak ngomong sama ayah!" pekik Bunda sambil menyenggol tangan Leora yang berhasil mengalihkan atensinya.

"Apa yah?" tanya Leora polos. Ia memusatkan perhatiannya penuh pada ayah yang nampaknya sedang penasaran karena sejak tadi Leora tidak menjawab dengan benar.

"Kok gak pake seragam?" tanya ayah lagi dengan lembut. Terlukis senyum tipis di bibirnya.

"Oooh. Aku panitia acara sekolah," jawab Leora santai yang langsung melanjutkan aktifitas sebelumnya.

"Oh iya, kan anak ayah udah keterima OSIS," ujar ayah sambil menaikkan alis yang membuat Leora menutup mulutnya karena tersenyum malu. Ia membuang muka.

Setelah semua makanan telah habis, Leora segera mengajak ayahnya untuk berangkat.

"Duh, semangatnya!" seru ayah seraya menyangklong tas di pundak. Lantas berjalan mendekati putrinya.

"Ayo daripada telat!" rengek Leora sambil menggandeng tangan ayah.

"Iya iyaa ...," respon ayah seraya mengelus puncak kepala Leora.

────

Udara sejuk seolah-olah tengah mengelus kulit Leora. Ia menghirup oksigen hingga dalam. Kapan lagi dia berangkat pukul 05.15?

Tiba di depan gerbang sekolah dengan suasana yang sunyi. Ia menyalami tangan ayah dengan senyum bahagia.

"Semangat ya!" kata ayah sambil mengangkat genggaman tangan di atas setinggi kepala untuk menyemangati.

"Siap!" seru Leora dengan mengacungkan jempol.

Leora tersenyum lebar ketika sampai di lapangan. Ia melihat banyak orang berbaju hitam dengan sedikit warna hijau di kedua siku--seragam OSIS tengah sibuk mempersiapkan acara. Lantas, ia berjalan menuju kumpulan tas berada--masjid. Sesampainya di masjid, ia tidak melihat keberadaan Cheryl.

Kayanya telat nih anak.

"Hai!" sapa Leora pada segerombol wanita yang sedang berbincang.

Seketika senyum Leora luntur karena tak ada yang memperdulikan keberadaannya. Leora duduk berjarak cukup jauh dari mereka, menunggu Cheryl tiba.

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang