<13> Careless

12 5 0
                                    

Joy menepuk dahi dan membuang muka. Ia mengumpat. Bisa-bisanya ia se-bocor itu. Kali ini, ia harus siap mental menghadapi tiga orang didepannya yang pastinya akan mengomel.

"Kaki Tya kenapa?" tanya Zell sambil mendorong pundak Joy.

"Tya habis ngapain?" imbuh Gisa seraya mendorong tubuh Joy.

"Kenapa Tya sampe sakit?" tanya Leora sambil berpindah posisi di depan Joy.

"Kok kalian gak bawa dia ke kelas?" tanya Gisa lagi. Ia bersedekap di depan Joy.

"Gak di bawa ke UKS?" ucap Zell sambil mendorong tubuh Joy lebih keras dari depan.

"Bisa-bisanya kalian semua diem. Ga bilang kalo temen kita kenapa-napa!" Leora melangkah mendekatkan tubuhnya sambil menunjuk batang hidung Joy. Tingkah itu membuat Joy mundur perlahan-lahan.

Joy berbalik badan. "HADUUH! Pusing dengerin ocehan lo semua! Mampus entar kena omel empat kali!" Ia berlari dengan cepat menuju Bagas dan lainnya.

"KITA IKUT!" Leora, Zell dan Gisa mengekori Joy dengan gerudukan.

"Ck! Makin ribet deh gue." desis Joy.

Ia sudah membayangkan betapa ramainya basecamp dengan ocehan tiga orang gadis yang seharusnya tidak tau dengan hal ini. Tak lupa, pasti Bagas dan Tya akan marah besar. Seperti nightmare baginya harus mendengar 5 ocehan dari orang yang berbeda.

Bagas berjalan kesana kemari sambil bersedekap. Ia terus menggerutu merutuki Joy yang hampir 30 menit tidak juga terlihat.

Tya geram melihat kelakuan pacarnya. "Bisa berhenti gak sih?" pekik Tya.

"Tau. Pusing gue liat lo mondar mandir!" ucap Eron dengan nada tinggi.

"Joy nih ambil plester kaya ke ujung dunia aja. Lama banget!" gertak Bagas. Ia mengangkat dagu.

"Udah deh Gas. Kamu udah ngomong itu berjuta kali sampe kupingku panas," ujar Tya sambil menutup kedua telinga.

"Iya...." Bagas mendekat. Ia meraih tangan Tya. "Kaki kamu kalo dibiarin lama bisa infeksi." ucapnya dengan lembut.

"Dih sok imut!" Tya menampar pelan wajah Bagas.

"Aduh sakit tau!" Bagas memegangi pipi kanannya.

"Lah sakit? Tadi cuma pelan tau." Tya terbelalak. Ia menelisik pipi Bagas.

"Tapi boong! HAHA" Bagas terbelalak.

Ia terdiam saat telapak tangan tersentuh di pipinya dengan keras. Pipi Bagas kini memerah.

"ANJ!" Ia memegangi pipinya. Keningnya berkerut.

"HAHAHA! Mampus!" Rimba mendorong tubuh Bagas.

Tya mengacuhkan Bagas yang sedang mengerucutkan bibir di hadapannya. Ia tertawa terbahak-bahak dengan suara yang kencang.

"Eneg gue liat wajah lo njg!" Telapak tangan Eron menambah rona merah di pipi sebelah Bagas.

"Apa apaan sih lo! Malah ditambahin." Bagas membalas Eron dengan mendorong tubuh pria itu sampai terhuyung. Hal ini membuat tawa Tya semakin kencang hingga wajahnya merah dan dadanya sesak.

Bagas masih berusaha menarik atensi pacarnya dengan memasang wajah melas. Tya sama sekali tak peduli. Ia menyingkirkan wajah Bagas.

Sejurus kemudian, tawa Tya terhenti. Pandangan mereka langsung tertuju pada gerudukan derap langkah yang menggebu-gebu dari sudut basecamp.

"TYAA!" Tiga orang mendekati Tya.

"Lutut lo kenapaa?!" tanya Zell terperanjat sambil menelisik lutut Tya yang sudah bersih lukanya.

Diamond Crack Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang