Terdengar suara yang begitu jelas di indra pendengaran mereka semua. Suara itu familiar di telinga Leora.
"YA LO PIKIR APA BEGO! GAK SAKIT GITU GUE?!"
"SAKIT APAAN? ORANG LO JUGA SALAH."
"EMANG LO TUH GAK SADAR DIRI YA?"
"Eh, ada apaan tuh?" tanya Gisa sambil mengerutkan kening.
Tanpa jawaban, Syera memilih untuk langsung melihat dengan mata kepalanya sendiri ada peristiwa apa sebenarnya. Ia berlari menuju kelas 8C. Dua netra nya terekam jelas cowok berbadan tinggi besar dan berbadan kecil yang sebelumnya cekcok dengannya. Teman sekelas mereka hanya melihat di pintu.
"Udah. Stop! Ngapain sih pada berantem!" pekik Syera sambil melerai. Ia memasang wajah serius.
"Prankk!!" pekik Raksa dengan wajah tengil super ngeselin lantas menyatukan telapak tangan dengan Thomi dan tertawa terbahak-bahak.
"Anjg!" bentak Syera sambil memukul tubuh Raksa dan Thomi.
"Lo yang ngapain njir?! HAHAHAHA!" Thomi berusaha menghindari pukulan Syera.
"Kurang ajar lo berdua!" Syera mendorong tubuh keduanya dengan keras lalu berjalan dengan hentakan kaki keras menuju kelas.
"Kenapa lo yang kesini sih bangsat?" lirih Raksa saat diam sejenak. Matanya melihat gadis berambut hitam yang sedang tertawa melukiskan senyum indah dan lengkungan sedalam palung mariana di pipi kiri. Gadis itu melihat Syera, dan teralih hingga tatapan mereka bertemu. Namun, secepat kilat, Raksa melengos dan tersenyum tipis. Ia lanjut tertawa sambil berjalan masuk kelas.
"Woi! Lo mau kemana?" tanya Raksa saat Thomi berlari menjauh. Matanya melihat Leora. Lagi.
Tangan Syera menutupi wajahnya yang merah. Ia merasa sedang menjadi tontonan lucu yang sangat memalukan di depan banyak orang.
"Lo ngapain?" kelakar Dewi sambil menepuk pundak Syera dan tertawa puas.
"Apa! Ketawain aja gue terus!" omel Syera seraya berjalan cepat masuk ke kelas.
"Lo juga ngapain ngeladenin si bocah freak itu?" tanya Leora sambil melanjutkan tawa.
"Cowok lo emang freak!" goda Syera seraya mendorong tubuh Leora dan tertawa mengejek. Leora langsung terdiam.
"Gue gak punya cowok!" tegas Leora yang langsung berubah ekspresi menjadi jengah.
"Yaelah .... Sulit, sulit," ujar Syera sambil menggelengkan kepala.
"Emang bukan cowok gue. Ngapain juga sama si dia. Ngeselin begitu!" tegas Leora sambil memutar bola mata.
"Justru kalau ngeselin itu biasanya tertarik loh Ra," goda Zell seraya menaik turunkan alis.
"Cih! Kenapa jadi bahas gue!" bentak Leora sambil merengek dan kakinya menendang-nendang angin.
Tak berselang lama, wali kelas datang menghampiri. Semua murid terperanjat dan spontan menoleh ke sumber suara pintu yang dibuka. Wali kelas melangkah dengan cepat. Hal ini membuat mereka mengerutkan kening bersamaan.
"Oke-" Bu Nera mengatur napas nya terlebih dahulu. Ia menghadap ke kiri. "Baik, anak-anak. Tadi saya rapat bersama seluruh guru membahas mengenai lomba kebersihan. Tapi ada sesuatu yang beda dari biasanya. Ada lomba keindahannya juga. Jadi bersih saja gak cukup."
"Ok bu!" balas seluruh siswa dengan menghembus napas lega. Sebagian dari mereka sudah berpikir yang tidak-tidak.
"Yasudah, ayo kita mulai kerja! Oh ya, setelah kebersihan selesai, kursi nya jangan dikembalikan dulu," ucap Bu Nera yang langsung membuat semua orang mengerutkan kening.
"Loh kenapa Bu?" tanya Syera penasaran.
"Nanti kalian bakal tau. Biar saya yang atur," Bu Nera duduk di kursi, "ayo lanjut yang biasanya membersihkan kipas,
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Crack
Teen Fiction[Update : Every weekend] -Berlian bersinar bagai kebahagiaan dalam kompaknya sebuah pertemanan. Sinar itu semakin redup, hingga retak, karena kerenggangan mereka- Leora mengedarkan pandangan ke sekeliling lautan manusia ber baju putih biru yang teng...