Karbon monoksida memenuhi jalan. Bagas mengeluarkan kepalanya lewat jendela, menelisik celah ratusan manusia untuk mencari sesuatu.
Papa memukul lengan putra bertingkahnya itu. "Heh masukin pala kamu! Ketampol kendaraan lain baru tau."
"Ish! Serem amat." Bagas membawa masuk kepalanya. Ia bergidik ngeri.
Kemacetan tak bisa dihindari. Mobil Bagas hanya berjalan sedikit demi sedikit.
"Gak bisa cari jalan lain Pa?" tanya Bagas dengan wajah polos.
"Di pikir kita naik motor? Ya gak bisa," jawab Papa singkat penuh penekanan. "Salah sendiri bangun kesiangan. Udah tau motor nya masih di bengkel juga!"
"Haduhh padahal aku mau nyiapin sesuatu," ucap Bagas yang langsung merogoh kantong celana mengambil handphone.
"Halo Yo. Lo udah di sekolah?" tanya Bagas.
"Udah. Ada apaan?"
"Gue sekarang kena macet. Tolong lo handle dulu buat nyiapin yang udah kita bahas kemaren!"
"Ok."
"Lo bilangin guru juga kalo gue telat. Makasih ya!"
"Gampang."
────
Tya melangkahkan kaki nya sambil melompat kecil menuju kelas. Senyum sumringah ia tampakkan pada temannya yang sedang mengerutkan kening melihatnya. Memang tingkahnya seperti orang tidak waras.
"HALO GUYSS!!" Tya menghampiri ketiga temannya yang sudah datang. "Hehe aku telat banget kayanya."
"Apasih!" pekik Leora sambil mengibaskan tangan Tya di pundaknya.
"Lah!?" Tya mengerutkan kening.
"Gue gak nyangka ama lo Tya! Tega!" gertak Zell sambil mendorong tubuh Tya.
"Jahat banget. Ayolah ke depan cari angin! Disini panas," ucap Gisa sambil beranjak dari duduk.
"Gue kenapa sih? Jahat apa? Kenapa?!" ada jeda. "WOI!" Tya segera meletakkan tas ranselnya dan hendak menyusul. Tapi ia malah kehilangan jejak.
"Cepet banget kalo ngilang?" omel Tya seraya terus menoleh mencari.
Mereka bertuga bersembunyi di tempat paling dekat dengan kelas, yaitu kamar mandi. Gisa membuka sedikit pintu perlahan. Ia menutup mata kiri.
"Gimana?" tanya Leora sambil menoel pundak Gisa.
"Bentar dia masih di luar," jawab Gisa yang masih memata-matai Tya yang tengah berjalan di lorong.
"Pasti dia badmood abis," ucap Zell semangat.
"Haha iya! Lihat tuh wajahnya murung, bersedih. Kek punya masalah idup yang berat banget," ucap Gisa yabg membuat semua orang disini tertawa.
Mata mereka terbelalak saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Reflek memasuki satu ruang toilet. Kamar mandi disini memang memiliki beberapa toilet. Pintu kamar mandi terbuka cukup keras. Nafas mereka memburu. Di kamar mandi yang sempit ini, mereka harus bisa membagi tempat.
Gadis itu sesenggukan dan berbicara drpan kaca. "Gue salah apa? Ini hari spesial buat gue. Mereka kenapa?"
"Ouhhh Tya…." bisik Zell setelah mendengar suara itu.
"Aduh, ini kita gak bisa ke sana dong. Udah mau bel ini," desis Leora seraya mengerutkan kening.
"Yaudah nanti aja pas jamkos. Mapel jam ketiga gurunya gak masuk," ucap Gisa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...