<41> Offended

3 1 0
                                    

Semua mata mengikuti arah petugas UKS tersebut berjalan. Mereka saling berbisik hingga menumpuk menjadi rusuh. 

"Maaf mengganggu waktunya. Saya perwakilan dari PMR untuk memanggil seluruh siswa kelas 8B menuju  UKS karena ada pemeriksaan fisik peserta. Jadi langsung saja kita ke UKS bersama-sama," terang gadis berambut pendek warna hitam kecoklatan yang dikuncir kuda.

"Gue gak ikut ya!" goda Bagas seraya bersedekap dan senyum menyeringai.

"Gak bisa. Semua harus ikut," balas gadis itu dengan nada tinggi. Wajahnya terlihat sedikit kesal, namun ia berusaha untuk mengontrol dengan menghela napas dalam.

"Ayo anak-anak semua segera ikuti arahan petugas PMR ya! Gak usah banyak protes!" tegas bu guru bahasa inggris. Tatapannya menusuk lurus pada netra Bagas. Tak perlu menunggu lama,  murid perempuan segera berdiri dan mengekori petugas yang kemudian disusul oleh seluruh teman lelaki.

Petugas PMR masuk ke ruang UKS dan konfirmasi pada guru penjaga UKS terlebih dahulu. Kemudian, ia keluar dan menjelaskan apa saja yang akan di tes nanti. Tes fisik yang akan mereka lakukan adalah meliputi tes tinggi badan, berat badan, tensi, kesehatan mata (minus, silinder, plus, buta warna). Tes ini guna mendapatkan data seluruh siswa sekolah. Mereka diperintahkan untuk antre sesuai daftar presensi. Valda, Dewi, Leora, Zell dan Gisa berdekatan karena presensi mereka memrang urut. 

Setelah pemeriksaan, mereka semua menunggu teman sekelas usai semua di lobby.

"Kenapa mendadak banget ya ...." sindir Kira yang kini bersedekap duduk bersandar di dinding dengan suara yang cukup keras.

"Lah iya. Bikin kaget aja," imbuh Syera sambil mengangkat satu alisnya.

"Nah .... Tahu gitu gue gak makan banyak kemarin. Jadi gendut kan," rengek Valda memegang perutnya yang dirasa buncit. Matanya berputar. "Berat kalian berapa?" 

"Gue 52 sih," jawab Finola dengan santai. 

"Weehh! Lo yang tinggi aja segitu. Lah gue pendek begini beratnya 50!" seru Valda dengan nada menggebu-gebu hingga berdiri. 

"Yaelah Val. Itu normal deh kayanya," ucap Tya seraya mengerutkan kening.

"Iya normal Val. Lo juga gak kelihatan gendut." Dewi menanggapi sambil mengangguk-angguk.

"Mana ada. Gue ngerasa kalau gendut tau!" rengek Valda lagi sambil memasang wajah bete. "Oh ya. Tinggi Zell berapa?"

"TB gue 160," jawab Zell seadanya.

"Iiih! Enak banget ya tinggi. Jujur lo body goals banget Zell! Setuju gak kalian?" tanya Valda sambil mengedarkan arah jari telunjuknya.

"Setuju!" jawab semua temannya dengan wajah sumringah. Wajah Zell reflek memerah. Ia tersenyum.

"Kalau Gisa TB dan BB berapa?" tanya Valda penasaran.

"Hmm .... Ada lah," dalih Gisa sambil tersenyum kikuk. Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. 

"Kok ada lah. Ayo dong! Berapaa?" tanya Valda lagi sambil memohon di depan Gisa yang memang tidak ingin mengungkapkan ini.

"Biasanya kalau gendut itu karena banyak makan kan ya guys?  Denger-denger katanya kebanyakan makan mi instan juga bisa," tanya Valda dengan nada yang tak biasa. 

"Iya emang bisa. Makannya kita gak boleh jadiin mi instan sebagai makanan favorit. Bahaya banget guys!" seru Finola seraya menjentikkan jari.

"Tapi gak cuma itu. Bisa aja karena kita jarang olahraga," jelas Syera sambil mengibaskan jari.

"Untung gue sering olahraga. Ya meskipun cuma jalan 15 menit," ucap Valda memberikan pengalamannya.

"Sama!" seru Finola serya mengajak Valda menyatukan telapak tangan. "Tapi gue lebih jauh sih."

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang