Lo pernah bilang apa
sama dia?Waktu itu bilang kalo
gue gak mau diganggu
lagiKan lo sendiri yang
minta sama dia.Diturutin malah bingung
Yaudah itu resiko dari
omongan lo sendiriYa juga sih
Lo nyesel dia ngejauh?
Ya gak, cuma ngerasa aneh
aja.
Iyaa, gue pahamYaudah rasain tuh omongan
sendiri────
Hanya beberapa anak yang telah menginjakkan kaki di sini. Matahari pun hanya bersinar seperempat bagian cahayanya. Tya sudah terbiasa dengan pemandangan itu karena selalu berangkat pagi demi mencegah kemacetan.
Tya terperanjat saat ada seseorang yang berada di bangkunya. Ia mendekat, dan ternyata itu Bagas yang tengah menelungkupkan kepala di atas meja. Tya bisa mendengar suara dengkuran. Ya, Bagas tidur.
Tya menaruh tas di kursi Zell dengan sangat pelan, kemudian duduk. Bagas tiba-tiba mengangkat kepala melihat siapa orang yang ada di sampingnya. Ia tersenyum tipis karena itu seorang yang ditunggu. Tya menahan tawa karena Bagas masih berwajah bantal.
"Hoam .... Baru dateng?" tanya Bagas sambil menguap. Ia meregangkan otot tangan.
"Lo kesambet apa dateng sebelum gue?" tanya Tya sambil mengerutkan kening.
"Lo gue. Okey...." Bagas memasang raut sedih. Kepalanya menghadap Tya yang ditaruh atas meja.
"Reflek aja. Namanya juga heran," jelas Tya sambil bertopang dagu.
"Hm, tempat kamu enak buat tidur." Bagas mengerjapkan mata.
"Eh dikira ini tempat tidur. Sana balik ke bangku kamu aja!" pinta Tya sambil menggoyang tubuh Bagas.
"Jutek banget ah mls!" Bagas mengibaskan tangan Tya. "Aku ngantuk Iya .... Tadi Papa maksa berangkat pagi. Biasanya juga aku masih ngorok."
"Ya udah deh, tidur aja. Kasihan banget sih," ucap Tya sambil mengacak-acak rambut Bagas gemas. Ia tersenyum lebar.
Bagas mengerucutkan bibir karena rambut yang sudah ditata rapi di pagi buta harus berantakan.
"Haha iya iyaa .... Sorry Agas." Tya merapikan rambut yang dimainkan. "Manja banget ya kamu. Salah besar orang-orang yang kenal sebagai siswa nakal. Orang gemesin gini!"
Bagas tersenyum menang. "Yaudah aku tidur. Kamu jangan kemana-mana." Bagas memegang tangan kanan Tya.
"Ogah. Bosen banget disini gak ngapa-ngapain." Tya beranjak dari duduknya. Bagas menarik dan mengeluarkan sesuatu.
"Nih! Pake HP ku. Mumpung belom ada orang." Tya berhasil kembali duduk.
Dengan girang ia scroll sosial media. Lumayan dapat hiburan di pagi hari. Ia memoto pacarnya diam-diam lalu mengunggah di cerita instagram.
Tya terperanjat saat seseorang datang menepuk pundaknya. "Hei!" Rupanya itu adalah si pemilik senyum manis.
"Eh Zell!" Tya reflek menyembunyikan HP di loker meja.
"Udah izin BK lo bawa handphone?" tanya Zell mengerutkan kening menelisik loker. Tya berusaha menutupi.
"Hmm, itu tadi bukan handphone gue," ada jeda. Tya melihat wajah Zell semakin kebingungan. "Jelas HP nih bocah lah. Lo kan tau waktu di basecamp."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...