Leora dan Cheryl yang semula sangat excited untuk mencari namanya di beberapa lembar kertas itu, berubah menyernyitkan dahi. Lantas alis mereka bertaut.
"Ck! Dari tadi udah serius nyari malah ga ada!" omel Leora sambil memukul papan.
"Tau nih! Malah lembaran absen pas MPLS, sampe kuning gini!" Cheryl memukul kertas didepannya.
"Buang-buang waktu istirahat aja njir!" Leora melengos. "Ayo ke kantin!"
Cheryl membuat langkah Leora berhenti. "Tapi sebelum itu, mending nanya kapan pengumuman pasti ke Pak Indra deh," saran Cheryl.
"Ok! Ayo ke Pak Indra!" seru Leora sambil menggamit tangan Cheryl.
Istirahat tinggal 1 menit lagi, mereka berdua tidak juga mendapat info kapan pengumuman. Mereka bergegas kembali ke kelas walau perut tengah keroncongan. Bagaimana lagi, setelah ini pelajaran Bu Raya a.k.a guru killer.
Minggu kemarin, Bagas dkk tidak juga kembali ke kelas karena sedang mengisi asumsi-makan. Ia absen selama 10 menit. Bu Raya berdiri menyender di balik pintu yang terbuka, bersedekap dan dagunya naik. Terkadang beliau mondar-mandir sambil menatap jam. Setelah sekian lama, terdengar suara keras Bagas dkk sedang berbincang dari kejauhan. Hendak melangkah masuk kelas, mereka terperanjat. Tatapan penuh intimidasi diterima untuk mereka. Diperintahlah mereka untuk di luar, melakukan push up 20 kali dan menerima mentah-mentah omelan Bu Raya.
Setelah kejadian itu, tak ada yang berani bolos semenit pun saat pelajaran Bu Raya. Jelasnya, Leora juga. Masa iya Leora seberani itu untuk melawan?
Pelajaran terakhir menjadi waktu yang sangat menyenangkan bagi semua siswa. Siapa gak senang jam kosong? Tapi itu tidak dirasakan oleh Leora, Zell dan Tya.
"Zell, Rey kok tumben gak kumpul kesini? Tya juga murung banget," tanya Leora seraya bertopang dagu.
"Tadi mereka abis cekcok," jawab Zell santai.
"Gegara?" Leora menyernyitkan dahi.
--Di saat mereka cekcok--
"Rey, gue nitip nasi goreng dong! Lo mau ke kantin kan?" seru Tya sambil mengeluarkan uang dari saku.
"Ogah, emang gue babu lo. Cuma temen aja nyuruh-nyuruh." Nadanya datar, namun menohok.
"Heh! Kita bukannya udah lebih dari itu ya? Kita tau rahasia lo dan sebaliknya. Sahabat namanya! Btw, kayanya tadi lo lebih asik tuh sama Cheryl, Kira. Temen baru? Mau ngekhianatin kita?" cecar Tya seraya memberi menunjuk tangan ke bangku pojok.
"Heh! Gue itu lagi nyoba temenan sama semua orang. Ya namanya temen gak boleh apa saling cerita? Gak ada yang rahasia banget selama ini. Baper banget jadi bocah!" dalih Rey sambil menoyor dahi Tya dengan jari telunjuk--tinggi Tya se siku Rey.
"Rey! Gimana kita gak ngira lo lebih dari temen kalo kemarin baiknya kebangetan." Zell angkat bicara untuk membela Tya sekaligus apa yang ia rasakan. "Dalam pertemanan juga udah biasa nitip jajan. Masa cuma gara-gara itu lo jadi gak anggep kita?"
"Lagian gue dari awal gak anggap kalian sebagai sahabat. Orang kenal juga barusan. Terus emang salah berbuat baik sama orang lain?" ada jeda, "dahlah! Ngurusin orang kek kalian gak ada abisnya, bacot doang!"
-Rey pergi menyusul Kira dan Cheryl ke kantin.
Leora menaikkan alis. "Hah! Jadi, kita cuma temenan aja menurut dia? Gue kira lebih ...," lirihnya.
"Ya, kita semua juga pasti ngiranya begitu," ucap Zell.
"Gak bisa kita ajak dia balik lagi? Baru juga seminggu deket," desak Leora yang masih ingin mempertahankan apa yang sudah mereka alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...