Acara dimulai tepat waktu, 2 orang pembina memasuki ruangan. Para pembina memperkenalkan dirinya satu-persatu. Ketua pembina adalah Pak Fahar. Sedangkan Pak Indra merupakan wakil ketua.
Dugaan awal Leora pada Pak Indra itu salah besar. Beliau menjadi wali kelasnya dengan asik dan baik. Suasana kelas menjadi hidup saat pelajarannya. Sama halnya dengan sambutan OSIS ini. Ya ..., walau belum sepenuhnya ia mengerti bagaimana di OSIS nantinya.
"Sebelumnya, kami ucapkan selamat untuk kalian semua yang sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Semoga kalian bisa bekerja dengan baik sesuai apa yang kalian katakan saat tes wawancara," jelas Pak Fahar sebagai kalimat pembuka.
"Baiklah, kita akan membahas tentang konsep pelantikan. Jadi pelantikan rencananya akan dilaksanakan pada hari..."
"Apa ada yang ditanyakan?" tanya Pak Fahar membuka sesi Q&A. Waktu berjalan hingga 5 menit, namun mereka hanya diam.
"Wahh seperinya mereka semua sudah fahar nih pak!" seru Pak Indra sambil menepuk pundak Pak Fahar.
"Faham pak. Bukan malah nama saya!" balas Pak Fahar sambil memberikan pukulan yang diakhiri dengan tawa.
"Oalah faham .... Salah sendiri namanya mepet. Jangan mirip-mirip lah!" kelakar Pak Indra yang berhasil membuat seisi ruangan tertawa.
"Nah gitu dong. Kaku amat. Disuruh tanya malah diem semua. Gak ada yang tanya kah?" tanya Pak Indra dengan keras. "Gak pak!"
Karena itu, perkumpulan awal ini telah usai.
"Baik, yang saya sampaikan sudah selesai. Maka, perkumpulan ini ditutup. Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan waktu untuk datang. Mulai sekarang jika ada yang kurang untuk pelantikan, silahkan disiapkan. Semangat semua untuk kedepannya!" Pemberian applause yang meriah dari 60 orang di dalam ruangan. Lantas, mereka berhamburan keluar.
Seperti biasa, di depan toko kelontong, Cheryl dan Leora menunggu jemputan. Leora duduk sambil menggoyangkan kaki ke depan belakang secara bergantian.
"Gak sabar pelantikan deh!" cetus Leora girang. Senyumnya sumringah menatap Cheryl.
"Iya. Tapi seminggu ini kita pulang sore terus," sergah Cheryl memasang wajah cemberut.
Perkataan Cheryl membuat senyum Leora hilang. Ia terdiam sejenak. "Yah ..., iya." ada jeda. "Tapi gak apa-apa, demi kelancaran pelantikan. Walaupun capek."
"Bener juga sih ...." ucap Cheryl seraya mengangguk tanda setuju. "Gue sebenarnya gak begitu semangat sih. Karena gue kira gak keterima."
"Berarti lo udah jadi yang terbaik buat mereka. Lagian ngapain males - malesan gitu. Perjuangan lo gak sia - sia dong. Semangat!" Tangan Leora menggenggam di angkat 90°.
Cheryl mengangguk, senyum tipisnya mengembang. Leora tersenyum lebar karena ia berhasil menyemangati.
────
Pagi ini, Tya datang dengan senyum bahagia. Ia menyangklong tas nya sambil berjalan dan lompat kecil. Ketiga temannya yang sudah datang terlebih dahulu menatapnya aneh.
"Lo ngapain baru dateng cengar-cengir?" tanya Gisa sambil mendorong tubuh Tya.
"Kalian bantuin gue ya!" Ia terdiam sejenak untuk berpikir. "Ah Zell aja deh. Kalian tinggal ngikut aja nanti," ucap Tya memberi instruksi. Ia mulai menceritakan rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...